Vihara Dharma Ramsi Bandung dan Cara Umat Tionghoa Merawat Tradisi

Vihara Dharma Ramsi Bandung dan Cara Umat Tionghoa Merawat Tradisi

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 19 Jan 2025 08:00 WIB
Suasana menjelang Imlek 2025 di Vihara Dharma Ramsi Bandung
Suasana menjelang Imlek 2025 di Vihara Dharma Ramsi Bandung. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Semerbak harum dupa sudah mulai menyelimuti seluruh ruangan di klenteng atau Vihara Dharma Ramsi yang terletak di Kampung Toleransi, Gang Ibu Aisah, Jamika, Kota Bandung. Umat Tionghoa mulai disibukkan untuk menyiapkan rangkaian Imlek 2025 atau Tahun Baru Cina 2576 Kongzili.

Di hari itu, Umat Tionghoa mulai silih berganti datang ke Vihara Dharma Ramsi untuk memanjatkan doa. Meski rangkaian perayaan Imlek 2025 masih jauh digelar, tapi berbagai macam persiapan sudah mulai dilakukan untuk menyambut pergantian tahun yang begitu dinanti-nantikan.

Tak lupa, lilin-lilin berbagai macam ukuran juga sudah disiapkan untuk menyambut Imlek 2025. Saat detikJabar berkunjung ke sana, sudah ada 200 lilin dengan dimensi 25-200 kati (per kati berukuran 1,5 kilogram) yang telah dibuat lalu dipasangkan tulisan dengan akrasa Han yang berisi doa-doa untuk dipanjatkan kepada para dewa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya, kalau Imlek itu kita di klenteng tidak ada tema-tema khusus. Jadi hanya kita perayaan menjelang tahun baru, lalu ada ritual-ritual yang memang harus kita laksanakan, doa bersama, sampai penyalanan lilin," kata Chandra H, relawan Klenteng Dharma Ramsi saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Suasana menjelang Imlek 2025 di Vihara Dharma Ramsi BandungSuasana menjelang Imlek 2025 di Vihara Dharma Ramsi Bandung Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar

Sebelum perayaan Imlek, Umat Tionghoa terlebih dahulu menjalankan beberapa ritual di klenteng. Diawali dengan sembahyang Wan Fuk atau Hari Ucapan Terima Kasih pada 19 Januari 2025 berupa pembacaan doa yang dipimpin pemuka agama kepada para dewa sebagai bentuk syukur Umat Tionghoa yang sudah melalui satu tahun ini.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya, pada 24 Januari, ada ritual pembersihan rupang atau patung dewa kepercayaan Umat Tionghoa. Puncaknya adalah perayaan Imlek yang akan dimulai pada 28 Januari pagi hari hingga 29 Januari.

"Dan di jam 11 malam tanggal 28 Januari itu kita sudah mulai ada penyalaan lilin. Jadi ada satu kepercayaan di kami bahwa pergantian hari itu dimulai di jam 11 terus sampai puncaknya di jam 12 malam," ungkap Chandra.

Lilin-lilin yang nantinya dinyalakan, mengandung makna agar doa para Umat Tionghoa bisa menjadi lebih terang ketika dipanjatkan kepada para dewa. Di lilin bernuansa warna merah itu kemudian dipasang tulisan dengan akrasa Han berwarna kuning emas yang berisi harapan para Umat Tionghoa menyambut tahun depan.

"Tulisan itu doa kita, ada afirmasi bahwa dengan penyalaan lilin itu baik besar atau kecil esensinya tetap sama supaya doanya menjadi terang ketika dipanjatkan," ucapnya.

"Jadi ceritanya, kalau pada saat kita menyalakan lilin itu yang kita beli ada afirmasi dalam hati kita bahwa supaya Tuhan Allah itu membuka rezeki kita, kesehatan kita sepanjang tahun. (Doanya) Menyala terang seperti lilin ini, kurang lebih begitulah esensinya," ujarnya menambahkan.

Chandra tak memungkiri tradisi seperti Imlek memang sudah banyak dilupakan generasi muda Umat Tionghoa. Tapi pada tahun ini, ia dan beberapa relawan klenteng di Vihara Dharma Ramsi berencana membuat suasana menjadi lebih ramai seperti sebelum pandemi COVID-19 melanda.

Rencananya, di depan Vihara Dharma Ramsi nantinya akan dipasang tenda yang berisi suguhan kopi hingga camilan. Ibarat open house saat Hari Raya Lebaran yang dirayakan Umat Muslim, Chandra dan kawan-kawannya ingin membagikan kebahagiaan itu kepada sesama Umat Tionghoa maupun warga sekitar di sana.

"Jadi kayak open house lah, kita di depan entar usahain ada makanan. Terus biasa kalau malam Imlek, kita akan mengunjungi beberapa klenteng yang dekat di sini, keliling untuk silaturahmi," kata Chandra.

Yang paling Chandra rindukan di perayaan Imlek adalah berkumpulnya seluruh sanak keluarganya. Bak lebaran, Chandra paling tidak bisa melupakan momen ketika seluruh keluarganya berkumpul, makan bersama hingga bersilaturahmi ke sanak saudara yang lebih tua.

Hingga tak jarang, Umat Tionghoa di manapun akan memilih untuk mudik dan pulang ke rumah saat perayaan Imlek. Bahkan, mereka yang berada di luar negeri pun tak mau ketinggalan untuk menikmati momen bersama keluarganya masing-masing.

"Setelah itu biasanya ada tradisi makan bareng juga di rumah masing-masing. Ada yang malam Imlek-nya, ada juga yang pas hari Imlek-nya. Jadi itu tergantung disesuaikan dengan waktunya dan kebiasaan keluarga gimana," kata Chandra.

"Kalau kayak keluarga saya, kita makan bersama itu di malam Imlek. Tapi keluarga mertua saya, itu makan barengnya pas di hari Imlek. Jadi pas, dua-duanya saya bisa hadir," urai Chandra mengenang momen perayaan Imlek dalam ceritanya.

Tak lupa, Chandra pun berharap Imlek 2025 bisa membawa keberkahan bagi seluruh warga di Indonesia. Ia turut menginginkan kondisi perekonomian menjadi maju dan seluruh warganya diberikan kemakmuran.

"Semoga Indonesia diberikan kemakmuran, diberikan keamanan, perekonomian semakin maju, pemerintahan semakin baik, jadi semuanya bisa berjalan dengan lancar," kata Chandra menutup perbincangannya dengan detikJabar.

Suasana menjelang Imlek 2025 di Vihara Dharma Ramsi BandungSuasana menjelang Imlek 2025 di Vihara Dharma Ramsi Bandung Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar

(ral/iqk)


Hide Ads