Mengenal Tradisi Sidekah Muharram di Banjarwaru Ciamis

Mengenal Tradisi Sidekah Muharram di Banjarwaru Ciamis

Dadang Hermansyah - detikJabar
Rabu, 17 Jul 2024 15:28 WIB
Tradisi Sidekah Muharram di Ciamis.
Tradisi Sidekah Muharram di Ciamis. (Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar)
Ciamis -

Banyak tradisi yang dilakukan masyarakat di bulan Muharram atau Tahun Baru Islam. Seperti tradisi Sidekah Muharram yang diikuti warga Dusun Banjarwaru, Desa Kawali, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis.

Dalam tradisi Sidekah Muharram ini, masyarakat Banjarwaru melaksanakan ziarah ke makam leluhur, yakni Eyang Dalem Demang Sacapada dan Ibu Andayasari istrinya. Lokasinya berada di Situs Pasarean.

Selain berziarah, masyarakat juga membawa bekal makanan dari rumah masing-masing. Makanan itu kemudian dihamparkan di sekitar lokasi. Masyarakat kemudian melaksanakan doa bersama terlebih dahulu. Setelah selesai kemudian saling berbagi makanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uniknya, dalam tradisi ini ada makanan dan minuman khusus yang hanya ada setahun sekali setiap bulan Muharram, yakni kopi golondong dan kokomoh. Makanan dan minuman tersebut dibuat khusus oleh keluarga kuncen atau keturunannya dan tidak bisa sembarang orang membuatnya.

Tradisi Sidekah Muharram ini merupakan acara inti dari rangkaian peringatan Muharram yang berlangsung dari tanggal 1 sampai 14 Muharram nanti.

ADVERTISEMENT

Tokoh Adat Banjarwaru Eman Sulaeman mengatakan tradisi ini sudah berlangsung sejak lama dan turun-temurun. Warga melaksanakan ziarah ke makam leluhur sebagai bentuk penghormatan. Eyang Dalem Demang Sacapada juga diketahui sebagai penyebar agama Islam.

"Beliau memperjuangkan keislaman di Banjarwaru dan sangat berjasa untuk wilayah ini," ujarnya, Rabu (17/7/2024).

Tradisi Sidekah Muharram di Ciamis.Tradisi Sidekah Muharram di Ciamis. (Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar)

Makna dari tradisi ini adalah sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang telah berjasa. Bentuk kebersamaan antar warga dengan saling berbagi makanan.

"Keunikannya di sini ada kopi golonsong dan makanan kokomoh terbuat dari nasi ketan dengan rasa manis dan asin berwarna gula Kawung dan putih. Konon makanan ini merupakan khas favorit Eyang Dalem Demang Sacapada. Makanan ini dibuat oleh keluarga kuncen," jelasnya.

Eman menjelaskan, rangkaian peringatan Muharram di Dusun Banjarwaru berlangsung dari tanggal 1 sampai 14 Muharram. Kegiatan ditutup dengan Hajat Lembur, diisi dengan santunan anak yatim, gelar budaya, nyeungitan pusaka peninggalan Eyang Dalem berupa golok.

"Bulan Muharram ini juga sebagai memerdekakan anak yatim. Rangkaian kegiatan ditutup dengan tablig akbar," ucapnya.

Selain itu, dilaksanakan juga Seba dari Banjarwaru ke Situs Astana Gede Kawali dengan membawa hasil bumi. Berbeda dari tradisi seba lainnya dilaksanakan membawa hasil bumi ke balai kota.

"Jadi di sini datang ke Keadipatian di Astana Gede Kawali. Dilanjutkan dengan acara balakecrakan. Pusaka juga diarak ke Astana Gede," ucapnya.

Tradisi ini juga sebagai Kulayu Sisinglar Mapay Lembur artinya berdoa supaya terjaga dari penyakit dan mara bahaya lainnya.

Seluruh kegiatan ini merupakan kearifan masyarakat, dari masyarakat, oleh masyarakat untuk masyarakat. Diharapkan kegiatan ini dapat terus berlangsung, jangan sampai terputus oleh generasi selanjutnya karena perkembangan zaman.

"Alhamdulilah melalui ini, kehidupan sejahtera, aman dan terhindar dari marabahaya. Ini menjadi satu doa. Kemudian tradisi ini sebelumnya bisa masuk Warisan Budaya Tak Benda dengan ciri khas kopi golondong yang hanya ada di sini. Tapi memang belum siap dari sisi administrasinya dan sedang dipersiapkan," pungkasnya.

(orb/orb)


Hide Ads