Uniknya Ikat Kepala Khas Benda Kerep Cirebon, Dibentuk Pakai Lem Aci

Uniknya Ikat Kepala Khas Benda Kerep Cirebon, Dibentuk Pakai Lem Aci

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Rabu, 10 Jul 2024 11:00 WIB
Ikat Kepala Khas Benda Kerep Cirebon
Ikat Kepala Khas Benda Kerep Cirebon (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Di kawasan kampung religi Benda Kerep, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Terdapat kerajinan tangan berupa ikat kepala khas Benda Kerep Cirebon. Kerajinan tangan tersebut dibuat secara manual, tanpa menggunakan jahitan sama sekali.

Tubagus Masudin Nur (35) pembuat ikat kepala khas Benda Kerep menuturkan, meski tidak menggunakan jahitan, ikat kepala tetap terbentuk dengan kuat. Sebagai pengganti jahitan, Tubagus menggunakan lem aci yang terbuat dari singkong sebagai penguat.

"Ini jangka waktu ikatan nya juga kuat, ada yang sampai dua ratus tahun, yang penting nggak terkena najis,meski iket kepalanya sudah pudar juga masih suci," tutur Tubagus, Senin (8/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Tubagus, hal ini pula yang menjadi pembeda, antara ikat kepala dan belangkon yang banyak dijual di pasaran. "Kalau belangkon mah pakainya tempelan atau jahitan, bukan dibuat dengan cara manual pakai tangan. Beda sama ikat, kalau ikat kepala itu dibuatnya manual pakai tangan. Untuk lem juga nggak pakai lem permanen, tapi pakai lem aci dari singkong, jadi alami," tutur Tubagus.

Selain itu juga, menurut Tubagus, ada perbedaan khusus juga, antara iket kepala khas Benda Kerep dan iket kepala di tempat lain.

ADVERTISEMENT

"Adanya ikat ini bukan di Benda saja. Ada juga di Buntet dan Gedongan sama ada juga di Majalengka. Perbedaanya, kalau di Benda itu ujungnya di sebelah kiri, kalau di Buntet itu sebelah kanan, tapi secara filosofi sama, kalau di Gedongan itu sudah nggak ada, yang masih ada itu ikat kepala khas Trusmi, karena memang sudah langka juga," tutur Tubagus.

Ikat Kepala Khas Benda Kerep CirebonIkat Kepala Khas Benda Kerep Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib

Tubagus menjelaskan, setidaknya ada tiga jenis ikat kepala khas Benda Kerep, yakni Kutagara, Kiai Mas'ud dan Cakrabuana. Menurut Tubagus, ketiganya memiliki beberapa keunikanya tersendiri.

"Kalau Cakrabuana itu asalnya dari Pajajaran Pakuan, Kutagara dari Benda Kerep. Nah kalau iket kiai Mas'ud itu berasal dari nama cucu dari Mbah Soleh, bernama Kiai Mas'ud bin Kiai Muslim bin Kiai Soleh Benda Kerep," tutur Tubagus.

Tubagus memaparkan, jika diperhatikan lebih detail, untuk ikat kepala Cakrabuana, ciri khasnya mirip dengan ikat kepala Trusmi yang ada di Kabupaten Cirebon, dan ikat kepala Kutagara, ciri khasnya ada di lipatan ikatanya. Sedangkan, ikat kepala kiai Mas'ud, ciri khasnya ada di bentuknya yang mirip udeng-udeng.

"Karena udeng-udeng itu tidak bisa dipakai oleh semua orang, kecuali yang sudah alim dan berilmu. Nah sebagai gantinya, oleh para wali, udeng-udeng itu diganti sama iket kepala atau bahasanya udeng-udeng jawa lah," tutur Tubagus.

Tak hanya cara membuatnya yang unik, Iket kepala Benda Kerep memiliki maknanya tersendiri. Menurut Tubagus, makna tersebut diajarkan secara turun temurun oleh kiai Benda terdahulu.

"Untuk filosofi atau maknanya itu dari kiainya langsung. Taruh lah ini saya contohin, ujung yang ada di iket kepala ini, maknanya sang maha tunggal. Nah di iket kepala Kutagara, ada lipatan bertingkat berbentuk alif lam mim di ikat kepalanya, maknanya kita hidup itu harus beraturan dan punya tujuan. Lipatan ini ibarat diri kita yang terikat kepada Allah dan rasulnya, " tutur Tubagus.

Menurut Tubagus, lewat filosofi makna yang ada pada iket kepala tersebut. Harapanya, siapa saja yang memakainya dapat memiliki perilaku serta tuntunan hidup yang benar. "Kalau kita pakai iket tapi bukan orang berilmu, tapi tahu semua maknanya, itu berat. Jadi asal tahu makna satu terus kita ngalap tabarruk ke kiai itu sudah cukup," tutur Tubagus.

Tubagus mengatakan, dahulu ikat kepala hanya dipakai oleh orang-orang keturunan dari Syekh Syarif Hidayatullah dan Mbah Soleh.

"Kalau di keraton, itu yang dipakai ikat kepala mataram. Bahkan dari kiai, saya dapat cerita, pas perang kedongdong, itu orang yang memakai ikat kepala itu orang berpengaruh yang ditakuti Belanda," pungkas Tubagus.

Untuk satu ikat kepala khas Benda Kerep, oleh Tubagus dibanderol dengan harga Rp 100.000 - 150.000. Bagi yang berminat, bisa datang langsung ke Benda Kerep, Argasunya, Harjamukti, Kota Cirebon atau pesan lewat aplikasi jual beli online.




(tey/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads