Denyut Usaha Kelom Geulis, Alas Kaki dari Tasik yang Jadi WBTB

Faizal Amiruddin - detikJabar
Minggu, 05 Nov 2023 10:00 WIB
Salah seorang perajin kelom geulis Tasikmalaya menunjukkan hasil produksinya (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar).
Tasikmalaya -

Kelom geulis merupakan salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Kota Tasikmalaya yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Kerajinan sandal perempuan berbahan kayu ini ditetapkan sebagai WBTB sejak tahun 2016 silam dan masuk dalam kategori kemahiran dan kerajinan tradisional.

Kelom adalah bahasa Sunda dari sandal perempuan model wedges alias sandal dengan permukaan bagian bawah yang lebar dan tinggi sehingga bisa membuat penggunanya terlihat semampai.

Sementara geulis adalah bahasa Sunda yang berarti cantik, sehingga kelom geulis dapat dimaknai sandal cantik, atau sandal yang bisa membuat penggunanya terlihat cantik.

Kelom geulis telah menjadi ikon atau identitas bagi Kota Tasikmalaya. Bentuk kelom geulis bahkan menjadi desain tempat duduk di semua ruang publik yang ada di Kota Tasikmalaya.

Salah satu bentuk kerajinan dan kreativitas masyarakat Tasikmalaya ini, pernah menjadi penopang kehidupan bagi ribuan masyarakat. Di masa lalu, kelom geulis pernah menjadi tren fesyen perempuan Indonesia yang bertahan dalam rentang beberapa dekade.

Sandal berbahan kayu buatan urang Tasik ini menyebar ke seantero Nusantara. Para perajinnya banyak yang merasakan puncak kesuksesan meraup cuan dengan nilai signifikan.

Seiring perjalanan waktu, dinamika dunia usaha, dan perkembangan zaman telah menimbulkan pasang surut bagi bisnis kelom geulis. Pangsa pasar kelom geulis tak sehebat dulu lagi. Persaingan produk sejenis dan perubahan tren fesyen, menjadi dua dari banyak tantangan yang dihadapi para perajin kelom geulis Tasikmalaya.

Meski demikian, sederet tantangan itu tak membuat bisnis ini terhenti. Hingga kini masih ada ratusan perajin kelom geulis Tasikmalaya yang berdiri tegak menekuni usaha ini. Mereka mayoritas berada di wilayah Kecamatan Tamansari dan Cibeureum. Para perajin ini cukup tahan banting dan punya segudang cara untuk menghadapi tantangan usaha yang dilakoninya.

"Kelom geulis masih bertahan dan Insya Allah akan terus ada. Bukan sebatas ladang usaha, tapi ini warisan dari leluhur kami," kata Ani Durotunsaniyah (34), perajin kelom geulis di Kelurahan Sukahurip, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Kamis (2/11/2023).

Ani mengakui sebagai bagian dari produk fesyen, pasang surut bisnis kelom geulis adalah hal yang lumrah. Terlebih di era perdagangan bebas seperti saat ini.

"Bedanya kalau sebelum tahun 2000-an permintaan pasar itu stabil. Penjualan kelom ramai terus, setelah tahun 2000-an baru ada pasang surut," kata Ani.




(mso/mso)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork