Bahasa Sandi Widal menjadi ciri khas dan identitas warga Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi. Konon, bahasa sandi itu diciptakan sejak zaman Belanda dengan tujuan untuk mengelabuai penjajah.
Saat ini, bahasa Widal tak digunakan secara penuh dalam pergaulan anak-anak. Bahasa Widal melekat sebagai bahasa tongkrongan di penjuru Sukabumi.
Baca juga: Salah Kaprah Kata Ewe |
Beberapa kata tersebut memang sudah populer dan sering digunakan dalam setiap percakapan, seperti pabal yang berarti dahar (makan), gale artinya sare (tidur), roha atau loba (banyak), gaba atau saha (siapa), bipeung artinya hideung (hitam), norow artinya kolot (tua), harin atau balik (pulang/kembali), sero yang berarti gelo (gila), Nyaged berarti Asep (nama orang), hinga nyohaw yang berarti obat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Widal Community merupakan salah satu komunitas yang bergerak dalam mempertahankan bahasa sandi tersebut. Bahkan, Sandi Widal rencananya akan diusulkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) UNESCO.
"Takutnya hilang oleh zaman, tidak ada yang menggunakan lagi, maka kita dari Widal Community mengajukan untuk dijadikan Warisan Budaya Takbenda," kata Ketua Widal Community Mbul saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Perencanaan bahasa Sandi Widal menjadi WBTB nampaknya bukan hanya isapan jempol belaka. Mereka sudah mengajukan ke Pemkot Sukabumi hingga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Hanya saja, masih ada dua persyaratan yang belum terpenuhi.
"Sudah diproses pengajuan, diakui Jabar dan satu sampai dua persyaratan yang masih harus dipenuhi juga. Kan ada kajian ilmunya, harus ada yang mengelolanya. Kita kira ketika mengajukan dan kita di-interview, selesai. Ternyata masih banyak yang harus dipenuhi," ujarnya.
Dua persyaratan itu meliputi video dokumentasi penggunaan sandi Widal di masyarakat dan kajian ilmu. "Kajian ilmu kebetulan sudah ada salah satu mahasiswa yang skripsinya itu membahas tentang bahasa Sandi Widal. Jadi itu membantu juga," ucap Mbul.
Setelah selesai mengajukan bahasa sandi Widal sebagai WBTB pada tahun ini, pihaknya juga berencana agar bahasa sandi Widal dapat diakui oleh Unesco. Persyaratan dan ketentuan pengajuan itu sudah disusun dan masih dilengkapi.
"Tahun sekarang kalau persyaratan (WBTB) sudah terpenuhi, kita akan mengajukan ke UNESCO. Untuk diakui oleh UNESCO harus ada 17 persyaratan yang harus dipenuhi, kita baru sampai 11 persyaratan," katanya.
"Komunitas Widal itu ingin menjaga apa yang ada di Tipar. Mengubah imej warga Tipar bahwa kita juga bisa mampu berkarya. Banyak yang ingin mempelajari sandi Widal. Sebenarnya nggak akan hilang karena banyak kebanggaan juga," tutur Mbul.
(orb/orb)