Cerita Penari Ronggeng Aneh Meninggal dan Dimakamkan di Paris

Lorong Waktu

Cerita Penari Ronggeng Aneh Meninggal dan Dimakamkan di Paris

Siti Fatimah - detikJabar
Sabtu, 18 Mar 2023 12:30 WIB
Kisah penari ronggeng di Sukabumi.
Kisah penari ronggeng di Sukabumi (Foto: Istimewa).
Sukabumi -

Di balik gemerlapnya perayaan 100 tahun Revolusi Prancis sekaligus peresmian menara Eiffel di Paris pada Maret 1889 silam, ada kisah meninggalnya seorang penari ronggeng Sari Oneng asal Sukabumi, Jawa Barat.

Gamelan dan penari Sari Oneng memang sengaja diterbangkan ke Paris saat Pemerintah Hindia Belanda menjajah Indonesia. Para pemusik dan penari ini merupakan pekerja di perkebunan teh Parakansalak dan Sinagar.

Kisah meninggalnya seorang penari itu diceritakan oleh Irman Firmansyah, penulis sekaligus Ketua Yayasan Dapuran Kipahare. Dia mengatakan, momen peresmian menara Eiffel dibarengi dengan festival dunia selama enam bulan. Gamelan dan penari Sari Oneng dipaksa untuk tampil dan menghibur pendatang setiap hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penari yang meninggal di Paris bernama Aneh. Aneh lahir di Parakansalak pada 1854. Mulanya Aneh berangkat bersama rombongan dalam kondisi biasa saja. Namun, ia diduga membawa penyakit ruptured aneurism (aneurisma otak).

"Penyakit tersebut memang tidak bisa terdeteksi sejak awal mengingat saat diberangkatkan belum ada metode medical check up seperti saat ini," kata Irman kepada detikJabar beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Selama dua bulan pertama, Aneh bermain seperti biasa namun tiba-tiba dia terjatuh dan pembuluh darah di bagian otaknya pecah. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun kemudian meninggal dan dimakamkan di Paris pada 4 Juli 1889.

Kisah kematian Aneh menunjukkan betapa padatnya pameran tersebut. Mereka bekerja di luar negeri dan pentas di beberapa negara Eropa selama berbulan-bulan. Hal ini kontradiktif dengan kondisi ekonomi mereka yang sangat memprihatinkan.

Dia menceritakan, sebelum Aneh tampil di Paris, ia dan teman-teman lainnya sempat mogok kerja dan tidak mau tampil karena persoalan upah. Meskipun kemudian upah mereka dinaikan, namun faktanya mereka tetaplah bangsa terjajah yang menjadi komoditas pemerintah Hindia Belanda.

Kematian dan pemakaman Aneh, yang notabene sebagai seorang penari asal Sukabumi menjadi perbincangan masyarakat dan diberirakan oleh media-media Prancis, salah satunya Le Figaro dalam artikel Courrier de'l Exposition (5 Juli 1889). Laporan kematian Aneh juga muncul di harian Le Rappel secara eksklusif dalam kolom L'exposition, 8 Juli 1889.

"Bisa jadi Aneh adalah satu-satunya pekerja sekaligus pemusik Indonesia pertama yang diberitakan kematiannya oleh koran Perancis," ujarnya.

Sekedar diketahui, Pemerintah Hindia Belanda awalnya ingin menunjukkan kedigdayaannya ke bangsa Eropa dengan menampilkan gamelan dan penari Sari Oneng. Selain itu mereka juga membawa replika Kampung Jawa di pameran dunia bertajuk Exposition Universelle itu.

Sayangnya, pemerintah Hindia Belanda tak cukup uang untuk membiayai segala kebutuhan festival di Paris. Hingga akhirnya mereka bekerja sama dengan dua pengusaha perkebunan teh (Mundt dan Kerkhoven) serta Sekretaris Englisch Indische Company (semacam VOC-nya Inggris) HP Cowan.

Penampilan gamelan Sari Oneng mendapatkan antusias yang sangat luar biasa. Namun, kegiatan tersebut tak terlepas dari kerja paksa bagi pribumi masa itu.

"Kegiatan pameran serta penampilan gamelan dan penari tersebut berjalan sukses dengan pengunjung yang membludak. Tercatat sebanyak 875.000 orang mengunjungi anjungan ini, dan para pemain gamelan Sari Oneng dipaksa bermain setiap hari untuk memuaskan keingintahuan para pengunjung stand," kata Irman.

Baca Artikel Lorong Waktu Lainnya di Sini

(mso/mso)


Hide Ads