Setiap akhir pekan di era tahun 1990 hingga 2000, jadwal acara musik di Galanggang Olahraga (GOR) Saparua, Kota Bandung selalu padat.
Ribuan penonton berbondong-bodong untuk menyaksikan band kesayangannya. Seperti yang dilakukan Ahmad Rustandi alias Baby, hampir setiap akhir pekan ia menyaksikan konser musik di GOR Saparua.
Baby mengaku, sebelum ia bergabung dengan Beside dan bisa tampil di GOR Saparua, merupakan penonton dan penikmat musik setia di GOR Saparua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi saya pribadi, vibes-nya Saparua itu masih terasa sampai sekarang, karena memang saya menikmati sebagai pemain band, penonton dan juga sebagai penikmat musiknya. Secara tidak langsung, lewat Saparua ingat memori tahun 1990-2000 an, karena ada bahasa pemain band yang belum main di Saparua, seperti kurang, ada pribahasa seperti itu," kata Baby dijumpai detikJabar di Kecamatan Ujungberung.
Baby mengisahkan, pertama menyaksikan konser musik di GOR Saparua yakni event Hullabaloo. Pada event itu, Baby menyaksikan penampilan Band Hell Burger, Burgerkill, Stepforward dari Jakarta hingga Waiting Room dari Jakarta.
Baby menyebut, berbagai komunitas bermunculan, penonton konser musik di GOR Saparua pun semakin banyak.
"Kalau Saparua ada acara sudah jadi tempat silaturahmi saja antar komunitas," ujarnya.
Drummer Beside ini menuturkan, posisi tempat duduk di GOR Saparua yang meningkat dari bawah ke atas mendukung sekali untuk menyaksikan konser. Dari mana pun posisi penonton duduk atau nonton dari berbagai arah langsung pusatnya ke tengah juga.
"Mungkin juga tempat di tengah kota banget, teman-teman di mana pun kejangkau dengan menggunakan angkutan umum di manapun untuk datang ke Saparua bisa," ungkapnya.
Baby menyebut, roh sebagai pemain, sebagai penikmat hingga sebagai penonton di GOR Saparua berbeda dengan konser musik yang digelar di tempat lain.
"Beside tahun 98 (mangung) yang ngadain teman-teman Nurtanio, setiap Sabtu ,Minggu, apapun itu event organizernya hingga band-nya, kalau nggak main di Saparua kaya nggak main band, jadi ada istilah itu," tuturnya.
Baby mengatakan jika semua aliran musik bisa tampil di GOR Saparua. Genre musik pop juga bisa main di GOR Saparua. Menurutnya, semua aliran musik masuk karena setting gedung sudah cocok digunakan untuk konser musik.
"Mendukung banget, akustiknya enak mungkin pengaruh dari arsitek budaya Belanda jadi lebihoptimalisasikan akustiknya, banyak banget gedung peninggalan belanda yang digunakan live musik enak sekali, kaya Majestic,"tuturnya.
Rindu Tampil di GOR Saparua
Baby Beside, mengaku rindu tampil di GOR Saparua. Banyak kenangan indah yang ada di gedung yang kini dikelola Pemprov Jabar ini. Baby tidak terlalu ingat tahun berapa GOR Saparua tidak digunakan lagi untuk konser musik, menurutnya selain karena kelayakan gedung sempat terjadi perbedaan pendapat antara Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar dalam pengelolaan gedung ini.
"Begitu Saparua nggak bisa dipakai karena salah satu faktornya keamanan gedung atau sudah tidak layak dipakai untuk tempat show, ada masalah birokrasi antara Pemkot dan Provinsi," ujarnya.
"Kalau saya lihat sekarang sudah direnov dengan segala fasilitasnya, kalau pandangan saya sebagai musisi yang pernah di Saparua di Bandung tuh nggak ada lagi tempat seperti di Saparua dan benar-benar terasa managenya kita seperti pemain band banget," tambahnya.
Tak hanya Baby, musisi lain juga pasti merindukan kembali konser di GOR Saparua. Tapi menurut Bebi, fungsi gedung ini sudah pada fungsi sebenarnya yakni sebagai tempat olahraga. Ia juga meminta kepada pemerintah agar dibuatkan tempat serupa untul dijadikan sebagai tempat khusus konser.
"Secara pengen banget di Saparua, mungkin bukan saya saja musisi lain juga sama mendambakan main di Saparua. Tapi sayang Saparua sudah bagus, saya takutnya orang-orang yang datang ke sana tidak dapat menjaga kebagusan Saparua, ya sudahlah kalau Saparua fungsinya seperti itu ya seperti itu saja, cuman kalau didenger pemerintah kita berharap, selalu minta kepada pemerintah," jelasnya.