Tempat Peristirahatan Terakhir Bosscha yang Masih Terjaga

Tempat Peristirahatan Terakhir Bosscha yang Masih Terjaga

Yuga Hassani - detikJabar
Minggu, 05 Feb 2023 10:00 WIB
Makam Bosscha di Pangalengan
Makam Bosscha di Pangalengan (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Kabupaten Bandung -

Karel Albert Rudolf Bosscha diketahui meninggal dunia pada 26 November 1928. Jasadnya dimakamkan di perkebunan teh Malabar, Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Tempat peristirahatan terakhir tersebut telah dipilih secara langsung oleh Bosscha saat dirinya masih hidup. Bahkan dirinya tidak memilih untuk kembali ke negeri asalnya Belanda.

detikJabar mencoba menyusuri tempat peristirahatan terakhir Bosscha di Pangalengan. Terlihat kondisi makam masih terawat dengan baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makam tersebut dikelilingi pepohonan yang cukup rindang. Hal ini membuat makam Bosscha menjadi teduh.

Telihat bangunan makam tersebut nampak kokoh dengan ciri khas bangunan Belanda berwarna putih. Kemudian terdapat delapan buah tiang menjulang tinggi dilengkapi dengan atap yang didesain layaknya topi.

ADVERTISEMENT

Pengelola Makam, Abah Caca (74) mengatakan desain makam tersebut telah dibuat oleh Bosscha semasa hidup. Bahkan desain tersebut diperlihatkan saat Bosscha meminta untuk dimakamkan di lokasi tersebut. Abah mendapatkan cerita dari penjaga sebelumnya.

"Dia bilang ke si abah Jangkung dan emak eyang yang ada di gunung nini. Sambil roti keju, terus ngerokok 55 rokok dulu. Dia bilang kalau juragan meninggal, jangan di bawa ke negeri (Belanda), kubur aja di sini juragan mah," ujar Abah, saat ditemui detikJabar, Kamis (2/2/2023).

Abah menuturkan, dari cerita terdahulu, saat masih hidup Bosscha menunjukan satu denah gambar yang nantinya akan digunakan makamnya. Desain gambarnya sama seperti makamnya saat ini.

"Dia bilang 'nah ini saya sudah ngegambar denah makam kalau nanti menginggal'. Gambarnya meminta seperti yang saat ini dibangun. Jadi sudah dirancang sama dia, bentuk topinya kaya gini. Setiap hari juragan selalu pakai topi yang bentuknya kaya atap makam ini. Nama topinya adalah kadatuan," katanya.

Dia menjelaskan makam Bosscha tersebut berukuran cukup besar. Berbeda dengan makam-makam di Indonesia pada umumnya.

"Dalem ke bawahnya ada lah sekitar 2,5 meter, terus lebarnya 3 meter," ucapnya.

Abah mengaku telah menjadi penjaga makam Bosscha dari tahun 1988 silam. Awalnya ada tiga orang yang menjaga makam itu.

"Dulu mah bertiga, ada pak Opir, terus istrinya. Nah pak Opir pensiun udah gak di sini, langsung aja saya sendiri. Makanya sekarang mah kalau bersihin ya sendiri we," bebernya.

"Yang awalnya jadi penjaga di sini adalah Aki Iyun, Ema Aan, pak Ohim, pak Opir, terus abah we," tambahnya.

Dia menambahkan sebelum COVID-19 melanda yang mengunjungi makam tersebut selalu banyak. Namun saat ini hanya sedikit.

"Dari sebelum ada covid alhamdulillah banyak tamu. Tapi setelah itu mah sepi, tamu teh satu, dua, kadang mah gak ada. Kalau hanya tamu segitu mah gak disetorin, buat saya aja we, itu kata dari PTPN nya gitu we. Dapet Rp 30 ribu, Rp 40 ribu ya buat upah saya aja we," bebernya.

"Paling banyak dulu sebelum COVID-19 ya ada sekitar 50 sampai 70 orang mah ada di akhir pekan. Kalau hari biasa mah sekitar 10 atau 20 orang," lanjutnya.

Kondisi kunjungan ke makam Bosscha diperparah dengan bermunculannya tempat wisata baru. Wisatawan banyak memilih ke tempat wisata ketimbang mengunjungi makam Bosscha.

Menurutnya hal tersebut diperparah dengan adanya wisata baru di wilayah itu. Sehingga masyarakat tidak banyak yang mengunjungi makam Bosscha.

"Pas sebelum ada Nimo dan masih bukit gunung nini, tamu banyak yang ke sini. Malah parkiran juga gak cukup. Jadi sekarang mah banyaknya pada pergi ke Nimo, ke sini sepi," pungkasnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads