Bentuk dan Fungsi Batok Eter, Penakar Beras Tradisional Warga Indramayu

Bentuk dan Fungsi Batok Eter, Penakar Beras Tradisional Warga Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Sabtu, 04 Feb 2023 11:00 WIB
Batok Eter, penakar beras tradisional warga Indramayu
Batok Eter, penakar beras tradisional warga Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Batok Eter merupakan salah satu alat penakar beras tradisional. Alat yang terbuat dari batok kelapa ini kini mulai jarang digunakan masyarakat Kabupaten Indramayu.

Penelusuran detikJabar, sebagian warga di Desa Kedokan Bunder Wetan, Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu terlihat masih memanfaatkan alat berbahan kayu batok kelapa tersebut. Umumnya, batok eter dimiliki oleh kaum ibu yang sudah berusia lanjut. Alat itu pun merupakan warisan dari orang tua terdahulu.

Salah satu warga, Nayuti (65) menceritakan bahwa Eteran atau batok eter itu dulu sangat lazim digunakan masyarakat. Namun, kini masyarakat sudah sangat jarang menggunakan batok tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya jarang sing duwe, angel gaweke laka sing bisa. Skien pada nganggo kiloan rata-rata. (Ya jarang yang punya, sulit dibikin tidak ada yang bisa. Sekarang rata-rata memakai alat timbangan)," kata Nayuti kepada detikJabar, Jumat (3/2/2023).

Bentuk Batok Eter

ADVERTISEMENT

Sementara warga lain, Rasmadi (53) menjelaskan bahwa batok eter ini umumnya terdapat dua jenis yaitu ukuran besar (Eter) dan batok ukuran lebih kecil yang disebut setengah Eter. Alat penakar warisan turun-temurun itu dibuat dengan bahan kayu batok kelapa.

Sebelum menjadi alat takar, batok kelapa terlebih dahulu dipastikan dalam kondisi utuh atau tidak terbelah. Kemudian, pada bagian bawah bulatan di pangkas secukupnya sebagai yang kemudian berbentuk seperti wadah.

"Jadi yang bagian atas batok yang ada lubang kecilnya tidak dipangkas, yang dipangkas bagian bawahnya aja," kata Rasmadi ketika mencoba mengingat proses pembuatan alat penakar beras tradisional.

Rasmadi tidak menjelaskan rinci jenis kelapa yang cocok untuk dijadikan alat penakar beras tersebut. Namun, umumnya, menggunakan batok dari kelapa hijau untuk ukuran besar (Eter) dan kelapa kuning yang ukuran batoknya relatif lebih kecil.

"Ya pakai batok kelapa jenis apa aja yang masih utuh biar awet dan perkiraan nya pas," katanya.

Digunakan Warga Indramayu Bagian Timur

Kepada detikJabar, Rasmadi mengingat penggunaan batok eter atau alat penakar beras tradisional itu tidak merata di Wilayah Kabupaten Indramayu. Melainkan, hanya di sebagian warga di bagian Timur Indramayu.

"Paling di sekitar Kecamatan Juntinyuat, Karangampel, Karangkeng, Kedokan. Wilayah ini cenderung masuk Cirebon dulunya," ujar Rasmadi.

Dijelaskan Rasmadi, kesimpulan itu karena tidak banyak warga zaman dulu yang menggunakan satuan lokal. Seperti satuan Eter, Kocel, dan lainnya.

"Di Jatibarang sudah memakai satuan Tang, itu pun alatnya pakai bambu. Dan umumnya di wilayah sana (Barat Indramayu) kebanyakan memakai satuan Liter," jelasnya.

Konversi Satuan Alat Takar

Keunikan lainnya, beras yang ditakar memakai batok eter itu memiliki satuan berat tersendiri. Hingga kini, satuan lokal itu masih digunakan oleh sebagian warga.

Perkiraan satuan Eter beras atau disebut Seeter hampir setara dengan berat 1,25 Kilogram beras. Dan untuk ukuran setengah dari Eter disebut Sekati atau setengah Eter.

Tidak hanya itu, nilai takaran beras yang lebih besar tinggi pun memiliki sebutan yang berbeda. Untuk sebutan Sekocel diperkirakan setara dengan bobot beras 3 Eter (3 x 1,25 Kilogram). Dan satuan Sedangan hampir sama dengan ukuran 6 Eter (6 x 1,25 Kilogram).

Sementara, untuk Sepedaringan (gentong gerabah kecil wadah beras) biasanya menampung sekitar 5 sampai 6 Eter.

"Dikira-kira saja, untuk seeter (1 Eter) biasanya pakai batok besar dan berasnya penuh sampai muncung (menggunung)," pungkasnya.

Se Eter = Kilogram
Se Kati = Setengah dari Eter
Se Kocel = 3 Eter
Se Dangan = 6 Eter
Se Pedaringan (gentong kecil) kapasitas 5-6 Eter




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads