Puncak Manik, Dusun Tersembunyi yang Jadi Magnet Turis Asing

Puncak Manik, Dusun Tersembunyi yang Jadi Magnet Turis Asing

Nur Azis - detikJabar
Senin, 09 Jan 2023 09:00 WIB
Dusun Puncak Manik.
Dusun Puncak Manik Sumedang (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Puncak Manik adalah salah satu dusun di Kabupaten Sumedang yang lokasinya berada di kawasan hutan. Di sana menjadi tempat tinggal bagi 14 kepala keluarga.

Dusun Puncak Manik secara administratif masuk ke dalam wilayah Desa Cilangkap, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Dusun itu tepatnya berada di Kaki Gunung Tampomas yang dikenal dengan nama Taman Pasir.

Dusun ini ternyata pernah menarik perhatian sejumlah orang dari luar negeri. Hal itu sebagaimana yang diutarakan oleh Didi (72), salah satu sesepuh di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu mah Puncak Manik suka didatangi orang luar negeri, mereka kalau tidak salah dari Belanda, Perancis dan dari negara lainnya," ujarnya.

Salah satu yang dilakukan oleh orang asing itu, sambung Didi, mereka rata-rata mendokumentasikan beberapa kegiatan yang dilakukan oleh warga Puncak Manik.

ADVERTISEMENT

"Mereka saat itu ada yang motret-motret warga saat sedang mengambil air lahang (Red : sadapan air dari pohon aren), atau saat sedang bermain lodong," paparnya.

Namun seiring dengan menghilangnya kegiatan tersebut, kini Dusun Puncak Manik pun sudah tidak pernah lagi dikunjungi oleh orang asing-orang asing itu.

Didi sendiri mengaku tidak mengetahui secara pasti tujuan utama dari orang asing itu hingga mendatangi kampungnya tersebut.

"Warga juga tidak ada yang tahu maksud dari kedatangan mereka (orang asing), mereka saat itu hanya lihat lingkungan sekitaran Puncak Manik," ujar Didi saat ditanya detikjabar tentang maksud kedatangan orang asing itu.

Suasana di Dusun Puncak Manik Sumedang.Suasana di Dusun Puncak Manik Sumedang. Foto: Nur Azis

Berita sebelumnya, Puncak Manik merupakan nama salah satu dusun di Kabupaten Sumedang. Dusun tersebut berada di bawah kaki Gunung Tampomas yang dikenal dengan kawasan Taman Pasir atau di wilayah Desa Cilangkap, Kecamatan Buahdua.

Penduduk dusun itu diketahui hanya berjumlah 14 Kepala Keluarga (KK) dengan 12 unit bangunan rumah yang berdiri di sana. Padahal, Puncak Manik dulunya konon merupakan permukiman warga yang jumlah rumahnya mencapai 70 unit.

Didi (72), salah seorang sesepuh di sana menuturkan, Dusun Puncak Manik sudah ada dari sejak dulu. Penduduknya menjadi berkurang sejak adanya zaman gerombolan sekitar tahun 1960-an.

"Warga mulai meninggalkan Puncak Manik akibat adanya serangan dari gerombolan, suasana waktu itu mencekam, harta benda ditinggalkan, rumah-rumah ada yang dibakar dan warga pun pada akhirnya banyak yang pindah," ungkap Didi kepada detikJabar belum lama ini.

Jari Didi pun menunjuk ke arah tanah lapang yang berada tepat di samping rumahnya. Tanah lapang yang kini ditumbuhi rerumputan liar itu, diketahui dulunya merupakan bekas rumah yang menjadi korban pembakaran oleh gerombolan.

"Rumah yang dibakar itu, salah satunya rumah yang berada di samping rumah saya ini," ujarnya.

Pada saat itulah banyak dari warga Puncak Manik yang memilih hijrah ke Dusun Lebak Naga yang saat itu masih termasuk ke dalam wilayah Desa Cilangkap atau setelah adanya pemekaran, kini wilayah itu termasuk ke dalam Desa Sekarwangi.

"Makanya di Dusun Lebak Naga ada tempat yang namanya Babakan Puncak Manik, itu berawal dari hijrahnya warga Puncak Manik ke sana pada sekitar tahun 1960-an," terangnya.

Didi menyebut, dari yang awalnya rumah warga di Puncak Manik berjumlah 70 rumah, lalu berkurang menjadi 40 rumah. Kemudian pada tahun 1979, menjadi 33 unit rumah hingga menyisakan 12 unit rumah yang kini masih berdiri.

"Jadi ada satu blok sebelah utara di Dusun Lebak Naga itu yang rata-rata berasal dari warga Puncak Manik, mereka memilih tinggal di sana dan tidak kembali lagi ke sini seperti kami," terangnya.

Nama Puncak Manik sendiri tidak terlepas dari keberadaan situs dan sebuah batu yang berbentuk segitiga mirip dengan nasi tumpeng yang diatasnya terdapat sebuah telur. Bagian telur itulah yang dikenal dengan sebutan Puncak Manik yang sekaligus menjadi cikal bakal dari nama dusun tersebut.

"Menurut seorang Kuwu terdahulu bernama Mad Enoh, disini itu katanya pernah ada situs berupa arca yang dikenal dengan nama Dewa Guru di sebelah selatan yang ditemukan pada sekitar 1950-an serta ada sebuah batu berbentuk seperti nasi tumpeng, sebagaimana diketahui bagian nasi tumpeng itu dikenal dengan sebutan Puncak Manik," ungkap Didi.

Didi menuturkan, situs berupa arca tersebut, keberadaannya sudah tidak diketahui dan entah siapa pula yang mengambilnya. Kini yang tersisa hanya sebuah situs yang dikenal dengan sebutan Singakerta.

Begitu pun dengan batu berbentuk nasi tumpeng yang menjadi cikal bakal dari penamaan Dusun Puncak Manik.

"Nah kalau batunya yang berbentuk tumpeng itu, katanya yang ngambilnya adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan saat itu dibawa ke kampung Lebak Naga Desa Sekarwangi atau tetanggaan dengan Desa Cilangkap," terang Didi.

(yum/yum)


Hide Ads