Mengenal Seni Tradisional Benjang yang Eksis Hingga Kini

Kabupaten Bandung

Mengenal Seni Tradisional Benjang yang Eksis Hingga Kini

Yuga Hassani - detikJabar
Kamis, 11 Agu 2022 03:00 WIB
Kesenian benjang
Kesenian benjang (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Kabupaten Bandung -

Bangsa Indonesia tidak pernah lepas dari kesenian tradisionalnya. Salah satunya adalah kesenian tradisional Benjang.

Benjang merupakan kesenian tradisional Indonesia yang memadukan seni dan beladiri. Bahkan kesenian tersebut telah ada sejak 19 abad yang lalu.

Kesenian Benjang tersebut merupakan singkatan dari Sasamben Budak Bujang atau 'arena para jejaka'. Kemudian seni benjang berkembang ke bentuk seni pertunjukan gulat tradisional yang dinamakan 'Benjang Gelut'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah itu seiring mengikuti perkembangan zaman, benjang kembali berkembang ke kesenian arak-arakan yang disebut 'Benjang Helaran', yang berfungsi untuk mengarak anak khitan.

Kesenian Benjang banyak bermunculan di wilayah sekitar Bandung Timur. Diantaranya adalah, Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Cilengkrang, dan Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.

ADVERTISEMENT

Sehingga di daerah tersebut banyak bermunculan kelompok-kelompok Benjang. Bahkan eksistensinya terus bertahan hingga saat ini.

Ketua Lingkung Seni Setia Wargi, Ade Sutaryana (46) atau dikenal Abah Lois mengatakan kelompoknya telah berdiri pada tahun 1999 silam. Bahkan kelompok tersebut telah turun temurun.

"Dari tahun 1999. Jadi dulunya lingkung seni ini ada Abah Iling, kemudian dilanjutkan Abah Ucun, kemudian ada Abah Iyeng, terus saat ini saya," ujar Ade kepada detikJabar, saat Festival Seni Benjang, di Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Rabu (10/8/2022).

Pihaknya mengaku saat ini terus mengikuti perkembangan zaman. Itu dilakukan guna mempertahankan seni budaya dari Benjang.

"Kalau di benjang helaran itu saat ini malah identiknya adalah kuda lumping, rajawali, dan lain-lain. Jadi daya jual di masyarakat itu kalau ada benjang, pasti ada kuda lumping dan rajawali," katanya.

"Benjang dulu itu gak ada rajawali, tapi pakai jampana. Jadi lebih ke tradisional pakai kursi dari kayu hoe, terus pakai kain," tambahnya.

Dia menambahkan seni benjang pada zamannya adalah sebuah upacara rasa syukur atas hasil padi yang melimpah. Makanya, kata dia, selalu digelar pada zamannya.

"Dulu memang benjang ini selalu dipakai oleh orang tua dulu sebagai rasa syukur panen raya. Jadi dulunya memang kesenian rakyat," jelasnya.




(dir/dir)


Hide Ads