Kabupaten Cianjur hari ini genap berusia 345 tahun. Di balik cerita panjang awal terbentuknya Cianjur hingga saat ini, terdapat kisah kelam, dimana seorang Bupati Cianjur tewas dibunuh.
Dari banyaknya kisah terbunuhnya sang bupati yang menjabat di masa keemasan Cianjur, drama cinta berujung maut menjadi yang paling banyak dikenal masyarakat.
Adalah Raden Astramanggala atau Aria Wiratanu Datar III, Bupati Cianjur yang mati akibat ditusuk condre sejenis senjata tajam berupa golok asli Cianjur. Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, Bupati yang memimpin Cianjur pada 1702-1727 mati akibat drama percintaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aria Wiratanu Datar III terbunuh karena faktor kecemburuan seorang pemuda yang calon istrinya akan dinikahi sang bupati.
"Kisah percintaan yang berujung petaka ini yang lebih dikenal masyarakat, diceritakan secara turun menurun," ungkap Sejaraaan sekaligus Budayawan Cianjur Luki Muharan, Selasa (12/7/2022).
Kisah ini berawal ketika Aria Wiratanu Datar III melakukan perburuan ke daerah Cikembar, Sukabumi yang saat itu masih masuk bagian Kabupaten Cianjur.
Di sana, dia bertemu dengan seorang mandor kebun kopi yang menyebutkan jika di kampungnya terdapat seorang gadis cantik jelita bertama Apun Gencay.
"Raden Astramanggala atau Aria Wiratanu Datar III meminta mandor itu untuk membawa Apun Gencay ke Pendopo Cianjur," kata dia.
Sang Mandor pun kemudian meminta izin pada orangtua Apun Gencay untuk membawa gadis cantik itu ke Pendopo. Tentu saja Apun dan orangtuanya tidak bisa menolak permintaan itu. Sebagai rakyat pada saat itu, tentu tak bisa mengatakan tidak kepada penguasa. Padahal secara pribadi Apun telah memiliki tambatan hati.
Beberapa hari kemudian, Apun Gencay tiba di Pendopo untuk mengadap bupati. Namun dia tidak sendirian, Apun ditemani seorang pria yang mengaku saudaranya.
![]() |
Begitu gadis cantik itu tiba di hadapannya, Aria Wiratanu III yang ditemani pengawal pribadinya bernama Ki Purwa langsung terpesona dengan kecantikan Apun Gencay.
Seolah tersihir kecantikan Kembang Cikembar itu, kedua mata sang bupati tak berkedip menikmati keindahan wajah Apun Gencay.
Namun tanpa disadari, dalam situasi itulah, sang pemuda yang ada di sebelah Apun secara tiba-tiba merangsek ke arah Aria Wiratanu Datar III sebari menghunuskan sebilah condre di tangan kanannya.
Demi menghadapi serangan tiba-tiba itu, tentu saja sang bupati terkejut dan tak sempat mengelak. Condre itupun mengenai bagian perut sang bupati, mengakibatkan luka sangat parah.
"Luka yang diakibatkan hunusan condre oleh pria yang ternyata tunganan Apun Gencay itupun membuat bupati tewas," ujar Luki.
Mendapati sang bupati tewas, Ki Purwa bersama beberapa pengawal mengejar pria yang telah membunuh Aria Wiratanu Datar III. "Jadi begitu menghunuskan condre, kekasih Apun Gencay langsung kabur ke arah alun-alun," kata dia.
Nahas, pria itu berhasil ditangkap oleh Ki Purwa dan para pengawal. Pria itupun langsung dieksekusi mati. Bahkan berdasarkan kisah yang beredar di masyarakat, tubuh pria itu di dipotong hingga beberapa bagian kecil.
Apun Gencay yang melihat tambatan hatinya mati dengan kondisi mengenaskan pun menangis. Seraya meneteskan air mata, Apun Gencay mengambil satu persatu bagian tubuh tunangannya kemudian pulang ke Cikembar.
"Memang dramatis dan mungkin memang didramatisir kisah cinta berujung petaka meninggalnya Bupati Cianjur itu.Tapi begitulah yang beredar di masyarakat," tuturnya.
Pemberontakan Kopi dan Konspirasi Belanda
Selain versi romantika cinta yang berujung petaka, Sejarawan Cianjue Luki Muharam mengatakan ada versi lain terkait tewasnya Bulati Cianjur Aria Wiratanu Datar III. Meskipun penyebab kematiannya sama, yakni akibat dicondre.
Menurutnya banyak sejarawan dan catatan sejarah yang menyebutkan di saat itu terjadi pemberontakan petani kopi di Cianjur. Aria Wiratanu Datar III dituding telah curang dan mengambil laba terlalu besar dari produksi kopi Cianjur.
"Saat itu Cianjur terkenal dengan produksi kopinya. Cianjur sukses menanam kopi yang dulu dikenal dengan nama Java Preanger. Tapi Bupati dituding mengambil laba terlalu besar sehingga merugikan petani," kata dia.
Pemberontakan itu membuat sang bupati tewas ditikam menggunakan condre oleh seorang pria yang berhasil merangsek masuk ke lokasi Aria Wiratanu Datar III beristirahat.
"Sama dengan kisah Apun Gencay, di versi ini bupati juga tewas dicondre. Makanya bupati ini dikenal dengan sebutan Dalem Dicondre atau bupati yang tewas oleh hunusan condre," tuturnya.
Tetapi, Luki meyakini jika kejadian tersebut merupakan konspirasi dan akal bulus Belanda yang kala itu tengah menjajah. Menurutnya, Belanda kemungkinan merasa khawatir dengan pemerintahan Cianjur yang kian hari semakin besar dan memiliki pasukan yang semakin kuat.
Mandor dan pria yang menjadi pelaku pembunuhan disebut Luki merupakan suruhan petinggi Belanda.
"Besar kemungkinan semuanya sudah diatur, sehingga kematian Bupati Cianjur Aria Wiratanu Datar III seolah akibat dendam asmara atau pemberontakan kopi," kata dia.
"Kematian yang menjadi kisah kelam itupun dikarang sedemikian rupa agar peran Belanda saat itu tidak terendus," ucap dia menambahkan.
Sosok Pebisnis Andal
Pebisnis Andal yang Membawa Masa Keemasan Cianjur
Di balik kisah kematiannya yang tragis, Luki Muharam menyebutkan jika Bupati Cianjur Aria Wiratanu Datar III merupakan sosok yang membawa Kota Santri ke masa keemasannya.
Menurut Luki, pada saat itu Cianjur menjadi satu-satunya daerah yang sukses menanam kopi, bahkan dengan kualitas unggulan.
"Di daerah lain banyak yang gagal, sedangkan Cianjur ini sukses. Kopi yang dihasilkan juga berkualitas tinggi, diminati hingga ke pasar Eropa," kata dia.
Bahkan untuk mempercepat proses pengiriman kopi dan hasil bumi lainnya, Belanda membangun jalur kereta.
"Adanya pembangunan jalur kereta ini karena peran bupati Aria Wiratanu Datar III yang sukses menanam kopi," kata dia.
Cianjur juga mampu membangun berbagai monumen penting, mulai dari Pendopo hingga alun-alun. Tak hanya ekonomi dan pembangunan, kekuatan keamanan juga semakin bertambah.
Kesuksesan itu yang disinyalir membuat Aria Wiratanu Datar III menjadi sasaran pembunuhan, sebab pesatnya kemajuan Cianjur dinilai mengancam posisi Belanda.
"Secara kita di sisi ekonomi, pembangunan, dan pasukan keamanan berkembang pesat. Bagi Belanda tentu itu jadi ancaman. Jadi dibalik cerita yang mengenaskan itu, Bupati Cianjur Aria Wiratanu Datar III merupakan sosok yang membawa Cianjur ke masa keemasan dengan berbagai pembangunan," pungkasnya.