Membaca Makna Tiga Pilar Budaya di Cianjur: Ngaos, Mamaos, Maenpo

JabarPedia

Membaca Makna Tiga Pilar Budaya di Cianjur: Ngaos, Mamaos, Maenpo

Ikbal Selamet - detikJabar
Selasa, 12 Jul 2022 09:00 WIB
Aki Dadan, Pelestarian Mamaos Cianjuran memainkan kecapi yang menjadi alat musik pada kesenian Mamaos
Mamaos (Foto: Ikbal Selamet/detikJabar)
Cianjur -

Kabupaten Cianjur terkenal dengan daerah yang agamis dan memiliki kekayaan budaya. Bahkan di Cianjur terdapat tiga pilar budaya yang terus dilestarikan, yakni Ngaos, Mamaos, dan Maenpo.

Bahkan Pemerintah Kabupaten Cianjur sudah membuat peraturan daerah (Perda) tentang tiga pilar budaya agar ketika kebudayaan tersebut tetap dilestarikan dan tidak hilang tergerus zaman.

"Kita sudah buat Perda, diharapkan Ngaos, Mamaos, dan Maenpo tetap terlestarikan dan dapat diwariskan dari generasi ke generasi," ujar Bupati Cianjur Herman Suherman, Selasa (12/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa saja makna dari tiga pilar budaya tersebut? Simak penjelasannya detikers.

1. Ngaos

ADVERTISEMENT
Tugu Al-Quran di Alun-alun Cianjur melambangkan pilar Budaya Ngaks atau MengajiTugu Al-Quran di Alun-alun Cianjur melambangkan pilar Budaya Ngaks atau Mengaji Foto: Ikbal Selamet/detikJabar

Ngaos jika diartikan dalam bahasa Indonesia ialah mengaji kitab Suci Al-Quran. Budaya ngaos sendiri didasari pada nilai keagamaan yang kuat di wilayah yang dikenal juga dengan Kota Santri ini.

Daerah yang dikenal agamis ini juga didirikan oleh tokoh ulama yang menjadi Bupati Cianjur pertama yakni Raden Aria Wiratanu I.

"Kalau secara bahasa Ngaos ini memang artinya ialah mengaji. Karena dari dulu sampai sekarang kegiatan mengaji bisa kita jumpai di pondok pesantren, masjid, dan madrasah," ujar Budayawan Cianjur Luki Muharam.

Seiring perkembangan zaman, makna dari Ngaos sendiri diperluas, sehingga Ngaos dimaknai mengaji atau mempelajari segala bidang ilmu.

"Kalau sekarang maknanya lebih luas, mengaji diri hingga ilmu. Tapi tetap dari segi kebudayaan, Ngaos berarti budaya mengaji dengan mayoritaa penduduk beragama Islam," kata dia.

2. Mamaos

Aki Dadan, Pelestarian Mamaos Cianjuran memainkan kecapi yang menjadi alat musik pada kesenian MamaosAki Dadan, Pelestarian Mamaos Cianjuran memainkan kecapi yang menjadi alat musik pada kesenian Mamaos Foto: Ikbal Selamet/detikJabar

Mamaos atau Tembang Cianjuran merupakan seni budaya asli Kota Tauco. Kesenian ini merupakan perpaduan antara seni vokal dan alat musik Sunda berupa kecapi dan suling.

Budayawan Cianjur Luki Muharam, menjelaskan Mamaos pertama kali diciptakan Bupati Cianjur R Aria Adipati Kusumahningrat atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti.

Luki menyebut cikal bakal Mamaos yakni seni pantun di era kerajaan Pajajaran. Pada masa itu, seni pantun atau syair tembang ditujukan untuk doa berdasarkan kepercayaan yang dianut masyarakat Sunda saat itu.

Namun oleh Dalem Pancaniti kemudian dikembangkan menjadi seni Mamaos Cianjuran yang terdiri dari alat musik berupa kecapi indung (Kecapi besar dan Kecapi rincik (kecapi kecil) serta sebuah suling yang mengiringi panembanan atau juru.

"Mamaos Cianjuran ini diciptakan oleh Dalem Pancaniti, seorang Bupati atau Dalem Cianjur yang memang senang dengan seni," kata dia.

Berbeda dengan pantun Sunda, syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran Tuhan dengan segala hasil ciptaan-Nya.

"Melalui Mamaos, Dalem Pancaniti juga menyiarkan agama Islam. Jadi syiar melalui syair," kata dia.

3. Maenpo

Sesepuh Maenpo Aziz Asyari memperagakan salah satu teknik pencak silat MaenpoSesepuh Maenpo Aziz Asyari memperagakan salah satu teknik pencak silat Maenpo Foto: Ikbal Selamet/detikJabar

Pilar Budaya ketiga Cianjur yakni Maenpo atau beladiri pencak silat asli Cianjur. Maenpo sendiri memiliki gerakan unik yang berbeda dengan aliran pencak silat lainnya.

Maenpo diciptakan oleh Djaja Perbata atau yang lebih dikenal H Ibrahim.

Aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan.

Dalam maenpo dikenal ilmu Liliwatan (penghindaran) dan Peupeuhan (pukulan).

"Maenpo Cianjuran memang unik, dan dulunya hanya diwariskan pada keluarga Dalem atau Bupati Cianjur. Kemudian dibuka dan dikenalkan secara luas," ungkap Budayawan Cianjur Luki Muharam.

Bahkan lanjut dia, pada tingkatan tertentu pendekar silat Maenpo bisanya mengalahkan atau menumbangkan lawan tanpa menyakiti.

"Jadi ada filosofi yang dipegang oleh para pelestari Maenpo, dimana harus bisa mengalahkan tanpa menyakiti, sehingga nantinya Maenpo itu menjadi jalur silaturahmi bukan mencari musuh," kata dia.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads