11 makam kuno ditemukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dumuskadu, Kampung Tangkolo, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Makam-makam itu memantik rasa penasaran sejumlah peneliti yang langsung mendatangi lokasi tersebut.
Pihak Kecamatan Ciracap sendiri mengaku kecolongan. Pasalnya dari pihak desa belum memberikan laporan dan mengetahui penemuan itu dari informasi yang beredar. Tim Peneliti dari Niskala Insititute selesai melakukan survey selama dua hari, sejumlah fakta ditemukan.
11 Makam Kuno Ditemukan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil penelitian lembaga pusat studi dan dokumentasi kebudayaan, sejarah, dan peradaban nusantara yang berpusat di Bandung itu terungkap tulisan yang terukir di nisan makam adalah tulisan Arab Pegon dan Cacarakan. Sejauh ini Niskala Institute belum menemukan identitas atau nama orang yang dikubur di makam kuno tersebut.
"Hasil kemarin, survey kemarin tujuan kami untuk membuat pemetaan situs, kemudian deskripsi persebaran temuannya kemudian juga peta sebaran temuan makam di sana," kata Muhammad Noza, ketua tim peneliti Niskala Institute yang mendatangi lokasi makam kuno kepada detikJabar, Jumat (8/7/2022).
Mahasiswa S2 Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengatakan, tim survey yang diberangkatkan berjumlah 5 orang termasuk dirinya. Empat anggota tim merupakan adik kelasnya jebolan Arkeologi Universitas Indonesia (UI). Survey dilakukan sejak Rabu (6/7) hingga Kamis (7/7) kemarin.
"Dari hasil pemetaan survey permukaan di sana kami sudah mengidentifikasi 11 makam kuno sedangkan yang lain masih belum bisa kami identifikasi karena masih berbentuk struktur yang belum teridentifikasi. Vegetasi di sana rumput kering belum memungkinkan melakukan ekskavasi dan lain sebagainya karena lokasi itu kan TPU ya dan kedua kami berkoordinasi dengan beberapa unsur dulu ketika akan melakukan ekskavasi," ucap Noza.
Aksara Arab Pagan dan Carakan
Soal aksara Arab dan Jawa yang terukir di batu-batu diduga nisan, Noza mengatakan bahwa aksara itu merupakan aksara Arab Pegon dan Cacarakan.
"Kalau untuk aksara memang benar di sana itu bahasa Arab Pegon jadi walaupun aksara Arab tapi merupakan bahasa lokal dalam hal ini Sunda. Kedua aksara cacarakan, jadi aksara jawa yang sudah diadopsi di daerah Sunda jadi mengalami beberapa penyesuaian," jelas Noza.
"Kebetulan untuk temuan pertama saya sendiri belum survei nama, saat diskusi kami menyimpulkan ada satu buah nama tempat yakni 'Tigalaya' tapi itu juga belum teridentifikasi apakah nama tempat dimana atau nama objek lain kita enggak tahu," sambungnya.
Belum Ditemukan Identitas
Selain itu, Noza juga membenarkan pihaknya belum menemukan nama orang yang tertulis di nisan tersebut. Hal itu membuat sulit pengungkapan siapa orang yang dikuburkan di makam-makam kuno tersebut.
"Nama orang atau siapa yang dikuburkan itu belum kami temukan. Saat observasi memang kami menemukan beberapa kemungkinan nama yang sebetulnya masih kami diskusikan saat observasi juga. Jujur saja laporan saya belum selesai, karena butuh analisis lebih lanjut terkait nama yang dimakamkan disana, beberapa (yang diduga) nama hanya terdiri dari satu kata jadi ambigu kalau disebut nama satu orang," ujar Noza.
Diramaikan Pengusaha Start-up
Agis Prayudi (27), seorang pengusaha Start-up di Jakarta, pulang ke kampung halamannya di Sukatengah, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Mengisi kepulangannya, ia berkeinginan untuk menelusuri jejak leluhur di kampungnya.
Ia kemudian menyampaikan keingintahuannya itu ke kakeknya. Kemudian ia mendapat petunjuk soal pemakaman di daerah Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dukuskadu yang berjarak sekitar 2 kilometer dari tempat tinggalnya.
"Jadi awalnya saya itu sedang mencari silsilah keluarga, mencari leluhur saya. Sampai akhirnya kakek saya bilang uyut saya dimakamkan di TPU Dumuskadu," kata Agis kepada detikJabar, Jumat (8/7/2022).
Berada di Area TPU
Singkat cerita, ia pun mendatangi lokasi yang disebut sang kakek. Tiba di lokasi ia bertemu dengan warga yang tengah membersihkan area makam.
Ia kemudian bertanya lokasi makam zaman dahulu. Menyusuri jalan setapak Agis melangkahkan kakinya menuju lokasi yang ditunjukan warga tersebut.
"Sampai akhirnya saya menemukan makam yang bertuliskan aksara carakan, makam yang saya cari nggak ketemu malah menemukan makam-makam itu. Saya foto dan saya coba share ke grup Facebook. Harapan saya mungkin ada warganet yang tahu artinya siapa tahu ada yang mengerti," ujar Agis.
Dibagikan di Grup Facebook
Agis membagikan foto-foto itu disertai keterangan di grup Facebook 'Jelajah Sejarah Sukabumi'. Sampai kemudian banyak yang berkomentar dan mengartikan. Unggahan itu menurut Agisjuga menarik perhatian pihak Niskala Institute.
"Ada dari Niskala Institute, kemarin dari mereka baru selesai setelah dua hari meneliti makam-makam tersebut. Huruf Cacarakan jadi sampai sekarang bahan itu apakah tembokan semen atau apa gitu. Tulisannya rapi kayak semen basah kemudian di ukir. Sempat ada anggapan itu dibuat oleh ahli pembuat nisan pada zamannya," cerita Agis.
Digunakan Warga Untuk Menanam Padi
Agis mengungkap lokasi makam itu tersebar, sebagian dimanfaatkan warga untuk menanam padi huma atau padi tadah hujan. Warga setempat dikatakan Agis sudah mengetahui soal keberadaan makam-makam itu dan dianggap sesuatu yang biasa.
"Jadi sebenarnya warga sudah tahu, bahwa disana ada makam lama hanya warga sebatas tahu ya sudah. Malah lahan pemakaman di tanami pare huma. Area pemakaman luas, hanya sudah terlalu lama jadi sebagian ada yang tertutup tanah. Tanah mati jadi enggak ada pemiliknya dimanfaatkan untuk menanam padi," ujarnya.
Simak Video "Video: Polisi Usut Dugaan Kelalaian di Insiden Maut Pernikahan Anak KDM"
[Gambas:Video 20detik]
(sya/dir)