Mengenang Kang Ibing: Pendongeng Jenius dari Tanah Sunda

Tokoh Sunda Legendaris

Mengenang Kang Ibing: Pendongeng Jenius dari Tanah Sunda

Rifat Alhamidi - detikJabar
Senin, 13 Jun 2022 08:00 WIB
Potret Kang Ibing
Foto: Dok Radio Mara
Bandung -

Kang Ibing merupakan salah satu tokoh Sunda yang fenomenal. Pria yang memiliki nama lengkap Raden Aang Kusmayatna Kusiyana Samba Kurnia Kusumadinata itu dikenal sebagai penyiar dan pelawak yang cerdas, dengan humor-humor segar yang mengejutkan.

Setelah mengulas mengenai perjalanan karir Kang Ibing dari balik radio hingga ke panggung ibu kota (simak di sini), sesama rekan penyiar di Radio Mara juga bercerita mengenai begitu lihainya Kang Ibing membuat pendengarnya terhanyut dalam dongeng-dongeng yang diantarkannya.

Di kalangan para penyiar Radio Mara lainnya, Kang Ibing juga dikenal sebagai sosok yang jenaka. Kang Ibing tak canggung untuk sekedar mengobrol bersama para rekan sejawatnya, meski ia merupakan salah satu penyiar senior di radio tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak jarang, guyonan Kang Ibing di waktu sengganggnya jika sedang tak siaran, kerap menghangatkan obrolan-obrolan kecil di kantor Radio Mara. Mulai dari cerita kesehariannya yang santai, kemudian dongeng-dongeng kesundaan, hingga obrolan berbobot yang kerap mengandung kritik terhadap pemerintahan saat itu.

"Kang Ibing mah bawaannya sederhana, sama siapa aja dia mah asyik ngobrolnya," kata mantan penyiar Radio Mara Candra Tanuatmadja saat ditemui detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Karena pembawaannya itulah, banyak penyiar Radio Mara yang ikut mengagumi sosok Kang Ibing. Bagi mereka Kang Ibing bukan hanya sosok rekan kerja yang bisa diajak berbagi ilmu, namun juga guru yang turut mengajarkan bagaimana cara menjadi penyiar profesional.

Konsistensi Kang Ibing di dunia siaran pun membawa Radio Mara sejajar dengan radio-radio lain yang waktu itu mulai menyasar para generasi millenial. Tak heran, meski sudah tiga kali berpindah kantor sejak tahun 70an hingga 2000an, Radio Mara masih tetap eksis mengudara.

"Almarhum jago membentuk suasana, kan siaran mah kata beliau kuncinya membentuk suasana. Mau dibawa kemana nih, romantis, bodor atau serius. Beliau itu paling jago membentuk suasananya. Jadi orang tuh hanyut, pengen dengerin kata per kata. Kang Ibing mau ngomong apalagi nih, karena selalu suprise," ungkap Candra.

Candra pun masih ingat bagaimana saat Kang Ibing dengan kharismanya mulai masuk ke ruang siaran kala akan menyapa pendengar. Bagi Candra, Kang Ibing akan mudah dikenali oleh para pendengar meski ia memulainya dengan suara batuk.

Meski terdengar mustahil, tapi begitulah cara Kang Ibing memulai aktivitasnya di Radio Mara. Tapi jangan salah, setelahnya, para pendengar akan mulai terbawa hanyut oleh karakter Kang Ibing melalui cerita-cerita kesundaan yang tentunya akan makin mengocok perut pendengar lewat guyonan Kang Ibing.

"Karena Kang Ibing mah batuk aja, itu yang denger udah tahu kalau Kang Ibing lagi siaran. Kan waktu dulu mah enggak ada medsos kayak sekarang yah, jadi yang siaran bisa diumumin di medsos. Tapi Kang Ibing dengan karakternya udah bisa langsung dikenalin sama pendengar waktu itu tanpa harus ngomong kalau beliau lagi siaran," ujar Candra.

Pandai Berdongeng

Radio Mara sendiri sebetulnya menamakan siaran yang dibawa Kang Ibing dengan judul Jenaka Mara. Namun, nama itu kurang populer karena para pendengar menyematkan nama lain pada program tersebut dengan nama Siaran Kang Ibing.

Bentuk siarannya pun sederhana. Kang Ibing biasanya akan berdialog bersama tandem penyiar di Radio Mara atau bermonolog sendirian untuk membicarakan banyak hal kepada pendengar.

Dari mulai kisah sederhana seperti keseharian Kang Ibing, asmara, hingga obrolan serius yang berbau kritik terhadap pemerintahan. Namun Kang Ibing membawakannya dengan begitu sederhana sehingga membuat para pendengar hanyut untuk mendengarkan siaran Kang Ibing itu.

"Jadi enggak klise, dongengnya enggak monoton. Kang Ibing mah sama pendengar selalu ditunggu kisahnya, dongengnya banyak, dongeng-dongeng kasundaan," tutur Candra.

Para penyiar di Radio Mara pun mengakui kejeniusan Kang Ibing saat melakukan siaran. Sebab, Kang Ibing seolah tanpa tanpa bantuan teks apapun saat menyapa pendengarnya.

Bahkan jika memang siaran Kang Ibing berkonsep rapi dan disusun lewat teks, tak ada satupun dari para penyiar Radio Mara yang bisa mengikuti gaya Kang Ibing. Karakter Kang Ibing bagi Candra, tak bisa digantikan oleh siapapun karena memiliki kharismanya sendiri saat siaran.

"Kang Ibing seperti tanpa konsep, tapi bahan ceritanya fokus, imajinatif. Kalaupun dicatat, belum tentu bisa lucu kalau dibacain sama orang lain. Wah pokoknya mah enggak bisa lah kalau diikutin gayanya sama orang lain," kenang Candra.

Karena faktor itulah, program Kang Ibing langsung tutup buku di Radio Mara. Setelah ditinggalkan Kang Ibing sekitar tahun 2008 yang memilih pensiun dari dunia penyiar, siaran Kang Ibing pun ditutup oleh Radio Mara meski saat itu ada penyiar lain yang punya pontensi untuk menggantikan Kang Ibing.

"Karena enggak akan ada yg bisa menggantikan beliau, enggak ada yang bisa. Soalnya beda kharismanya enggak bisa digantiin sama orang lain," ungkap Candra.

Konsep Program Diikuti Radio Lain

Candra juga masih ingat, selepas Kang Ibing memutuskan pensiun, beberapa radio lokal di Bandung mulai meniru gaya siaran Kang Ibing. Tak hanya dari konsep programnya saja, pembawaan Kang Ibing juga turut ditiru di beberapa radio lain.

Namun, itu semua tak bertahan lama. Sebab bagi Candra, sosok Kang Ibing tak bisa digantikan oleh siapapun terutama di dunia siaran radio. Bahkan, Radio Mara sendiri harus menutup program yang dibawakan Kang Ibing karena tak bisa mencari sosok penggantinya waktu itu.

"Karena susah, enggak bakal bisa ada yang ngegantiin Kang Ibing mah," kata Candra mengakhiri perbincangan dengan detikJabar.

Setelah perpisahan itu, tak banyak informasi tentang keseharian Kang Ibing selanjutnya. Hanya memang, Kang Ibing masih terus eksis berkesenian dengan mendalami dunia peran bersama De' Kabayan.

Kang Ibing lalu wafat pada 10 Agustus 2010. Kang Ibing menghembuskan napas terakhirnya setelah dirawat di salah satu rumah sakit di Bandung akibat terkena penyakit. Ia meninggalkan tiga anak yaitu Diane Fatmawati, Kusumadika Rakean Kalang Sunda dan Kusumananda Mega Septemdika.

(ral/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads