Dari banyaknya kesenian dan budaya yang ada di Kabupaten Pangandaran, seni Lebon menjadi salah satu tempilan yang unik. Seni adu ketangkasan ini berasal dari Dusun Pepedan, Selasar, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran.
Kesenian tersebut konon sudah berusia hampir 4 abad lamanya. Namun baru berkembang di Pangandaran pada tahun 1950-an.
"Awal mulanya pada abad ke-17 sekitar tahun 1951-1952," kata Afan Rachmat salah satu pemilik Sanggar Jembar Mustika yang melestarikan seni Lebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Afan, Lebon artinya kubur atau dikubur. Pada zaman dahulu merupakan sebuah adat atau tradisi yang sering digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang tidak diselesaikan dengan cara musyawarah.
"Contohnya sengketa tanah atau suatu wilayah," terangnya.
Maka dengan adanya Lebon, permasalahan sengketa lahan atau sengketa wilayah tersebut akan diselesaikan dengan cara pertarungan antar jawara dari tiap wilayah tersebut sampai mati.
Adapun waktu dan tempat dilakukannya pertandingan terlebihdahulu akan dirundingkan antar kedua utusan dari tiap wilayah tersebut dengan dipimpin oleh sesepuh atau pemimpin daerah setempat.
Selain itu, dulu biasanya ritual-ritual sebelum Lebon dilakukan dengan membakar kemenyan dan menyajikan sasajen. Namun seiring berjalannya waktu, Lebon saat ini berkembang menjadi suatu aktraksi penampilan kesenian khas Pangandaran yang dikolaborasikan dengan alat musik tradisional.
Seniman Lebon Pangandaran Apan Rachmat mengatakan dalam penyajiannya seni Lebon menampilkan dua kubu petarung dengan masing-masing memiliki jawara (petarung) dan didampingi oleh para bobotoh (pendukung).
"Pertarungan atau adu ketangkasan dalam seni lebon ini biasanya dilakukan di arena terbuka dengan formasi para bobotoh mengelilingi jawara yang bertarung di tengah arena pertandingan yang berbentuk lingkaran," kata Apan kepada detikJabar.
Pertandingan seni Lebon ini kemudian akan dipimpin oleh satu wasit untuk mengatur jalannya pertandingan dengan meniup pluit sebagai tanda mulai dan berhentinya pertandingan.
"Setiap pertandingan dalam seni Lebon akan diiringi dengan musik pencak silat dari mulai awal pertandingan sampai dengan akhir pertandingan," ucapnya.
Menurut Afan seni Lebon dimainkan oleh 12 orang dengan memiliki fungsinya masing-masing. Untuk formasi pemain Lebon di antaranya, 2 orang sebagai jawara (petarung), 4 orang sebagai bobotoh (Pendukung), 1 orang wasit, 1 orang sesepuh, 2 orang penabuh kendang, 1 orang pemukul gong, dan 1 orang peniup tarompet.
"Setiap pertandingan dilakukan selama 30 menit dalam 3-4 babak, adapun setiap babaknya berkisar selama 3-5 menitan dengan diatur oleh wasit dan dipantau sesepuh," ucapnya.
Namum dalam pertunjukan kesenian Lebon ini, sudah diatur bentuk skenarionya, siapa jawara yang bakal menang dan kalah. Dalam pertandingan Lebon, jawara yang kalah dalam pertandingan akan langsung dikuburkan di tempat pertandingan oleh para bobotohnya.
Maka dari itu, setiap pertandingan Lebon, para bobotoh dari tiap wilayah yang ikut ke tempat pertandingan akan membawa peralatan untuk menguburkan jawaranya jikalau mati atau gugur dalam pertandingan.
"Peralatan yang dibawa oleh para bobotoh tersebut yaitu, kain kafan, pacul, dan sekop. Selain peralatan untuk mengubur jawaranya yang gugur, para bobotoh juga membawa bunyi-bunyian untuk memberi semangat kepada jawaranya yang sedang bertanding," ucapnya.
(mso/bbn)