Masa kolonial Belanda di Kabupaten Sumedang menyisakan berbagai situs sejarah. Salah satunya sejumlah benteng pertahanan. Benteng-benteng itu banyak terdapat di kawasan perbukitan.
Kali ini kita akan menilik benteng Batarai atau juga dinamai Situs Batarai. Benteng tersebut terletak di atas puncak bukit di Desa Mekarjaya, Kecamatan Sumedang Utara.
Dari lokasi benteng dapat terlihat Pusat Kota Sumedang, Gunung Tampomas, Gunung Kacapi, Gunung Kareumbi, Puncak Gunung Cermai, liukan Jalan Tol Cisumdawu, perairan Indramayu dan tampakan pemandangan alam lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Benteng Batarai sendiri berdasarkan tulisan yang tertera pada batu prasasti yang terpampang di Gapura Situs merupakan Benteng Peninggalan Belanda yang dibangun pada sekitar tahun 1911 - 1914. Sementara sumber leterasi yang jelas terkait sejarah keberadaan benteng tersebut cukup sulit untuk ditemukan.
Dari pengamatan detikcom di lokasi, Benteng Batarai secara bentuk menyerupai Benteng Pertahanan yang terdapat di Bukit Pasir Kolecer dan Pasir Laja. Persamaan itu terletak pada pos pantau yang dimilikinya.
Bedanya, Benteng Batarai terlihat sangat sederhana. Dimana benteng tersebut tidak memiliki sebuah bunker atau bangunan lainnya hanya ada pos pantau saja.
Benteng Batarai memiliki 2 pos pantau yang berbentuk trapesium. Di kedua sisi kiri dan kanan memiliki ruang kotak berukuran sekitar 1/2 x 1 meter yang konon jadi tempat amunisi dan persenjataan.
Sementara bagian menganga di tengahnya dijadikan sebagai tempat berjaga dan pemantauan prajurit Belanda. Kedua pos pantau itu dapat memantau wilayah pusat kota Sumedang, kawasan Cimalaka bahkan hingga pantai Indramayu.
Menurut salah satu sesepuh di Desa Mekarjaya, Dudung memaparkan, Benteng Batarai sudah sejak lama dikenal oleh warga sekitar. Namun, proses penggalian benteng baru dilakukan pada tahun 2017.
"Benteng Batarai oleh warga sekitar disebut Benteng Batre, benteng ini sudah dikenal warga sejak lama hanya proses penggalian dilaksanakan tahun 2017," papar Dudung kepada detikJabar beberapa waktu lalu.
Dudung menjelaskan, Benteng Batarai telah diteliti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten tidak lama setelah dilakukan penggalian. Benteng tersebut menurut sesepuh setempat, kata Dudung, dulunya merupakan Benteng Pertahanan yang fungsinya untuk memantau kapal-kapal layar di sekitar perairan Indramayu.
"Kalau lagi cuaca cerah sebetulnya bisa melihat perairan Indramayu, nah dulunya mantau jika kedatangan musuh dari perairan Indramayu," katanya.
Sebenarnya tidak terlalu jauh dari Benteng Batarai terdapat peninggalan Belanda lainnya, yakni sebuah bunker atau warga menamainya Goa Peteng. Bunker itu terletak di Desa Sukamaju, Kecamatan Sumedang Utara. Hanya saja bunker tersebut sebagian besarnya masih terkubur oleh lapisan tanah.
"Disebut Goa Peteng karena ruangannya gelap, dulu ada semacam besi rel-rel di bangunan itu namun pas sudah merdeka rel-rel itu dijadikan jembatan oleh warga," paparnya.
Kawasan Benteng Batarai sendiri dulunya merupakan sebuah pemukiman warga bernama Kampung Baru. Namun sejak adanya tragedi DI/TII, semua warga meninggalkan pemukiman itu.
"Iya disana dulu ada kampung namanya kampung Baru," ujarnya.
![]() |
Benteng Batarai kini telah dijadikan sebuah situs sejarah. Hal itu seperti yang tertulis dalam prasasti yang terpampang di Gapura Situs tersebut.
Rencananya kawasan Benteng Batarai selain jadi situs sejarah juga akan dijadikan sebagai kawasan agrowisata. Seperti yang diutarakan oleh salah satu pengurus Benteng, yakni Bunyamin.
"Ini makanya sekarang mulai dibersihkan kembali, karena kedepan kawasan benteng akan dikembali seperti semula, diatas ada tempat peneropongan dan sekarang di sekitar kawasan benteng mulai ditanami buah-buahan seperti duren dan rambutan," ungkapnya.
Benteng Batarai sendiri, kata Bunyamin, pengelolaannya dilakukan oleh Desa Mekarjaya. Kawasan Benteng Batarai memiliki luasan total sekitar 5 hektar.
"Kalau untuk bentengnya sendiri luasnya ada sekitar 100 meter persegi," ujarnya.
(yum/tya)