Wapres Gibran Pernah Tertarik Investasi Sebelum Matoa Tumbang

Wapres Gibran Pernah Tertarik Investasi Sebelum Matoa Tumbang

Wisma Putra - detikJabar
Sabtu, 25 Jan 2025 18:30 WIB
Founder Matoa Lucky Danna Arya
Founder Matoa Lucky Danna Arya (Foto: Wisma Putra/detikJabar).
Bandung -

Pelopor jam kayu pertama di Indonesia yang berasal dari Kota Bandung Matoa undur diri. Persaingan pasar bebas membuat UMKM yang didirikan sejak 2012 menyatakan tumbang di awal tahun 2025 ini.

Founder Matoa Lucky Danna Arya mengatakan, dia sudah lakukan berbagai cara, salah satunya dengan membuat harga produk jadi murah, lalu memperkecil pabrik, lalu mengurangi jumlah karyawan. Namun takdir berkata lain dan dari 2020-2022 kondisi keuangan minus terus.

Lucky mengakui, nama Matoa sudah dikenal, apalagi produknya banyak diekspor. Bahkan sempat dilirik oleh Gibran Rakabuming Raka yang tertarik berinvestasi di Matoa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu 2016 sebelum jadi wali kota Mas Gibran sempat nge-WA niat investasi, tapi nggak jadi, nggak tahu kenapa," kata Lucky dijumpai detikJabar di kantornya yang berada di Jalan Pagar Gunung, Bandung.

Lucky tak menjelaskan, secara rinci mengapa tawaran Gibran tidak terealisasi. Menurutnya saat itu dia ingin bertemu dahulu namun pertemuan tidak pernah terjadi.

ADVERTISEMENT

"Saya juga bilang mau ngobrol dulu, private ya, malah jadinya hubungan di FnB buka Markobar di Bandung dan itu saya yang bantu, kalau Matoa nya nggak lanjut," jelasnya.

Disinggung apakah Matoa bisa hidup lagi? Lucky sebut susah jika melihat persaingan pasar bebas. Karena dirinya jual kualitas bukan jual kuantitas seperti produk dari China.

Menurut pria alumni SMAN 2 Bandung ini, dibutuhkan campur tangan pemerintah agar tidak banyak UMKM yang bernasib sama sepertinya.

"Susah, benar-benar harus ada campur tangan pemerintah, seharusnya ada regulasi barang impor masuk nggak mudah seperti sekarang, bea masuknya tinggi supaya harganya enggak menghancurkan, barang jadi bea masuknya harus tinggi dan bantuan kepada UKM kalau impor barang bahan baku tidak tinggi," ungkapanya.

"Sementara barang China masuk harganya murah, jadi harganya gak bersaing. Barang China masuk murah tapi kita beli bahan baku mahal," tambahnya.

Menurut Lucky, mengapa pasar Matoa lebih dikenal di luar negeri karena warga asing lebih menghargai produk-produk handmade.

"Luar negeri lebih menghargai barang-barang handmade, disana jarang, handmade lebih tinggi beda kaya di lokal yang penting bagus dan ada diskon beli," pungkasnya.




(wip/mso)


Hide Ads