Banjir akibat luapan Sungai Citepus menghancurkan rumah Herman (43) di RT 1 RW 8 Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung pada Jumat (24/1) malam.
Bagi Herman, banjir yang terjadi semalam adalah yang terparah dalam beberapa dekade terakhir. Sebab menurutnya, banjir datang secara tiba-tiba setelah biasanya banjir datang secara perlahan.
"Kalau kita sudah lama tinggal di sini tahu air bakal besar tapi semalam nggak ada tanda-tanda, kita baru beres-beres tahu-tahu air sudah tinggi," ucap Herman saat diwawancarai, Sabtu (25/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hitungan menit, air meninggi hingga menghanyutkan barang-barang di rumah Herman. Tak lama kemudian, dinding rumahnya jebol dan Herman berlari menyelamatkan diri dengan istri dan anaknya.
"Sudah aja saya lari nyelamatin anak-anak saya nggak mikirin barang-barang. Air kemudian makin besar dan jebol rumah, barang hilang, saya biarin yang penting istri sama anak," tuturnya
Banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Citepus tadi malam mengakibatkan empat rumah di RW 8 Kelurahan Arjuna hancur. Banjir juga berdampak pada 78 jiwa di tiga RT setempat.
"Untuk korban yang terdampak ada 78 jiwa. Untuk rumah rusak 4 yang rusak berat ada yang temboknya jebol dan sudah tidak layak dihuni," ucap Yusuf, Ketua Karang Taruna RW 8 Kelurahan Arjuna.
Pasca banjir, Yusuf menyebut, evakuasi warga khususnya kalangan lansia, balita dan disabilitas jadi prioritas. Sebab menurutnya, ada potensi banjir susulan akibat jebolnya tanggul sungai.
"Untuk sementara korban yang terdampak diungsikan ke rumah tetangga dan saudara terdekat yang aman. Untuk sekarang kita mau asesmen apakah mau dibuatkan posko pengungsian atau mau menginap di rumah saudaranya," jelasnya.
Yusuf menuturkan, banjir yang terjadi malam tadi termasuk yang terparah. Sebab banjir merendam area pemukiman warga dengan ketinggian hingga 3 meter.
"Terkahir banjir itu 2020 nah sekarang memang banjir lagi dan ini yang paling parah karena ketinggian air bisa sampai 3 meter," tandasnya.
(bba/mso)