Kemewahan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka nyatanya belum mendatangkan keuntungan bagi Pemprov Jabar. Dalam kunjungannya ke Gedung Sate, Anggota DPD RI dapil Jabar, Aanya Rina Casmayanti mengaku mendapat aspirasi terkait Bandara Kertajati.
Aanya bahkan mengaku mendengar bahwa wilayah sekitar Kertajati dikatakan 'kota mati'. Ia pun mengatakan akan melakukan pengecekan langsung ke Bandara tersebut untuk melihat permasalahan dan solusi yang bisa dilakukan.
"Sementara ini kan banyak aspirasi juga ada ya, yang untuk Kertajati. Kita belum bisa, nanti saya coba survey ke sana, saya harus rasakan sendiri bagaimana kondisi di sana," kata Aanya, Senin (4/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena memang banyak orang bilang di situ kayak Kota Mati ya, jadi memang harus kita sendiri yang rasakan. Nanti antisipasinya seperti apa, ke depan bagaimana, nanti kita coba untuk menjadi lebih baik," sambungnya.
Sementara itu dihubungi terpisah, Anggota Komisi IV DPRD Jabar, Daddy Rohanady melihat bahwa permasalahan utama pada perlunya transportasi pendukung yang lebih banyak. Selain itu, promosi untuk terbang dari Bandara Kertajati juga harus dilakukan oleh semua pihak.
"Kalau daya libatnya itu butuh feeder, transportasi pendukung itu harus lebih banyak. Tapi di sisi lain, juga butuh promosi ke semua lembaga pemerintahan baik Eksekutif, Yudikatif, Legislatif. Upayakan 27 Kota Kabupaten harus terbang dari Kertajati, jadi direksi keliling jangan gaji besar tapi duduk saja. Harus marketing," ucap Daddy.
Menurutnya segala bisnis, kemungkinan hadirnya turis luar negeri juga harus diarahkan. Katanya, berkaitan dengan penerbangan, penumpang perlu ditawari kemudahan.
Daddy juga menyorot potensi BIJB Kertajati agar segera disiapkan untuk embarkasi umrah. Sebelumnya, rencana Pemprov Jabar memang menargetkan Bandara Kertajati segera jadi hub penerbangan umrah nasional.
Sebab, sebetulnya aktivitas warga Jabar ke luar negeri cukup tinggi. Salah satunya data jamaah umrah di Jawa Barat pertahun mencapai sekitar 298 ribu orang.
"Promosi itu memang butuh biaya, tapi lama-lama kan orang datang sendiri. Selain itu potensi besar lainnya umrah, itu sudah berkali-kali kami sampaikan, agar tergarap market yang tidak akan ada habisnya. Bayangkan, orang yang ingin pergi haji 8-10 tahun belum berangkat, dia bisa umrah setahun 2-3 kali," tutur Daddy.
"Jadi ini pangsa pasar yang harus digarap. Dalam bahasa saya Rp52 miliar itu kan penyertaan modal, (Pemprov jangan jadi ATM untuk BUMD. Kalo begitu terus ya itu sesat pikir," sambungnya.
Ia pun mendorong agar regulasi dapat ditetapkan lebih jelas demi menghidupkan Bandara Kertajati yang bisa membanggakan Jawa Barat. Daddy yakin, jika Bandara Kertajati sudah running well, maka dapat menjadi salah satu pengungkit perekonomian yang besar untuk Jabar.
(aau/yum)