Pagi hari di Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, para petani ikan nila sudah mulai menjalankan aktivitas mereka. Suasana kolam-kolam ikan yang masih diselimuti kabut tipis tampak ramai dengan kehadiran para petani yang memeriksa kondisi air.
Sejak fajar menyingsing, para petani sudah berdatangan ke lokasi kolam. Wildan, salah satu petani ikan nila, menjelaskan bahwa perawatan pagi hari sangat penting.
"Pagi hari, suhu air lebih stabil, dan ikan lebih aktif. Ini waktu yang tepat untuk memberi makan dan melihat apa ada masalah di kolam," kata Wildan kepada detikJabar, Rabu (30/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para petani tampak membawa jaring untuk memanen ikan nila. Sesekali, mereka mengecek kualitas air untuk memastikan kadar oksigen dan suhu air tetap ideal bagi pertumbuhan ikan nila.
Sudah hampir tiga tahun Wildan berusaha di sektor budidaya perikanan. Dalam hal ini, ia meneruskan usaha keluarganya untuk mengelola kolam ikan dengan luas 1 hektare.
Wildan menyadari, pentingnya penerapan teknik yang tepat dalam budidaya untuk meningkatkan hasil panen dan efisiensi. Oleh sebab itu, ia memanfaatkan teknologi auto feeder (alat pakan otomatis) untuk menunjang operasional perikanannya.
"Kami melihat bahwa teknik yang digunakan dalam budidaya sangat penting. Kami diberi peluang untuk mencoba teknologi auto feeder, dan ini sangat membantu meningkatkan kualitas budidaya ikan nila," jelasnya.
Selama enam bulan ini, ia merasakan manfaat dari penggunaan teknologi tersebut. Utamanya dari sisi penghasilan, panen yang dihasilkan lebih banyak dan pengeluaran pun lebih sedikit.
"Pekerjaan manual sekarang digantikan oleh sistem otomatis yang terhubung melalui internet dan aplikasi. Teknologi ini juga bisa mempercepat pertumbuhan ikan, sehingga panen yang biasanya memakan waktu 120 hari bisa dipangkas menjadi 100-110 hari. Kami bisa menekan biaya operasional sehingga menghasilkan subsidi silang," kata dia.
Dari sisi omzet yang diperoleh per panen pun meningkat signifikan. Selama tiga bulan terakhir, omzet yang didapat mencapai Rp15 hingga Rp20 juta per kolam.
"Kami berharap bisa menjadi pelopor yang konsisten dalam menjalankan kerjasama ini dan terus memberikan edukasi kepada petani lain di Sukabumi," pungkas Wildan.
![]() |
Teknologi auto feeder yang digunakan Wildan merupakan terobosan start-up karya anak bangsa yaitu eFishery. Teknologi IoT (Internet of Things) itu terhubung langsung dengan aplikasi yang memungkinkan para pembubidaya untuk menghemat pakan dan memantau pertumbuhan ikan secara lebih efektif.
"Auto feeder ini terintegrasi dengan aplikasi eFisheryKu, di mana terdapat fitur ahli budidaya bernama Mas Ahya (Ahli Budidaya) yang dapat diakses kapan saja, 24 jam. Jika petambak kesulitan mengoperasikan auto feeder, mereka bisa berkonsultasi melalui aplikasi ini," kata Luciana Dita Chandra Murni selaku Head of Regulatory and Government Affairs eFishery.
Petani bisa mengatur jadwal memberi pakan ikan melalui smartphone. Keunggulan lainnya dari penggunaan auto feeder adalah kemampuan untuk mengatur ukuran ikan sesuai kebutuhan pasar.
"Biasanya, ikan sering ditolak karena ukuran yang tidak seragam. Dengan auto feeder, kita bisa mengatur," jelasnya.
100 Petani Ikan di Sukabumi Melek Digital
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, Dedah Herlina menambahkan, sejauh ini ada 100 petambak ikan dari 30 kelompok petani ikan di Kabupaten Sukabumi yang menggunakan teknologi auto feeder dari e-Fishery.
"Dengan teknologi dari eFishery, produksi ikan nila dapat meningkat hingga 20-30 persen per lahan. Hal ini tercapai karena sistem pengelolaan pakan yang terintegrasi secara digital," kata Dedah.
Ia juga menunjukkan bahwa auto feeder atau alat pemberi makan otomatis yang digunakan berfungsi dengan sangat baik, memungkinkan panen lebih cepat. Sistem yang diperkenalkan mencakup seluruh rantai dari pengelolaan pakan hingga proses pascapanen.
"Setiap kolam bisa menghasilkan sekitar 3 ton ikan, memberikan nilai tambah signifikan bagi para petambak. Ekosistem ini tidak hanya menguntungkan petambak tetapi juga menyerap tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat," sambungnya.
Kominfo Dukung Petani Ikan Go Digital
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI mengapresiasi penuh startup yang mengembangkan teknologi bagi industri perikanan. Menurutnya, hal itu dapat membantu nelayan atau petambak naik kelas dengan menggunakan digital. Penerapan teknologi digital dalam budidaya ikan ini tidak hanya dilakukan di Sukabumi, tetapi juga di berbagai daerah lain di Indonesia.
"Kami melakukan program serupa di Aceh, dengan melibatkan lebih dari 240 petambak, sementara di Jawa Barat, jumlahnya lebih banyak lagi. Program ini juga berjalan di Pasuruan, Sumatera, dan Sulawesi Selatan," kata Wakil Menteri Kominfo Nezar Patria dalam kegiatan panen ikan di Sukabumi pada 3 Oktober 2024 lalu.
Dia mengatakan, startup karya anak bangsa ini tidak hanya berfokus pada ikan nila, tetapi juga membantu budidaya berbagai jenis ikan lain, seperti salmon, gurame, lele, dan lainnya, dengan menggunakan teknologi digital.
"Melalui program pemberdayaan ikan digital, kami dari Kominfo terus mendukung inovasi-inovasi yang dibuat oleh startup anak bangsa, untuk meningkatkan produksi perikanan nasional, khususnya di sektor akuakultur," ujarnya.
Sejalan dengan Target Ekonomi di Jabar
![]() |
Digitalisasi di sektor perikanan ini sejalan dengan upaya Pemprov Jabar untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekonomi. Seperti diketahui, Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang besar dan bisa menjadi prospek investasi di masa depan.
Pada tahun 2023, tercatat hampir 1,6 juta ton hasil produksi ikan di Jawa Barat yang terealisasi. Berdasarkan jenis produksi ikan, produksi perikanan budidaya masih mendominasi dengan total produksi mencapai 1,2 juta ton, kemudian perikanan tangkap 264.000 ton, dan PUD 15.200 ton.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jabar Muhamad Nur menyebut bahwa untuk memperkuat stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Jabar perlu ditopang melalui optimalisasi infrastruktur, sumber pertumbuhan ekonomi baru hingga digitalisasi.
"Perikanan menjadi prospek untuk investasi Jabar ke depan. Ini wilayah yang sangat potensial sekali bagi Jawa Barat, kita ketahui ada banyak potensi, ini bisa jadi prioritas utama (investasi) guna mengembangkan Jabar Selatan," kata Muhamad Nur dalam suatu kesempatan.
Selain berpotensi untuk menjadi pusat produksi perikanan, Jabar juga sangat potensial untuk menyerap hasil produksinya. Pasalnya, Jabar menjadi provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.
Oleh sebab itu, ketika produksi domestik perikanan mampu diserap dengan baik oleh pasar domestik, maka diyakini akan memberikan nilai tambah pada perekonomian di Jawa Barat. Hal itu juga sejalan dengan tujuan Bank Indonesia tentang hilirisasi perikanan.
Pernyataan itu juga disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Dia menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan butuh dorongan dari program hilirisasi di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Hilirisasi di ketiga sektor tersebut akan mendorong produktivitas dalam negeri yang tentu saja akan mendorong pertumbuhan ekonomi tahun depan. Hilirisasi perikanan ini merupakan upaya meningkatkan nilai tambah hasil perikanan dengan mengolahnya menjadi produk turunan, contohnya diolah menjadi ikan fillet, tepung ikan, susu ikan, ekstrak ikan, makanan siap saji dan lain sebagainya.
"Dan di sektor riil tentu saja keberlanjutan hilirisasi tidak hanya di sektor minerba tapi pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan sekaligus menciptakan lapangan kerja," kata Perry dikutip dalam Rapat Kerja Banggar DPR RI pada 28 Agustus 2024 lalu.
(iqk/iqk)