10 Daerah Sumbang Angka Deflasi Tinggi Per Agustus di Jabar

10 Daerah Sumbang Angka Deflasi Tinggi Per Agustus di Jabar

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 01 Okt 2024 14:45 WIB
Inilah potret suasana pagi di Lapangan Gasibu yang tetap ramai meskipun di hari kerja. Lapangan Gasibu yang terletak di depan Gedung Sate tetap terlihat ramai. Mereka datang untuk berolahraga dan menikmati sejuknya udara bandung di pagi hari. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia ikut memadati Lapangan Gasibu, di Jl. Diponegoro, Kota Bandung hari Selasa (29/8/2023).
Gedung Sate (Foto: Anggi/detikcom).
Bandung -

Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar merilis data bulanan Juli-Agustus 2024. Dalam pembahasannya mengungkap, sebulan terakhir deflasi terjadi di Jabar.

Terkini, BPS Jabar mencatat inflasi year on year (y-on-y) September 2024 Provinsi Jawa Barat sebesar 2,09 persen. Secara month to month (m-to-m) terjadi deflasi sebesar 0,21 persen.

"Deflasi m-to-m tertinggi terjadi di Kabupaten Subang dan Kota Bekasi sebesar 0,38 persen, sedangkan deflasi terendah di Kota Depok sebesar 0,01 persen. Komoditas penyumbang deflasi di antaranya cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bensin," kata Kepala BPS Jabar, Darwis Sitorus dalam Rilis Berita Statistik BPS Jabar, Selasa (1/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Darwis mengatakan, setidaknya ada 555 komoditas yang telah dikumpulkan data harganya oleh BPS. Hasilnya, hampir semua wilayah di Jabar mengalami deflasi. Terdapat setidaknya 10 kota dengan deflasi yang paling signifikan, namun deflasi tertinggi terjadi di Subang dan Bekasi.

Setidaknya ada lima komoditas yang mempengaruhi deflasi month-to-month. Ialah cabai rawit 0,08%, cabai merah 0,06 %, daging ayam ras 0,06%, telur ayam ras 0,04%, dan bensin 0,04%.

ADVERTISEMENT

"Agustus ini ada fenomena penurunan harga bensin yang dilakukan Pertamina yang mana harga BBM non subsidi yang turun, itu memberi dampak multiplayer. Lalu ada cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam. Selain itu, ini tentu berkat kondisi panen juga dari TPID yang berhasil mengamankan harga komoditi ini pemicu deflasi," ucap Darwis.

Sodangkan komoditas yang memberi andil inflasi di antaranya emas perhiasan, sigaret kretek mesin, kopi bubuk, sewa rumah, dan akademi/perguruan tinggi. Inflasi y-on-y September 2024 mencapai 2,09%.

Penyumbang utama infasi y-on-y di antaranya adalah komoditas emas perhiasan, beras, sigaret kretek mesin, kopi bubuk, dan sigaret kretek tangan.

"Masih meningkatnya harga emas di pasar internasional mempengaruhi peningkatan inflasi. Belum lagi dengan tahun ajaran baru, perguruan tinggi masih ada kenaikan biaya itu menyebabkan inflasi," ujarnya.

Namun sejauh ini, inflasi sebesar 2.09% mengalami penurunan, atau membaik tiap bulannya. Andil inflasi terbesar dari emas perhiasan diungkap Darwis sebesar 0.33%, beras 0.32%, sigaret kretek mesin 0.16%, kopi bubuk 0.11%, dan sigaret kretek tangan 0.06%.

"Seperti kita lihat ya, kretek ini selalu andil dalam inflasi. Kalau secara musiman, jelang Pilkada saya rasa tidak akan ada pengaruh. Jadi musiman akan berkaitan dengan kebijakannya," kata Darwis.

"Termasuk kalau musim hujan membawa pengaruh pada inflasi. Itu nanti akan berpengaruh pada hortikultura dan tentu saja musim hujan di beberapa wilayah. Kalau hujannya tidak merata, bergiliran di daerah tertentu, juga bisa berpengaruh multiplayer harga," imbuh dia.




(aau/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads