Musim kemarau membawa berkah tersendiri bagi para perajin Gerabah atau Keramik di Sentra Keramik Plered, Purwakarta. Pasalnya, proses pengeringan gerabah lebih cepat jika dibanding musim penghujan.
Jajang, salah satu perajin keramik menyebutkan, jika proses penjemuran atau pengeringan bisa memakan waktu 2 Minggu bahkan satu bulan di masa penghujan. Saat ini di musim kemarau bisa terpangkas menjadi 10 hari.
"Dampaknya ada lebih ke positif daripada negatif, cuaca panas jadi pengeringan yang biasanya dua Minggu atau satu bulan itu, 10 hari bisa kering," ujar Jajang ditemui detikJabar di Sentra Keramik Plered, Senin (9/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan hanya soal produksi yang cepat, Jajang mengatakan musim kemarau juga membuat produsen cepat memenuhi pesanan klien. Sehingga semakin cepat orderan semakin banyak terlayani.
"Jadi semakin epat untuk pesanan karena kan kalo sudah kering harus di bakar. Peningkatan produksi ya lebih dari 60 persen, karena lebih cepat dari biasa," katanya.
Akan tetapi, bukan tanpa kendala, cuaca panas ini kerap di barengan dengan angin kencang. Hal itu dapat mempengaruhi proses pembakaran yang harus stabil pengapiannya.
"Cuma kalau cuaca ekstrim dengan angin itu ada sedikit bahaya, bahan baku kami tidak tahan kejut, ketika di bakar matang terus di bongkar itu bisa hancur kalo kena angin panas tanpa perlakuan yang baik sama hancur dan pecah," ungkap Jajang.
Saat ini konsumen utama berada di wilayah Jabodetabek, Jawa hingga Bali. Sebagian perajin pun kini tengah mempersiapkan pengiriman eksport.
Camat Plered Heri Anwar mengatakan di minggu ketiga bulan ini akan ada pengiriman gerabah hingga ke Abu Dhabi.
"Untuk Plered ada beberapa pelaku usaha gerabah, kami mendorong terus untuk produksi grabah andalannya, insyaallah informasi perajin kita akan eksport lagi di Minggu ke tiga ke abu Dhabi," ucap Camat.
(dir/dir)