Asal Usul Dusun Jetak Jadi Sentra Wajan Ciamis

Unak-anik Jabar

Asal Usul Dusun Jetak Jadi Sentra Wajan Ciamis

Dadang Hermansyah - detikJabar
Sabtu, 18 Mei 2024 18:30 WIB
Suasana pabrik wajan di Ciamis.
Suasana pabrik wajan di Ciamis (Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar).
Ciamis -

Dusun Jetak, Desa Sindangsari, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, dikenal sebagai kampung katel atau sentra wajan. Bagaimana asal usulnya?

Berdirinya pabrik wajan di wilayah itu ketika beberapa warga sebagai pekerja di pabrik wajan yang pulang kampung. Mereka kemudian memulai bisnis membuat wajan dengan skala kecil. Seiring waktu, bisnis wajan terbilang sukses hingga akhirnya berdiri sejumlah pabrik wajan yang cukup besar.

Maya Purnamasari (34), Pengelola Pabrik Katel Bintang Satu menceritakan awal mula pabriknya berdiri. Maya merupakan generasi ketiga penerus pabrik Bintang Satu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut cerita orang tuanya, awalnya, dulu kakeknya merupakan seorang pekerja di pabrik wajan di Bandung. Setelah belajar cara pembuatan wajan, kakeknya memutuskan pulang ke kampung. Dengan modal seadanya lalu merintis membuat wajan.

"Awal-awalnya hanya beberapa biji, pengolahannya tradisional. Sehari itu paling bisa 5 biji," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Wajan tersebut kemudian banyak diminati oleh masyarakat dan produksi pun terus meningkat. Lama kelamaan pesanan semakin banyak di awal tahun 2000-an.

"Sekarang sehari bisa produksi sampai 250 wajan dengan berbagai bentuk. Ada kastrol, citel atau panci, wajan cekong, ceper sampai langseng," ujar Maya saat ditemui di pabriknya, Selasa (14/5/2024).

Suasana pabrik wajan di Ciamis.Suasana pabrik wajan di Ciamis. Foto: Dadang Hermansyah

Pabrik pun terus berkembang ketika dikelola oleh Haji Lili yang merupakan ayah dari Maya. Kini pabrik wajan Bintang Satu mampu mempekerjakan 38 warga setempat.

"Setahu saya, untuk pabrik lainnya juga memang ceritanya begitu. Sekarang di sini ada sekitar 13 pabrik, pemiliknya beda beda. Seperti kakek saya dulu bersama temannya juga warga sini masing-masing produksi katel sendiri," jelasnya.

Maya menyebut setiap pabrik mempunyai ciri khas produk wajan tersendiri. Mulai dari ukuran, kuping wajan hingga ketebalan. Ukuran yang dibuat di pabrik Bintang Satu dari mulai ukuran 10, 36 sampai 90 sentimeter yang besar.

"Pemasarannya ke Bandung, Surabaya, Panumbangan. Kalau ke luar Jawa itu ke grosir di Panumbangan. Fokus target kami itu membuat wajan untuk menengah ke bawah," katanya.

Harga wajan paling murah dari mulai Rp 14 ribu ukuran kecil hingga paling besar dengan harga Rp 335 ribu per buah.

"Bahan baku dari aluminium, ada dari rongsok katel, panci, balokan. Sehari produksi sekitar 8 kuintal," ungkap Maya yang merupakan lulusan bidan ini.

Maya menyebut, pada masa pandemi, produksi sempat menurun karena kurangnya peminat. Namun kini sudah mulai kembali meningkat. Omzet dari pabrik wajan Bintang Satu, menurut Maya tidak menentu dari Rp 40 sampai Rp 50 juta per bulan.

"Uniknya nama pabrik wajan di sini mengambil dari tata Surya. Seperti di sini Bintang Satu, ada Bintang Dua, ada juga pabrik Matahari dan Bulan. Jadi pendirinya itu sama-sama ke Bandung, lalu pulang dan bikin produksi katel jadi sama-sama berkembang," pungkasnya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads