Pakaian dengan motif printing dari cat sablon? itu sudah biasa. Tapi, pakaian dengan motif atau corak warna dari warna alami tanaman atau beragam jenis dedaunan, itu baru luar biasa.
Memang ada pakaian yang memiliki corak dan warna alami dari tanaman dan dedaunan? Ada! Pakaian itu bisa Anda dapatkan di Bagja Fashion yang lokasi pembuatannya ada di Kompleks Pratista 2 Blok G Nomor 1, Kota Bandung.
detikJabar berkesempatan berbincang dengan owner Bagja Fashion Heri Kusmana dalam kegiatan Festival Ramadan Pegadaian Kantor Wilayah X Bandung di awal Bulan April 2024 lalu. Pria berumur 55 tahun itu, menunjukkan koleksi-koleksi produk ecoprint langsung kepada detikJabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Produk saya ini, namanya ecoprint, cara membuat motif dari dedaunan," kata Heri membuka perbincangan.
Heri mengungkapkan, beragam jenis daun, akar, kulit pohon, dahan hingga batang pohon bisa digunakan dalam produk ecoprint-nya.
"Daun kersen, daun jati, jambu batu, terus daun jenitri hingga daun pohon Afrika, banyak pokonya," ungkapnya.
Heri menyebut, untuk menghasilkan sebuah kain dengan motif khas dedaunan dibutuhkan kesabaran karena menyita banyak waktu, sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai jual tinggi.
"Prinsipnya kain berwarna putih, katun terutama, terus digulung dan dikukus selama dua jam, motif daunnya lalu nempel ke kainnya," tuturnya.
Heri menuturkan, usaha ecoprint yang dia bangun ini tidak lain dan tidak bukan demi produk yang dihasilkan ramah lingkungan dan tidak mencemari lingkungan dari bahan baku yang dibuatnya.
"Kalau bukan kita yang memulai siapa lagi, setidaknya dengan cara seperti ini saya bisa bantu jaga lingkungan," tuturnya.
Produk Pandemi COVID-19
![]() |
Produk Pandemi COVID-19, kata itu menjadi salah satu sebutan bagi produk ecoprint milik Heri. Menurut Heri, perjalanan pembuatan pakaian berbahan baku ecoprint ini awalnya sejak Pandemi COVID-19.
"Kita mulai 2018 di Antapani Bandung di rumah saya. Saya dengan istri ikut pelatihan dengan Rumah BUMN BRI Bandung dan dapat ilmu dari Dosen Seni Rupa ITB," ujarnya.
"2018 kita sudah tahu caranya, cuma belum diproduksi massal, untuk sendiri saja," tambahnya.
Melihat peluang bisnis pakaian berbahan baku dari ecoprint ini cukup baik, Heri bersama istrinya Nina Sofia (52) akhirnya fokus dengan membangun sebuah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dinamai Bagja Fashion tersebut.
"Pas COVID-19 banyak waktu, akhirnya kita kerjakan dan akhirnya kita fokus ke ecoprint," tutur Heri yang memiliki profesi sebagai seorang geolog atau ahli geologi.
Menurut Heri, tak hanya busana wanita yang dapat dibuat dari kain ecoprint ini. Busana pria juga dapat dibuat dari kain dengan warna dan motif alami itu.
"Kita sudah mulai fesyen itu dengan produksi gamis. Baju wanita, pria dan hijab, ada dress, outer dan masih banyak lagi," tuturnya.
Heri menuturkan, dalam seminggu dia dapat memproduksi 3 lembar kain ukuran 10 meter dengan warna dan motif dari bahan alami itu.
"Kalau hitungan per baju sehari itu bisa 4-5 pcs per hari. Tapi jumlah itu bisa lebih banyak tergantung pesanan juga," ucapnya.
Pegadaian Banyak Bantu Usaha Ecoprint
![]() |
Usaha pakaian ecoprint menjadi satu dari sekian banyak UMKM yang banyak dibantu oleh PT Pegadaian Kanwil X Bandung. Menurut Heri, tanpa bantuan anak perusahaan BRI ini produk ecoprint yang dia buat tidak bisa dipamerkan di Bandara Kertajati hingga pameran bergengsi lainnya dari tingkat daerah hingga nasional.
"Banyak fasilitas yang didapat seperti acara ini. Tantangan sebagai UMKM ya pemasaran, acara seperti ini membantu kita," ujar Heri.
Heri menyebut, karena dia tidak memiliki gerai offline dan mengandalkan jualan online, maka kegiatan pameran itu sangat membantu dirinya karena dapat menunjukkan kualitas terbaik dari produk yang dia buat.
"Karena kalau andalkan jualan online repot juga apalagi saya enggak punya toko offline," tuturnya.
Heri juga mengatakan, jika dia mendapatkan pelatihan dari BRI yakni melalui Rumah BUMN Bandung. "Pelatihan dapat, sampai sekarang suka ikut pelatihan di Rumah BUMN," ujarnya.
Tak hanya itu, dalam setiap pameran Heri juga menyediakan QRIS bagi pengunjung yang ingin membeli produknya. Fasilitas transaksi digital itu disediakan Heri demi kemudahan dalam bertransaksi.
"Ya demi kemudahan bertransaksi, agar transaksi mudah dan simpel saja," ujar Heri.
BRI Aspresiasi UMKM yang Sediakan QRIS-EDC
![]() |
Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengapresiasi para pelaku UMKM yang telah memberikan servis transaksi digital salah satunya melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) hingga Electronic Data Capture (EDC).
Menurutnya, transaksi menggunakan merchant BRI lebih ringkas karena tidak perlu menyiapkan uang kembalian dan tidak perlu repot ke bank untuk menabung ke Bank karena pembayaran langsung masuk rekening.
"Manfaat untuk konsumen, lebih banyak memberikan pilihan pembayaran, lebih simple karena tidak perlu membayar dengan uang cash, pembayaran menggunakan kartu atau scan barcode QRIS. Selain itu, transaksi pembelian menjadi kekinian dan konsumen khususnya konsumen nasabah BRI dapat menikmati program-program BRI," ungkapnya.
Di juga mengatakan transaksi digital, lebih menguntungkan dan memudahkan baik bagi pelaku UMKM atau bagi pengguna itu sendiri.
"Memberikan rasa aman dalam memperoleh pembayaran karena dapat menghindari pembayaran uang palsu dan lebih mudah dalam mengelola keuangan karena pembayaran secara cashless," terangnya.
Dalam pemberdayaan UMKM, BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN demi mewujudkan UMKM go modern, go digital, go online dan go global.
"Juga pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp 33,4 miliar dari 2020-2023," tambahnya.
Terlebih saat ini menurut Sadkiadi sudah banyak UMKM binaan BRI serta UMKM hasil Sinergi Ultra Holding Mikro di wilayah BRI Regional Office Bandung.
"Melalui Sinergi Ultra Holding Mikro antara BRI, Pegadaian dan PNM dibentuk Unit Kerja (Uker) Senyum (Sentra Layanan Ultra Mikro) di mana saat ini terdapat 127 Uker Senyum di wilayah BRI Regional Office Bandung," pungkasnya.
(wip/yum)