Belanja Mudah di Pasar Kosambi dengan Transaksi Digital

Wisma Putra - detikJabar
Minggu, 31 Mar 2024 15:00 WIB
Pedagang di Pasar Kosambi, Kota Bandung gunakan QRIS untuk transaksi jual-beli. Foto: Wisma Putra/detikJabar
Bandung -

Suasana Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jabar, cukup ramai menjelang 12 hari Lebaran. Kedatangan para pembeli ke pasar tradisional itu mencari kebutuhan pokok untuk Hari Lebaran.

Seperti yang dilakukan Aisyah warga Kelurahan Merdeka itu datang ke Pasar Kosambi untuk membeli bahan baku kue. Setiap Lebaran, ibu dua anak ini kerap membuat kue kering untuk dihidangkan di Hari Lebaran.

"Mau beli terigu, gula dan lainnya," kata Aisyah kepada detikJabar.

Wanita berumur 38 tahun itu mengaku, berbelanja kebutuhan pokok di Pasar Kosambi sangat mudah karena bisa menggunakan transaksi digital, di mana sejumlah pedagang saat ini sudah menyediakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

"Tinggal buka mobile banking, arahkan kamera ke barcode, kita bisa langsung bertransaksi," kata Aisyah yang merupakan pengguna BRImo.

Aisyah mengaku, berbelanja baik ke pasar tradisional atau ritel saat ini tidak perlu ribet bawa uang tunai karena rata-rata seperti di Pasar Kosambi sudah bisa gunakan transaksi digital.

"Kalau kaya supermarket atau minimarket mah nggak usah ditanya, tapi di Pasar Kosambi juga udah banyak yang pakai QRIS, mungkin seiring berjalannya waktu para pedagang juga sudah beralih pada transaksi digital," ungkap Aisyah.

"Sekarang masih ada juga yang belum pakai, saya lihat 50:50, mungkin tahun depan bakal semakin banyak pedagang yang sediakan QRIS di kiosnya," tambahnya.

Kemudahan transaksi digital di Pasar Kosambi juga dirasakan Eva Dilla Sari (28). Eva mengatakan dengan pedagang sediakan barcode QRIS dia tidak harus membawa banyak uang cash.

"Uang cash bawa, sekarang mah nggak usah bawa uang cash banyak-banyak, karena pedagang udah banyak yang gunakan QRIS, jadi transkasi berapapun tinggal scan aja," ujar Eva.

"Beli sembako, sayuran sampai daging sapi sudah bisa pakai QRIS, mudah sekarang mah," tambah Eva.

Tapi Eva menyayangkan masih ada pedagang yang belum gunakan QRIS. Hal tersebut kerap membuatnya jengkel. "Jujur suka kesel, aneh aja di zaman sekarang gitu masih ada pedagang yang nggak ikut kemajuan teknologi. Keselnya gini, saya mau beli ini itu, gak ada QRIS, sementara saya gak bawa uang cukup, bisa ditransfer katanya, eh beda bank, harus ada biaya transaksinya," terang Eva.

Tapi Eva yakin, semakin banyak orang yang gunakan QRIS maka akan semakin banyak pedagang yang menyediakan QRIS di tempat jualannya. "Perlahan tapi pasti, pedagang pasti ikuti zaman," ujar Eva.

Pedagang di Pasar Kosambi, Kota Bandung gunakan QRIS untuk transaksi jual-beli. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Kebiasaan Sejak Pandemi COVID-19

Pembeli lainnya Azis (29) mengatakan, kebiasaan transaksi digital baik dalam bertransaksi di pasar atau di tempat lainnya sudah dilakukannya sejak masa Pandemi COVID-19.

"Udah lama, sejak Pandemi COVID-19. Dulukan kalau jajan atau beli apa harus menjaga protokol kesehatan, termasuk tidak bertransaksi dengan menggunakan uang tunai untuk mencegah penyebaran virus COVID-19," jelas Azis.

Kebiasaan tersebut menurut Azis terus dia lakukan hingga saat ini. Bukan lagi karena menjaga protokol kesehatan, pria yang merupakan warga Cicaheum itu menyebut jika transaksi digital yang dilakukannya lebih praktis dibandingkan dengan bertransaksi dengan menggunakan uang digital.

"Lebih mudah, praktis, juga aman. Gak takut lagi kecopetan istilahnya kalau mau belanja ke pasar karena sudah jarang bawa uang di dompet, malah dompet saya simpan di motor, itu juga buat nyimpen KTP, SIM dan STNK," ujar Azis.

Azis yang berprofesi sebagai penjual batagor itu juga mengaku, tak hanya belanja dengan transaksi digital, di tempat jualannya dia juga sediakan QRIS.

"Pakai QRIS saya juga, ya saya sediakan supaya memudahkan pembeli kalau mau belinbatagor di tempat saya," tutur Azis.

Transaksi Digital: Pedagang Tak Perlu Repot Kembalian

Sejumlah pedagang di Pasar Kosambi, Kota Bandung menyambut baik transaksi digital yang kini digunakan. Sejumlah pedagang menyediakan barcode QRIS di kiosnya, untuk yang bekerjasama dengan Bank BRI ada poster BRImo.

Seperti di kios sembako milik Yana (32). Dia mengatakan, dengan adanya QRIS pembeli yang belanja ke kiosnya jadi lebih mudah.

"Kadang orang yang mau belanja itu enak, nanya A punya QRIS gak? Punya. Sini saja," ujar Yana.

Sebagai pedagang di pasar tradisional, Yana harus mengikuti perkembangan teknologi agar kiosnya tidak ditinggalkan para pembeli. Meski masih didominasi pembeli yang menggunakan uang cash, transaksi digital tidak bisa dihindarkan.

"Iya harus ikuti, transaksi jadi gampang, meski masih banyak yang cash, cash 70 persen, digital 30 persen. Saya pakai sudah lama, amman dan mudah digunkan," tuturnya.

Pedagang sembako lainnya Ika (66) mengatakan, meski belum banyak yang menggunakan QRIS, dia menyebut setiap harinya ada saja yang melakukan transaksi digital.

"Jumlah tidak tentu, bisa sampai Rp 2 juta sehari yang gunakan digital. Dominasi pembeli muda, untuk anak muda diberi kemudahan, kalau orang tua sepertinya ribet," ujarnya.

Beda dengan toko sembako milik Dani (35). Dia mengatakan perbandingan pembeli dengan menggunakan uang cash dan gunakan transaksi digital perbandingannya sama.

"Ada 50:50, orang tua jarang pakai, yang banyak itu muda-muda kebanyakan. Mereka gunakan transaksi digital karena lebih gampang, gak udah siapkan uang kembalian," ujar Dani.

Pedagang di Pasar Kosambi, Kota Bandung gunakan QRIS untuk transaksi jual-beli. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Transaksi Digital: Ikuti Cina

Kepala Lab Robotics Artificial Intelligence and Digital Image (RAID) Universitas Padjadjaran Asep Sholahuddin MT mengatakan, Indonesia harus belajar ke Cina untuk perbandingan transaksi digital. Menurut Asep, di Cina setiap transaksi sudah gunakan transaksi digital.

"Transaksi digital lebih praktis, nggak pakai kembalian, di Cina gak ada cash sudah digital semua," kata Asep dihubungi detikJabar via sambungan telepon.

Tak hanya supermarket, swalayan, minimarket, kafe hingga resto. Menurutnya, pedagang hingga UMKM juga harus mulai gunakan transaksi digital.

"Kalau di kita masih banyak cash, seharusnya semuanya harus mulai kaya penjual bakso, cendol, semuanya pakai nanti bayarnya pakai QRIS. Harusnya mah, tahun kemarin tuh udah dimulai," tuturnya.

Mengapa setiap transaksi menurut Asep harus gunakan digital, karena seperti pembayaran seperti tol atau parkir juga saat ini sudah gunakan transaksi digital.

"Bayar E-tol, bayar parkir. Di Jakarta kebanyakan sudah banyak yang pakai transaksi digital ya, karena selain cepat, dari segi keamanan menguntungkan," ujar Asep.

Pedagang di Pasar Kosambi, Kota Bandung gunakan QRIS untuk transaksi jual-beli. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Pengguna QRIS di Jabar Melesat

QRIS merupakan penyatuan berbagai macam QR dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) menggunakan QR Code dan dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama dengan Bank Indonesia agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.

Saat ini, dengan QRIS seluruh aplikasi pembayaran dari penyelenggara manapun baik bank dan nonbank yang digunakan masyarakat, dapat digunakan di seluruh toko, pedagang, warung, parkir, tiket wisata, donasi (merchant) berlogo QRIS, meskipun penyedia QRIS di merchant berbeda dengan penyedia aplikasi yang digunakan masyarakat.

Merchant hanya perlu membuka rekening atau akun pada salah satu penyelenggara QRIS yang sudah berizin dari BI. Selanjutnya, merchant sudah dapat menerima pembayaran dari masyarakat menggunakan QR dari aplikasi manapun penyelenggaranya.

Pemerintah daerah terus berkomitmen dalam implementasi digitalisasi ekonomi daerah, antara lain melalui elektronifikasi transaksi pemerintah daerah (ETPD), hal tersebut dikatakan Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar Bambang Pramono

Bambang mengungkapkan, transaksi digital melalui QRIS di Jawa Barat semakin meningkat ditujukan melalui lompatan jumlah merchant QRIS di Indonesia terus meningkat, dimana hingga 30 Desember 2022 lalu telah terdapat 23,97 juta merchant yang sudah menggunakan QRIS dan terdapat 28,76 juta warga yang sudah menggunakan QRIS.

"Jawa Barat menjadi wilayah dengan pengguna QRIS terbanyak di Indonesia," katanya.

Per 2023 di Jawa Barat telah terdapat 6,82 juta pengguna QRIS atau 23,72 persen nasional dengan jumlah merchant QRIS sebanyak 4,59 juta atau 23,30 persen nasional.

"Kekuatan digitalisasi ekonomi di Jawa Barat menjadi modal dasar untuk mempercepat realisasi Jawa Barat Provinsi Digital," jelasnya.

Pedagang-Pembeli Untung Gunakan Merchant BRI

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, lebih dari 400 ribu pelaku usaha di Jawa Barat gunakan merchant BRI. Sadmiadi menyebut, pedagang untung dengan gunakan transaksi digital ini.

"Kesempatan untuk mendatangkan omzet yang lebih besar karena tidak tergantung dari uang cash yang dibawa konsumen tetapi pembelanjaan konsumen sesuai dana yang terdapat di rekening konsumen sebagai sumber pembayaran," kata Sadmiadi kepada detikJabar.

Menurutnya, EDC Android BRI bentuknyaknya eye catching dan mudah dalam penggunaan, memiliki call centre 24 jam, bebas biaya sewa dan pengelolaan keuangan lebih mudah karena semua transaksi tercatat dalam sistem cashless.

"Dengan jumlah pemegang kartu BRI sebanyak 7,4 juta di wilayah Jabar, maka merchant akan lebih efisien jika kartu BRI ditransaksikan pada EDC BRI," tuturnya.

Sementara itu, keuntungan transaksi gitu digital bagi pembeli yakni lebih banyak memberikan pilihan pembayaran dan lebih simple karena tidak perlu membayar dengan uang cash.

"Pembayaran menggunakan kartu atau scan barcode QRIS, kekinian dan konsumen khususnya konsumen nasabah BRI dapat menikmati program-program promo dari merchant kerjasama BRI," pungkasnya.




(sud/sud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork