Sapu Lidi Kelapa asal Pangandaran Laku di Pakistan dan India

Sapu Lidi Kelapa asal Pangandaran Laku di Pakistan dan India

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Senin, 25 Mar 2024 06:00 WIB
Tempat produksi sapu lidi milik Suryadi di Pangandaran
Tempat produksi sapu lidi milik Suryadi di Pangandaran (Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar)
Pangandaran -

Suryadi (68) sukses berjualan sapu lidi kelapa dari Pangandaran hingga ekspor ke Pakistan dan India. Jualan sapu lidi itu dilakoninya dari sejak tahun 1998.

Pria asal Dusun Kemplung, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat itu tekun menggeluti usaha sapu lidi meski kala itu Indonesia digoncang krisis moneter.

"Awalnya bisnis biasa untuk jualan ke tetangga, warung dan toko. Kemudian berkembang bisa ekspor ke Jawa Tengah. Tepatnya daerah Solo, Pekalongan dan Klaten," kata Suryadi saat ditemui detikJabar, Kamis (21/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, usaha jualan sapu lidi sudah ditekuni saat ekonomi Indonesia mengalami krisis moneter. "Alhamdulillah saat itu usaha jualan sapu masih dibilang cukup baik walaupun harganya murah," ucap dia.

Sapu lidi milik Suryadi yang dulunya hanya untuk ke warung-warung dan toko, mulai berkembang saat awal tahun 2000an. Lalu lima tahun setelahnya bisnis sapu lidi Suryadi mulai melakukan pengiriman intens ke daerah Jawa Tengah.

ADVERTISEMENT

"Kalau bisnisnya meluas mulai tahun 2005, waktu itu ada teman yang suka ekspor kelapa menawarkan agar sapu lidi milik saya juga ekspor," ucapnya.

Setelah ada penawaran ekspor, Suryadi memberanikan diri untuk menjualnya keluar daerah hingga ada tawaran pengiriman untuk berbagai negara di Asia, meskipun saat itu belum ada jaminan bayar.

"Waktu itu pembayaran belum secanggih sekarang dibayar melalui transfer. Dulu saya titipkan ke teman saya. Alhamdulillah kerjasamanya terjalin dengan baik bayarannya lancar," kata Suryadi.

Sapu Lidi Kelapa Ekspor ke Pakistan

Tempat produksi sapu lidi milik Suryadi di PangandaranTempat produksi sapu lidi milik Suryadi di Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar

Suryadi mengatakan awal mula ekspor hanya dikirim ke Pakistan untuk pesanan sapu di pabrik dan perusahaan. "Di sana dibelinya oleh perusahaan, kantor dan pemerintah, kalau di sini mungkin petugas kebersihan," kata dia.

Kemudian, permintaan sapu lidi kelapa milik Suryadi dilirik pasar India. "Setelah itu dari India juga ada pesanan, sekali kirim 5 kontainer," katanya.

Pengiriman sapu lidi milik Suryadi ke Pakistan dilakukan setiap 3 bulan sekali ataupun sesuai permintaan. "Kalau ekspor memang tidak setiap bulan. Setahun 3 sampai 4 kali," ucapnya.

Dalam sehari Suryadi dapat memproduksi 5 ribu sapu lidi yang dibuat di halaman rumahnya sebagai ruang produksi. "Kalau lagi ada pesanan, paling banyak 5 ribu pcs sehari," ucapnya.

Harga Sapu Lidi Suryadi

Tempat produksi sapu lidi milik Suryadi di PangandaranTempat produksi sapu lidi milik Suryadi di Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar

Menurut Suryadi untuk satu paket sapu lidi itu dijual dengan harga Rp 14.400 dengan isi sepaketnya 5 sapu lidi. "Itu kalau hitungan paket beli banyak atau ekspor," katanya.

Sementara itu, untuk harga satuan ke warung-warung di Pangandaran hanya Rp 4.000 per ikatnya. Ia mengatakan karena penjual sapu lidi di Pangandaran cukup banyak.

"Tapi kalau saya pesanan lebih banyak dari luar daerah," kata dia.

Untuk sekali produksi, biasanya Suryadi membeli lidi kelapa yang sudah bersih atau sudah bahan jadi. "Kalau dulu dari bahan mentah sampai meraut di kami. Sekarang dari pengepul kami menerimanya lidi bersih, jadi sampai di sini sudah tinggal mengikat," katanya.

Penghasilan Menjual Sapu Lidi

Tempat produksi sapu lidi milik Suryadi di PangandaranTempat produksi sapu lidi milik Suryadi di Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar

Suryadi mengatakan untuk penghasilan dari bisnis sapu lidi setiap bulannya mengalami naik turun atau tidak sama. "Kalau penghasilan setiap bulannya naik turun. Kan ekspor adanya 3 bulan sekali atau 4 kali dalam setahun," ucapnya.

Menurutnya, untuk penghasilan dari bisnis sapu lidi kebanyakan dirasakan secara harian. "Kalau yang mayeng (terus) itu penghasilan harian. Sehari Rp 2 juta dapat bisa, alhamdulillah," katanya.

Dari penghasilan itu, Suryadi harus menggaji 3 karyawan yang bekerja cukup lama dengan usaha sapu lidi miliknya. "Kalau pegawai ada 3, tapi kalau lagi permintaan banyak biasanya kami panggil juga warga setempat yang siap bekerja dibayar upah harian," ucapnya.

Kata dia, dari 3 pekerja itu memiliki fungsinya masing-masing, dari mulai meraut ulang, mengikat hingga packing. "Semuanya pekerja yang harus ada setiap hari," katanya.

KUR BRI Memperluas Usaha Sapu Lidi Suryadi

Tempat produksi sapu lidi milik Suryadi di PangandaranTempat produksi sapu lidi milik Suryadi di Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar

Suryadi bercerita jika perjalanan singkat yang diceritakan soal keberhasilan hanya bagian dari hal-hal senangnya. "Kalau soal perjalanan hidup setiap orang pasti berbeda," kata dia

Ia mengatakan, tahun 1998 itu tidak memiliki modal untuk berjualan dan hingga akhirnya mencari modal supaya bisa jual ke luar daerah.

"Waktu itu saya pinjam ke bank BRI melalui KUR untuk keperluan usaha beli mobil bak sama biaya operasional pengiriman ke daerah Jawa Tengah," kata dia.

Satu mobil bak yang Suryadi beli masih terparkir di samping rumahnya. "Sebagai kenangan mobil itu masih ada," ucapnya.

Bahkan, kata dia, untuk tahun itu pertama meminjam sebesar Rp 25 juta. "Kalau pinjam ke KUR BRI berkali-kali kang, sampai sekarang pun ada alhamdulillah lancar semua. Sekarang pinjamnya yang Rp 150 juta," katanya.

Suryadi mengatakan sangat berterimakasih kepada pihak bank yang telah memberikan pinjaman untuk memperluas akses usaha. "Tentunya sangat terbantu kalau bagi saya," ucap dia.

Sekolahkan Anak Hingga Jadi Prajurit TNI

Suryadi mengaku bersyukur kedua anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang layak untuk saat ini. "Alhamdulillah anak dua, satu sudah kuliah dan sekarang jadi prajurit TNI. Sementara satu lagi kerja di salah satu perusahaan di Kalimantan," katanya.

Dari berjualan sapu, Suryadi mendapatkan keinginan yang diimpikan sejak lama. Impian itu setelah tuntas menyekolahkan anak. "Dari dulu kalau usia mulai senja pengen ngurusin kebun sama punya sawah. Alhamdulillah sekarang sudah punya," ujarnya.

Bantuan KUR Untuk UMKM di Jawa Barat

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, selama 6 (enam) tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah.

"Sebanyak 3,9 juta nasabah itu dengan total nominal penyaluran sebesar Rp 102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung, di luar Bogor, Depok, Bekasi, Karawang yang termasuk wilayah kerja BRI Regional Office Jakarta 2," kata Sadmiadi, belum lama ini.

Menurutnya, BRI terus melakukan upaya untuk mendukung UMKM naik kelas seperti, membina klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. "Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," terangnya.

Selain itu, kata Sadmiadi, BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM (Go Modern, Go Digital, Go Online, Go Global). "Terdapat 3 Rumah BUMN yang berlokasi di Bandung, Purwakarta, dan Tasikmalaya," ucapnya.

Agus berkata, saat ini juga telah melakukan pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp 33,4 miliar dari 2020 s.d 2023.

"Kami juga buka akses untuk para pelaku usaha melalui LinkUMKM," ucapnya.

Ia mengatakan LinkUMKM ini merupakan Platform Pemberdayaan Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website & aplikasi.

"Terdapat juga scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," ucapnya.

(yum/yum)


Hide Ads