Misman (55), warga Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, tak pernah menyangka karya kreasi anyaman tas hata dan kerajinan miliknya bisa ekspor ke Eropa. Tas fesyen perempuan yang bahan baku utamanya dari rumput gunung (hata) itu dapat memikat hati pembeli luar negeri.
Awal mula bisnis anyaman milik Misman moncer masuk dunia ekspor pada 2022. Miswan merintis usaha berbagai kreasi anyaman hata mulai tahun 2013. Selama 10 tahun jatuh bangun mempertahankan usaha kecilnya.
"Karena kebutuhan fesyen itu untuk ibu atau kaum perempuan lebih banyak, maka kami pun sejak 2022 kebanyakan menciptakan produk fesyen pernak-pernik perempuan dan perlengkapan rumah," kata Misman kepada detikJabar, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain tas, Misman menyediakan kerajinan kebutuhan rumah tangga seperti tatakan (alas), lampion, pot bunga, dan keranjang kecil. "Kami juga siap menerima pesanan kerajinan sesuai request atau kemauan pelanggan," ucapnya.
Menurutnya, bahan untuk membuat tas yang dijual berbahan dari rumput gunung (hata) diambil dari hutan. Sejak pertama kali berkarya tahun 2013, Misman mengaku jatuh-bangun dan sempat berhenti tidak produksi karya.
"Wah perjuangannya panjang, saat itu ada timbul greget usaha, gimana caranya menyampaikan kepada pengrajin setempat untuk membuat karya yang lebih inovatif dan penuh imajinasi," katanya.
Untuk biaya produksi kerajinan hata, Misman mengatakan biaya produksi cukup terjangkau. "Biaya produksi memang murah karena memakai cara kerja yang tradisional. Cuman sulitnya proses anyam, butuh proses panjang dan teliti," ucapnya.
Sementara itu peralatan yang digunakan untuk membuat kerajinan hata hanya memakai alat manual. "Tanpa mesin. Hanya diasap saja, dikeringkan, hanya rumput gunung alami, warnanya juga bahan alami dari warna aslinya," kata Misman.
![]() |
Dijual Lewat Marketplace
Misman mengatakan, semenjak berkembang era digital atau jualan online, produk kerajinan hata miliknya mulai dipasarkan secara online melalui berbagai platform marketplace dan media sosial.
"Kami melibatkan anak muda untuk mengurusi penjualan online, karena saya akui masih gaptek. Sehingga untuk posting kami gandeng generasi milenial," ucapnya.
Dengan penjualan melalui marketplace, Misman mengakui sangat mempermudah penjualan meskipun pemesanan tetap manual melalui kontak pesan WhatsApp. "Kita kan melibatkan anak muda dalam proses pemasaran, alhamdulillah terbantu juga," katanya.
Untuk menjual secara offline galeri hata milik Misman berada tak jauh dari objek wisata Citumang, Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran.
![]() |
Permintaan Ekspor Tas Hata
Menurut Misman permintaan ekspor tas hata bermula saat ada wisatawan objek wisata Citumang main ke galeri hata. "Saat itu ada yang menarik untuk membeli dan kebetulan ada pihak ketiga yang suka ekspor meminta sampel untuk dibawa," ucap dia.
Ia mengatakan untuk dijualnya itu pesanan sesuai permintaan dan tidak semua produk hanya alas dan tas. "Ekspornya ke Swiss, Vietnam, dan Amerika, sudah ada yang kontrak dengan kami dan datang langsung ke galeri," katanya.
Kata Misman, untuk di Indonesia permintaan pembeli kirim ke Jakarta, Bandung, Lombok dan Bali buat souvenir. "Untuk harga tas beragam tergantung desain permintaan mulai dari Rp 200 ribu, Rp 250 ribu dan Rp 700 ribu. Kalau paling murah itu gelang hanya Rp 5 ribu," ucapnya.
Menurutnya, untuk ekspor itu tergantung pengirimannya banyak atau tidaknya, bisa lebih dari itu. "Cuman saat ini masih tergantung pesanana," katanya.
Biasanya, Misman menerima pesanan paling sedikit 50 tas hata dengan beragam desain permintaan. "Kan ada tas hand bag, tas belanja dan tas lainnya," ucap dia.
Ia mengatakan untuk penjualan lebih banyak di Indonesia kalau yang beli intens. "Karena kalau ekspor ada yang 1 bulan sekali 2 bulan ataupun 3 bulan sekali," katanya.
"Untuk sebulan memang gak terlalu banyak sih, karena saya juga baru kalau untuk ekspor, disesuaikan aja karena kontrak, kami juga kan UMKM kecil. Belum bisa pengiriman dengan kapasitas banyak," kata Misman.
Menurut Misman sekali produksi untuk ekspor tas 100 hingga 200 pcs menghabiskan biaya produksi hingga Rp 20 juta.
"Omset per bulan Rp 20 juta itu bersihnya, kalau kotornya sama produksi bisa mencapai Rp 60 juta dari ekspor saja," ucapnya.
![]() |
QRIS BRI Permudah Proses Transaksi
Perjalanan membangun bisnis kerajinan hata tidak lepas dari peran kemudahan melakukan transaksi uang digital melalui Qris BRI. Misman mengatakan untuk mempermudah pembeli menyediakan pembayaran dengan transaksi digital.
"Sekarang era modern jadi untuk transaksi pun kami pakai Qris atau melalui uang digital Brimo Bank BRI, kebanyakan pakai QRIS BRI sih yang umum," ucapnya.
Dengan adanya transaksi uang digital, Misman mengatakan cukup terbantu karena mudah tidak banyak langkah. "Kan kalau transaksi digital tidak ribet hanya tinggal satu klik saja," katanya.
Misman mengatakan perputaran uang dari QRIS terbilang cukup besar daripada uang cash atau dari hasil transfer langsung. "Kayaknya setiap penjualan di galeri kami sama pameran-pameran transaksi 80% melalui QRIS, karena saya itu gaptek (gagap teknologi), alhamdulillah dibantu oleh anak-anak yang jaga untuk proses transaksinya," katanya.
![]() |
KUR BRI Perluas Bidang Usaha Kerajinan Hata Milik Misman
Jurnalis DetiJabar mencoba kembali mendatangi galeri Perajin Hata Mitra Saluyu di Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran pada Sabtu (16/3/2024) siang.
Sejak tahun 1999 Misman menjadi salah satu pencari hata di wilayah Desa Bojong, untuk dikirim ke beberapa daerah. Namun, waktu itu, pihaknya hanya mencari bahan baku bukan untuk kerajinan.
"Sedih kalau diceritain mah. Saya benar-benar dari nol, tidak punya apa-apa tidak seperti sekarang, rumah sudah nyaman, kendaraan lengkap. Bapakmaha dari modal dengkul, modal ngalengkah, ikhtiar dan doa," kata Misman.
Misman mengatakan tidak pernah terpikir sama sekali bisa naik pesawat ke Lombok dan Bali baru-baru ini. "Jajauheun dulu mah (sangat jauh) bisa naik pesawat. Sekarang karena kebutuhan pengiriman seminggu sekali bos disana minta saya datang," ucapnya.
Menurut dia, bosnya yang membeli hata memberikan modal tanpa pernah ketemu dan tanpa jaminan. "Saya dulu untuk ekspor ke Lombok ini dikirim uang langsung, tanpa jaminan. Karena mungkin saya dapat dipercaya, seberapapun uang dikirim ke saya tanpa jaminan. Alhamdulillah barang dari kami selalu sesuai harapan," katanya.
Dia berkata, bahwa nilai kejujuran lebih dari apapun, apalagi orang yang belum dikenal. "Andaikan saja kesempatan saat itu saya manfaatkan dan berbohong. Mungkin tidak seperti sekarang," ucapnya.
Misman menceritakan awal mula perluasan usaha galeri kerajinan hata miliknya berkat KUR BRI. Hasil pinjaman itu digunakan Misman untuk memperluas usaha hata.
"KUR BRI pinjam itu sudah beberapa kali, terakhir pinjam seingat saya tahun 2019 sebesar Rp 30 juta," kata Misman.
Ia mengatakan uang itu digunakan untuk membeli bahan baku dari para pencari hatta dan perluasan pembuatan galeri. "Uang dari KUR itu buat beli bahan baku untuk dijadikan beragam kerajinan," katanya.
Saat ini, menurut dia, permintaan bahan baku untuk kerajinan hata sudah ada pesanan secara intens ke Lombok Tengah dan Bali. "Sebulan 2 kali pesan itu langsung kirim ke Bali dan Lombok. Sekali kirim 1 truk hata atau 1200 batang," ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, Misman pun perluas pencarian bahan baku untuk hata. Saat ini Misman sudah punya cabang perajin di Kabupaten Tasikmalaya.
"Alhamdulillah punya cabang perajin di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Disana kami memberdayakan masyarakat sekitar," katanya.
Dari hasil sekali kirim ke Lombok dan Bali, 1 truk hata Misman mendapatkan sebesar Rp 150 juta. "Tapi Rp 150 juta itu dipotong operasional, administrasi dan sebagiannya," ucapnya.
Pesanan Kerajinan Cebo ke Swiss Terus Meningkat sejak tahun 2023
Menurut Misman kerajinan hata cebo alias perabot dapur miliknya diminta mengirim barang setiap bulan sebanyak 1.000 pcs untuk ke Swiss. "Kirim ke Swiss itu rutin, ada supplier Craft disana. Dulu tahu saat liburan ke Pangandaran," katanya.
Selain ke Swiss, Misman menerima pesanan cukup intens dari Amerika untuk tas anyam hata. "Fesyen hata untuk perempuan banyak itu. Cuman ke Amerika sesuai pesanan tidak tiap bulan," ucapnya.
Bukan hanya tas, Misman juga menerima pesanan satuan seperti wadah buah-buahan, wadah tempat kucing hingga hiasan lampu.
"Orang luar sana sukanya emang barang-barang dari alam. Sedikit-sedikit saya pun belajar dari mereka," katanya.
Untuk mengerjakan ribuan pesanan, Misman memberdayakan masyarakat sekitar di Desa Bojong. "Kalau pekerja saya memanfaatkan warga setempat," katanya.
![]() |
Pameran Membuat Kerajinan Misman Semakin Dikenal
Mengikuti acara dan event pameran kerajinan, membuat hasil karya Misman semakin moncer dan dikenal banyak orang.
Menurutnya, Pameran Inacraft Internasional di Senayan Jakarta sejak tahun 2016 membuat banyak orderan dan pesanan masuk.
"Ikutan Inacraft Internasional di Jakarta setiap tahun itu memberikan saya peluang. Alhamdulillah dari situ saya banyak belajar. Kenalan sama orang Lombok juga dari situ," katanya.
Selain itu, Misman juga sering terlibat pameran Pemprov Jabar yang digelar Dekranasda. Bahkan pada tahun 2019 kerajinan Hata milik Misman meraih Juara 1 Dekranasda Jabar Award kategori serat alam.
"Alhamdulillah selalu dijadikan contoh untuk UMKM kerajinan dari Pangandaran," kata dia.
Program TV yang Membawa Kerajinan Misman Makin Ngartis
Tahun 2019, kerajinan Misman masuk sejumlah program televisi nasional. Bahkan proses syutingnya langsung dilakukan di galeri miliknya.
"Waktu itu masuk program Jejak Si Gundul, Tau Gak Sih, Jejak Petualang dan Panji Petualang," kata dia.
Berkat masuk TV itu, kata Misman, wisatawan yang akan berlibur ke Citumang selalu mampir ke galeri Kerajinan Hata Mitra Saluyu.
Bantuan KUR Untuk UMKM di Jawa Barat
Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, selama 6 (enam) tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah.
"Sebanyak 3,9 juta nasabah itu dengan total nominal penyaluran sebesar Rp 102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung, di luar Bogor, Depok, Bekasi, Karawang yang termasuk wilayah kerja BRI Regional Office Jakarta 2," kata Sadmiadi, belum lama ini.
Menurutnya, BRI terus melakukan upaya untuk mendukung UMKM naik kelas seperti, membina klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. "Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," terangnya.
Selain itu, kata Sadmiadi, BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM (Go Modern, Go Digital, Go Online, Go Global). "Terdapat 3 Rumah BUMN yang berlokasi di Bandung, Purwakarta, dan Tasikmalaya," ucapnya.
Agus berkata, saat ini juga telah melakukan pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp 33,4 miliar dari 2020 s.d 2023.
"Kami juga buka akses untuk para pelaku usaha melalui LinkUMKM," ucapnya.
Ia mengatakan LinkUMKM ini merupakan Platform Pemberdayaan Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website & aplikasi.
"Terdapat juga scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," ucapnya.
(orb/orb)