Kisah Rangga Madman, Pembuat Kaus Distro Legendaris di Sumedang

Antero Distro

Kisah Rangga Madman, Pembuat Kaus Distro Legendaris di Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Minggu, 19 Nov 2023 10:00 WIB
Rangga Wianggadana (41), salah satu pencetus kaus distro di Sumedang.
Rangga Wianggadana (41), salah satu pencetus kaus distro di Sumedang (Foto: Nur Azis/detikJabar).
Sumedang -

Tak sekedar bisnis semata tapi melampaui itu. Ini tentang semangat, daya kreativitas serta identitas kaula muda pada zamannya.

Bandung tahun 2000-an adalah kota tempat bermunculannya grup musik dengan beragam genrenya. Serta, sarang bagi kemunculan produk-produk fesyen yang dikenal dengan istilah distro (distributor outlet).

Sekadar diketahui, pakaian atau kaus distro merupakan sebuah produk fesyen independen bukan pabrikan hasil kreasi anak-anak muda. Kaos distro menawarkan kesan unik dengan desain ekslusif serta terbatas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena itu turut mempengaruhi daerah di sekitarnya yang salah satunya adalah Sumedang. Geliat musik dan fashion turut menggeliat di daerah berjuluk kota tahu ini.

Ada satu brand pakaian lokal yang cukup legendaris dan masih eksis hingga kini, yakni Madman. Namanya tak asing pada era itu pun pada era kini. Adalah Rangga Wianggadana (41), nama di balik brand tersebut.

ADVERTISEMENT

Kepada detikJabar, Rangga menceritakan kisahnya mengarungi bidang usaha fesyen hingga berhasil membangun sebuah konveksi.

Menurut Rangga, semua berawal dari hobi bermusiknya serta kecintaannya terhadap desain-desain kaus custom. Ditambah, ada satu pemicu hingga pada akhirnya ia menekuni bidang usahanya tersebut.

"Saya waktu itu masih kuliah di Unpad dan saat KKN di Garut sekitar tahun 2002, saya menang juara lomba desain kaus tingkat Kecamatan, namun saat itu ternyata saya pun diminta juga untuk memproduksi kaus tersebut," ungkapnya.

Kemenangan atas lomba desain tersebut boleh dibilang menjadi awal mula pengembaraan Rangga dalam usaha fesyen khususnya kaus, saat dirinya belum memiliki modal apa-apa.

Kota Bandung menjadi pilihan sekaligus tempat pertamanya berkenalan dengan dunia produksi kaus berstandarkan distro. Tempat pertama yang ia jejaki adalah di sekitaran Jalan Surapati atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jalan Suci (Surapati-Cicaheum). Jalan Suci sendiri sudah sedari dulu dikenal sebagai salah satu pusat pembuatan kaus-kaus sablonan.

"Saat itu ada teman saya satu kampus yang menyarankan agar saya membuat kausnya ke Jalan Suci, di sana ada sebuah konveksi kenalan teman saya itu, lokasinya masuk ke sebuah gang dari tempat jualan kaus-kaus sablonan," terangnya.

Rangga Wianggadana (41), salah satu pencetus kaus distro di Sumedang.Rangga Wianggadana (41), salah satu pencetus kaus distro di Sumedang. Foto: Nur Azis

Seperti disebutkan sebelumnya, musik dan fesyen kala itu adalah satu hal yang saling mempengaruhi. Rangga yang kala itu memiliki sebuah grup band beraliran rap core atau hip metal, pun diminta untuk membuat kaus untuk grup bandnya itu. Meski, ia pun kala itu kemudian memilih untuk bersolo karir dengan menjadi seorang rapper.

"Jadi grup-grup band saat itu akan lebih bangga jika memakai kaus bikinan sendiri daripada yang sudah ada di mal-mal, termasuk grup band saya yang saat itu meminta saya untuk dibuatkan kausnya," ujarnya.

Singkatnya, pada kurun waktu 2002 hingga 2004 seolah menjadi puncak keberuntungan bagi Rangga. Betapa tidak, pada saat itu ia dibanjiri pesanan kaus. Ditambah kala itu ia pun memenangi sebuah ajang kompetisi rapper skala nasional di Kota Bandung.

"Entah kenapa pada tahun-tahun itu keadaan seperti mendukung saya, saya menang lomba rapper terus pesanan kaus pun saat itu cukup banyak," ungkapnya.

Namun menurut Rangga, gebrakan usahanya yang paling signifikan saat berhasil menyasar pangsa pasar kalangan remaja setingkat SMA, berupa pembuatan kaus kelas secara mandiri.

Momen itu pulalah yang turut melambungkan nama Rangga di bidang usaha yang ditekuninya itu.

"Pada saat itu ada sebuah tren yang mana anak-anak SMA rata-rata memiliki kaus kelasnya sendiri yang khas serta mandiri. Nah hampir se-Sumedang untuk pembuatan kaus kelas itu bikinnya sama saya," ujarnya.

Kala itu, kaus yang dibuat Rangga menawarkan kualitas berstandar distro. Standar kualitas itu ia pelajari seiring dirinya banyak berkenalan dengan distro-distro yang ada di Kota Bandung.

"Sebelum saya buka tempat produksi sendiri, saya itu biasa menggarap setiap pesanan kaus dengan sistem makloon ke Bandung, jadi semisal jasa potong kainnya di tempat A, lalu sablonnya di tempat B, tapi dari situ saya jadi kenal dengan distro-distro di Bandung dan jadi tahu bagaimana alur proses produksi pembuatan baju," paparnya.

Asal-usul Munculnya Nama Madman

Produksi kaus buatan Rangga dilabeli dengan sebuah merek bernama Mad Clothing. Dari Mad Clothing kemudian berubah menjadi Madman.

"Jadi dulu itu ada image kalau kaus produksi sendiri memiliki label maka kaus itu cukup kerenlah dan buat label itu lumayan harganya, nah saya srndiri untuk buat labelnya itu dari uang hasil juara lomba rap yang saya sebutkan sebelumnya," terangnya.

Menurut Rangga, nama Madman sendiri tidak punya arti filosofi secara khusus. Nama itu dipilih hanya karena mudah diingat dan mudah secara pelafalan.

Seiring berjalan waktu, produksi kaus buatan Rangga pun mengalami perkembangan. Setahap demi setahap perkembangannya itu terlihat dari mulai memiliki tempat usaha sendiri hingga memiliki sebuah outlet di sekitaran Jatinangor.

"Adanya outlet di Jatinangor boleh dibilang juga sebagai salah satu puncak kejayaan Madman, orderan kaus saat itu cukup tinggi terutama pesanan datang dari para Praja IPDN," terangnya.

Meski demikian yang namanya usaha ada kalanya berada di puncak namun ada kalanya juga berada di bawah. Hal itu pun dialami oleh Madman pada saat pandemi Covid-19 melanda.

Namun, berkat kegigihan dan pengalaman di bidangnya, Madman mampu bertahan dan masih cukup berjaya hingga kini.

Madman yang berlokasi di Perumahan Mekarsari, Desa Mekarjaya, Kecamatan Sumedang Utara, kini telah menerima pesanan beragam jenis fesyen dari sejumlah daerah di Indonesia. Madman pun telah berkontribusi dengan membuka lapangan pekerjaan bagi puluhan tenaga kerja.

Rangga Madman yang kini hanya fokus mengurusi usahanya tersebut telah menjadi bagian kronik sejarah tentang geliat semangat kaula muda pada zamannya.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads