Musim kemarau yang terjadi selama beberapa bulan terakhir menjadi keberkahan tersendiri bagi para pengusaha ikan asin di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Mereka merasa terbantu karena proses pengeringan ikan dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Siang itu, Selasa (24/10/2023), terik matahari di Kabupaten Cirebon cukup menyengat saat jarum jam menunjukkan pukul 11.00 WIB. Di tengah kondisi itu, Weti Suhaeti nampak sibuk membolak-balikkan ikan yang sedang ia jemur. Saat dirasa sudah kering, ikan-ikan itu pun siap untuk diangkat dari tempat penjemuran.
Weti Suhaeti sendiri merupakan salah seorang pengusaha ikan asin asal Desa Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Di lokasi yang tidak jauh dari kediamannya, wanita 43 tahun itu rutin memproduksi ikan asin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses produksi itu dilakukan Weti di sebuah tempat berupa bangunan semi permanen yang telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung. Termasuk tempat penjemuran ikan. Di tempat produksi itu, Eti mampu menghasilkan 1-2 ton ikan asin setiap harinya.
"Kalau cuaca panas emang bagus untuk pengeringan. Bisa lebih cepet. Proses pengeringan kalau lagi kemarau gini satu hari sudah cukup. Kalau di luar kemarau itu bisa dua hari," kata Weti saat berbincang dengan detikJabar di Desa Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Selasa (24/10/2023).
Ada beberapa jenis ikan yang biasa dijadikan oleh Weti sebagai bahan dasar pembuatan ikan asin ini. Antara lain seperti ikan teri, ikan tiga wajah, ikan kelapan, ikan bilis dan beberapa jenis ikan lainnya. Ikan-ikan yang dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan ikan asin itu diperoleh Eti dari para nelayan desa setempat.
Dalam memproduksi ikan asin itu, Weti dibantu 11 orang pekerjaannya. Belasan pekerja itu terdiri dari dua orang pekerja pria dan sembilan orang pekerja wanita. Menurut Weti, orang-orang yang bekerja di tempatnya itu merupakan warga desa setempat.
Pada proses pembuatan ikan asin ini, para pekerja itu pun memiliki tugas berbeda. Para pekerja wanita bertugas membersihkan ikan yang masih segar dan memfilet bagian daging ikan hingga menjadi tipis.
Sementara untuk pekerja pria, mereka bertugas menjemur ikan di tempat penjemuran yang sudah disediakan. Sesekali para pria pria itu harus mengecek ikan yang sedang dijemur. Setelah dirasa sudah cukup kering, ikan tersebut kemudian diangkat dari tempat penjemuran.
"Ikannya dapet dari nelayan-nelayan sini. Saya nampung ikannya dari nelayan-nelayan. Alhamdulillah di sini ikan ada terus, walaupun kadang-kadang cuma sedikit," kata Weti.
Proses Pembuatan
![]() |
Sebelum siap untuk dikemas dan dipasarkan, ada beberapa tahapan proses dalam pembuatan ikan asin ini. Proses pembuatannya pun masih dilakukan cara-cara tradisional.
Menurut Weti, dalam proses pembuatan ikan asin ini, tahap pertama adalah ikan-ikan yang masih segar terlebih dahulu dicuci hingga bersih. Setelahnya, ikan yang sudah bersih kemudian difilet hingga menjadi tipis.
Namun, kata Weti, tidak semua jenis ikan dilakukan proses tersebut. Ada juga beberapa jenis ikan yang tidak difilet dan hanya sebatas dibersihkan agar tidak ada kotoran yang menempel.
Setelah proses itu selesai, tahan selanjutnya adalah ikan-ikan tersebut kemudian direndam dengan menggunakan air garam. Proses perendaman dilakukan selama satu malam.
"Proses perendaman se malam. Setelah itu, paginya ikan-ikannya dicuci lagi sampai bersih. Kemudian baru dijemur sampai kering," kata Weti.
Weti mengatakan, ketika di musim kemarau, proses penjemuran ikan tidak terlalu membutuhkan waktu lama. Hanya dalam waktu satu hari, ikan-ikan tersebut sudah dapat mengering setelah melalui proses penjemuran.
"Kalau lagi kemarau sih bisa cepet. Sehari juga sudah kering. Kalau lagi musim hujan, kadang kita tutup pakai plastik kalau lagi hujan. Kalau hujannya berhenti baru kita buka lagi. Kalau lagi musim hujan proses pengeringan itu bisa sampai dua hari," kata Weti.
Setelah melalui proses penjemuran, ikan-ikan yang sudah mengering kemudian diangkat. Tahap selanjutnya adalah ikan-ikan itu kemudian dikemas dan siap untuk dipasarkan.
Dipasarkan Hingga Ke Bandung
Sejauh ini, Weti mengaku biasa memasarkan ikan asin hasil produksinya hingga ke berbagai daerah di Jawa Barat. Mulai dari Cirebon, Kuningan, Majalengka, Sumedang hingga ke Bandung.
Weti menjual ikan asin hasil produksinya dengan harga yang beragam. Harga tersebut disesuaikan dengan jenis ikan. Untuk ikan tiga wajah, Weti menjualnya dengan harga Rp35.000 setiap kilogramnya.
Baca juga: Hikayat Terasi Cirebon yang Melegenda |
Sementara untuk ikan teri, harganya yaitu Rp70.000 per kilogram. Sedangkan ikan kelapan, Eti menjualnya dengan harga Rp90.000-Rp100.000 per kilogram.
Produksi ikan asin yang dijalani oleh Weti merupakan usaha keluarga yang sudah berlangsung secara turun temurun. Weti sendiri merupakan generasi ke tiga yang menjalani usaha tersebut.
Dari hasil usaha produksi ikan asin itu, Weti mengaku bisa mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp500 ribu-Rp 1 juta per hari.
"Kalau keuntungan sih sebenernya nggak nentu. Tapi rata-rata itu bersihnya Rp500 ribu sampai Rp1 juta sehari," kata dia.
Dari usahanya itu juga Weti bisa memperkerjakan belasan orang warga desa setempat dengan upah sebesar Rp100 ribu/hari. Upah tersebut belum termasuk uang makan sebesar Rp30 ribu/hari.
"Upahnya harian. Rp100 ribu per hari. Uang makan juga saya kasih Rp30 ribu sehari. Kalau misalkan lembur upahnya saya tambahin Rp30 ribu," kata Weti.
(iqk/iqk)