Eddy Mardijanto, menjadi bukti sahih bahwa menggeluti hobi sepenuh hati bisa mendatangkan cuan. Pria 53 tahun itu kini fokus mengembangkan bisnis dari rumahnya.
Sejak lama Eddy menaruh minat pada kereta api. Tak cuma bentuk namun juga sejarahnya. Dari situ, terbersit ide kreatif membuat miniatur kereta api yang menarik minat banyak pihak.
Perkenalan Eddy pada kereta api, ternyata berangkat dari lingkungan terdekatnya. Sang ayah merupakan pensiunan PT. KAI. Ditambah, Eddy kecil tinggal di sebuah rumah yang berada tepat di samping perlintasan kereta api.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi memang berangkat dari saya yang suka sama kereta api. Mungkin ada peran dari orangtua juga ya yang mengenalkan saya sama kereta api," kata Eddy saat berbincang dengan detikJabar, Sabtu (14/10/2023).
Dari situ lah, di tahun 2002 Eddy mulai menjadikan hobinya sebagai ladang meraup pundi-pundi. Eddy menyulap rumahnya di Jalan H Haris, RT 01/07, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi menjadi workshop kecil-kecilan.
"Saya mulai itu di tahun 2002, dengan teman-teman iseng membuat miniatur kereta. Jadi waktu itu saya juga baru pensiun dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI)," ujar Eddy.
Ia tak menyangka karya sederhana buatannya ternyata banyak yang meminati. Ia terus memproduksi miniatur kereta api, sampai tiba di tahun 2008 ia berpikir untuk mengembangkan usahanya dan berjalan secara mandiri hingga saat ini.
Beragam jenis miniatur kereta api sudah pernah dibuat Eddy di workshop sederhana miliknya. Seperti lokomotif uap zaman Belanda, lokomotif jenis CC 206, CC 205, LRT, dan rangkaian kereta rel listrik (KRL).
"Jadi sampai 2008 awal itu masih dengan teman. Baru di akhir 2008 kita produksi berbagai jenis miniatur kereta api dan saya sudah berjalan sendiri, workshopnya juga masih di sini. Alhamdulillah karena sudah punya market, jadi tinggal melanjutkan," ujar Eddy.
Eddy biasanya menerima pesanan dari berbagai instansi di tanah air bahkan dari luar negeri seperti Belanda, Jepang, hingga Amerika. Semua mengakui hasil karya Eddy dan anak buahnya.
![]() |
"Kebanyakan pesanan yang kita terima itu buat suvenir, seperti dari PT. KAI. Kemudian ada juga pesanan dari luar negeri, dari Belanda, Jepang, dan Amerika. Jadi selain kereta, ada juga yang pesan kendaraan tempur sampai kapal laut," tutur Eddy.
Untuk membuat miniatur itu, Eddy menggunakan bahan akrilik yang dibentuk dengan cutting laser. Sebelumnya, Eddy menggunakan bahan PVC Hi Impact yang lazim digunakan untuk membuat maket.
"Yang paling murah itu dari harga Rp300 ribu sampai paling mahal Rp5 juta. Yang paling mahal pernah saya bikin itu lokomotif uap ukuran panjang 2 meter, harganya sampai Rp9 juta," kata Eddy.
Dalam sebulan, Eddy mengaku bisa mengantongi omzet hingga Rp25 juta. Ia belakangan baru bangkit lagi setelah sempat terpuruk dihantam pandemi COVID-19 dua tahun lalu.
"Normalnya ya Rp25 juta, tapi waktu COVID-19 itu turun sampai 50 persennya karena kan ada larangan ekspor. Sekarang mulai bergerak lagi dan kita harap nggak ada kendala yang seperti kemarin lagi," ujar Eddy.
(dir/dir)