Mengolah sampah kertas menjadi sebuah karya tentunya bukanlah sesuatu yang mudah, bahkan karya tersebut berhasil terjual hingga pasar mancanegara. Hal tersebut dilakoni oleh para disabilitas Cemara Paper di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cicendo, Kota Bandung, yang terkenal hingga pasar dunia.
Cemara Paper berdiri sejak tahun 2018, yang dibina oleh Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Biofarma, bermula berlokasi di Jalan Cemara, Kota Bandung. Namun seiring dengan berjalannya waktu, di tahun 2020 Cemara Paper harus berhenti beroperasi dikarenakan pandemi yang melanda.
Hingga akhirnya di tahun 2021 Cemara Paper beralih ke SLB Negeri Cicendo, dan mengajarkan siswa disabilitas untuk memproduksi karya yang terbuat dari daur ulang limbah kertas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cemara Paper dimulai tahun 2018, kita dibina oleh TJSL PT Biofarma di Jalan Cemara. Berjalan selama satu tahun hingga 2019, di tahun 2020 kita tidak ada kegiatan dikarenakan COVID-19. Kemudian di tahun 2021, baru kita pindah ke SLB Cicendo ini," jelas Asti Gustiasih, Ketua Kelompok Cemara Paper kepada detikJabar Rabu (11/10/2023).
Asti mengatakan proses pengolahan limbah kertas melalui beberapa tahapan dan memakan waktu beberapa hari, hingga akhirnya dapat dibuat menjadi sebuah produk karya.
"Untuk proses pembuatannya, awal kita rendam limbah kertasnya hingga jadi seperti bubur, kemudian kita cetak, setelah dicetak kita jemur satu hari, apalagi kalau lagi musim kemarau gini. Dalam sehari kita bisa produksi 250 lembar kertas berukuran A2 yang kemudian nanti diolah lagi menjadi suatu produk karya," ucap Asti Gustiasih.
Memiliki kekurangan tidaklah menjadi sebuah halangan bagi mereka untuk terus berkarya, beragam produk kreatif mulai dari kap lampu, tempat tisu, payung, buku, kipas, dan lukisan dibuat dengan menggunakan olahan kertas daur ulang. Beragam produk kreatif tersebut, dibuat oleh para disabilitas dan dibantu oleh anak-anak di SLB, bahkan dalam melukis sebuah karya, Cemara Paper berkolaborasi bersama dengan pelukis asal Tasikmalaya.
"Untuk produk kipas yang kita buat, alhamdulillah sudah sampai ke pasar Amerika, kemudian payung sudah sampai Australia, di payung tersebut kita punya ikon sendiri yaitu adanya lukisan bunga khas Kota Bandung, yaitu bunga patrakomala, ini kita kolaborasi bersama pelukis asal Tasikmalaya," jelas Asti.
"Untuk payung kita jual dengan harga Rp350.000, kemudian untuk kipas kita jual dengan harga Rp35.000, kap lampu macam-macam mulai dari Rp500.000 sampai Rp400.000. Biasanya kita produksi itu sesuai dengan pesanan, kalau kita bikin terus, bikin terus kalau numpuk barang kan malah jadi sampah juga, lanjut Asti.
Tidak hanya menghasilkan produk karya saja, Cemara Paper telah mengikuti berbagai kompetisi dan meraih berbagai penghargaan. Salah satunya adalah Jambornas 2022 dan Hari Jadi Kota Bandung (HJKB) 2023.
"Di tahun 2022, Cemara Paper mengikuti Pameran Nasional Jambornas yang diselenggarakan oleh Universitas Budi Luhur, Alhamdulillah kita Cemara Paper mendapat peringkat satu. Baru-baru ini kita juga meraih penghargaan pada saat mengikuti lomba HJKB, alhamdulillah kita dapat juara dua, penghargaan langsung diberikan oleh Pj wali kota di Balkot," tutur Asti.
(sud/sud)