Beberapa pilihan transportasi disiapkan pemerintah untuk mengimbangi kecanggihan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh. Salah satunya adalah Light Rail Transit (LRT) di Bandung Raya.
Nantinya, LRT ini bakal jadi pilihan untuk menghubungkan wilayah Bandung Raya, terutama Kabupaten Bandung (daerah Timur) ke kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, hingga ke Kabupaten Sumedang.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dishub Jawa Barat A Koswara. Kata dia, kajian LRT ini akan dipercepat. Dua koridor prioritas akan segera ditangani pemerintah pusat untuk pembiayaan sampai Detail Engineering Design (DED).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nantinya akses ke Bandung Timur banyak, karena kita terintegrasi juga dengan LRT kan nantinya. Kalau sekarang memang belum, masih dalam persiapan pembiayaan dari pusat," kata Koswara ditemui usai menemani Presiden Jokowi menjajal KCJB Whoosh, Senin (2/10/2023).
Seperti diketahui, KCJB Whoosh beroperasi dari Stasiun Halim di Jakarta, menuju titik akhir Stasiun Tegalluar di Kabupaten Bandung. Dalam waktu kurang lebih 50 menit perjalanan sampai titik akhir, KCJB Whoosh akan transit di Stasiun Hub Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Jarak Padalarang ke kota Bandung terbilang lebih dekat, sehingga disediakan transportasi kereta feeder yang akan mengantar ke Kota Bandung atau dari kota ke Padalarang.
Tapi untuk para penumpang KCJB Whoosh dengan tujuan akhir dari Tegalluar, belum ada transportasi baru. Sampai saat ini para penumpang yang menuju ke Tegalluar atau sebaliknya, mengenakan Shuttle Bus dan Damri.
"Integrasinya yang paling utama kan ini pakai kereta feeder dari Kota Bandung ke Padalarang. Karena perhitungannya itu sisa penumpang yang turun di Padalarang, itu sisanya ketika keluar (ke Tegalluar) lebih banyak dilayani oleh bus. Nanti kita lihat situasinya, kalau misalnya itu makin banyak yang turun di Tegalluar, pasti akan kita siapkan secara baik," ucap Koswara.
Maka dari itu, rencana pembangunan dua koridor LRT akan diprioritaskan. Selain untuk memperlancar perjalanan dari kemacetan lalu lintas, juga agar pilihan transportasi umum semakin variatif.
"Bocoran jalur LRT yang prioritas itu dua koridor yakni Tegalluar-Leuwipanjang sama Leuwipanjang-Dago. Target kalau dari timeline kita itu antara 2027-an atau 2028, mulai konstruksi. Masih ada waktu. Sebelum ada itu, integrasi moda darat pakai bus," lanjutnya.
Tapi, Koswara mengaku realisasi LRT ini masih butuh waktu cukup lama. Mengingat perencanaan pembangunannya pun harus cukup matang, karena biayanya tak sedikit. Pembiayaannya tembus belasan triliun rupiah. Pemerintah pusat harus mengkaji bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"LRT ini dananya Rp10,9 atau sekitar Rp11 triliun satu koridornya. Itu hanya konstruksi, belum tanahnya. Kalau 2 koridor sekitar Rp2 Triliun untuk tanah. Jadi kurang lebih bisa Rp13 triliun untuk 1 koridor termasuk infrastruktur dan sarananya," tutur Koswara.
(aau/mso)