Pedagang pakaian di sejumlah kawasan pertokoan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat keluhkan sepinya penjualan akibat maraknya toko online. Bahkan sepinya pembeli membuat stok barang sejak dua tahun lalu masih belum terjual.
Pantauan detikJabar, kawasan pertokoan yang tampak jelas sepi pembeli salah satunya berada di Pasar Muka. Terlihat para pedagang hanya terduduk menanti pembeli datang. Pakaian yang sudah ketinggalan model pun menumpuk di etalase.
Nur (24), pegawai toko pakaian di Pasar Muka mengatakan, sejak pandemi COVID-19, penjualan mengalami penurunan. Namun setelah pandemi berakhir, penjualan malah semakin anjlok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari 2020 penjualan mulai turun hingga 2022. Dan di tahun ini bukannya membaik malah semakin sepi pembeli," kata dia, Jumat (22/9/2023).
Menurut dia hal itu disebabkan pembeli sudah beralih ke belanja online dengan maraknya aplikasi jual-beli online. Kegiatan belanja secara offline atau datang langsung ke toko sangat minim.
"Jujur sangat turun drastis penjualan karena banyaknya yang jualan secara online," kata dia.
Neng mengungkapkan dalam sehari dia hanya mendapatkan 1 pelanggan. Bahkan pembeli tersebut hanya membeli pakaian dalam, bukan baju, celana, ataupun setelan.
"Mau dapat penglaris (pembeli pertama) juga susah. Kadang sehari itu tidak ada pelanggan sama sekali. Bahkan saat lebaran kemarin yang beli juga hanya 5 pembeli. Yang biasanya kita buka sampai subuh, malam idul Fitri kemarin kita hanya sampai jam 11 malam karena sepi," kata dia.
Senada, Teh Eneng (42), pedagang lainnya di Pasar Muka mengaku, sepinya pembeli karena banyaknya aplikasi toko online membuat dia kebingungan untuk menggaji pegawai.
"Jangankan untung, sudah bisa tutup modal dan bayar pegawai juga sudah bagus. Malah seringnya sekarang nombok," kata dia.
Dia mengatakan para pedagang pun bingung apabila ingin membuka toko online, sebab saat ini banyak selebgram, selebtiktok, dan artis yang juga berjualan secara online.
"Jadi mau buka toko online juga promosinya sudah kalah dengan mereka yang punya banyak pengikut. Apalagi persaingan harga di toko online itu mengerikan, saling banting harga," tuturnya.
Akibatnya, lanjut dia, banyak stok barang lama yang tersimpan di etalase dan gudang. Bahkan ada juga stok pakaian yang sudah lebih dari dua tahun belum terjual.
"Biasanya tiap bulan belanja ke Tanah Abang. Karena pembeli banyak, pakaian itu cepat laku. Kalau sekarang stok yang dua tahun lalu dengan model lama juga belum kejual. Mau diperbarui stoknya, modalnya kan tidak ada," kata dia.
Dia berharap aplikasi toko online bisa ditutup demi pemerataan ekonomi. "Kami berharap ditutup. Supaya ekonomi merata. Kalau sekarang yang kaya semakin kaya yang pengusaha kecil semakin terpuruk," pungkasnya.
(mso/mso)