Imbas kemarau mengakibatkan harga gabah kering panen (GKP) di Kabupaten Tasikmalaya, Jabar, mengalami kenaikan. Kemarau mengakibatkan sejumlah sawah kekeringan, hasil panen pun tak maksimal di Tasikmalaya.
Salah seorang pengusaha gabah di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jamiat menduga kenaikan harga gabah itu terjadi karena panen padi di Tasikmalaya tak maksimal. Hal ini disebabkan musim kemarau.
"Sudah susah Pak cari gabah, yah panen kan nggak maksimal ada yang merah padinya karena kemarau juga," kata Jamiat ditemui detikjabar, Rabu (30/8/23).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jamiat menyebut harga gabah naik drastis 40 persen dibanding beberapa hari lalu. Harga GKP yang sebelumnya Rp 600 ribu, kini naik hingga Rp 650 ribu menjadi Rp 800 ribu perkuintal.
"Gabah padi naik Rp 150 sampai Rp 200 ribu perkuintal. Yah karena memang mulai susah nyarinya," Jamiat.
Alhasil, harga jual beras dari penggilingan turut naik. Beras kualitas menengah saja sudah dijual Rp 1,3 dari asalnya Rp 1,2 juta perkuintal.
Sementara itu, Pemkab Tasikmalaya mengklaim produksi beras surplus hingga 32 ribu ton di bulan juli. Pemkab menyebut kenaikan harga beras lebih disebabkan faktor distribusi pangan.
"Gak ada gagal panen atau puso di Kabupaten Tasikmalaya. Ada malahan kita surplus beras sampai Juli kemarin diangka 31.885 ton beras," kata Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya Nuraedidin.
Pemkab tidak memungkiri kemarau sudah mulai dirasakan imbasnya. Catatan lahan sawah yang ditanami padi mencapai 28 ribu hektar. Sekitar 21 ribu hektar diantaranya berpotensi alami kekeringan. Sementara hanya 121 hektar saja yang masuk kategori waspada kekeringan.
"Jadi ada lahan tanam sekarang itu 28 ribu hektar, nah 21 ribunya berpotensi terancam kekeringan. Sekitar 121 hektar kategori waspada kekeringan. Kalau kekeringan banget belum ada," tambah Nuraedidin.
Pemerintah memberdayakan lumbung-lumbung padi untuk antisipasi kerawanan pangan. Teknik perairan seperti menaikkan air dengan kincir dilakukan masyarakat yang lahan pertaniannya dekat sungai. Tujuannya agar tetap bisa bercocok tanam dengan memanfaatkan air seadanya.
"Yah antisipasi kekeringan ini kita berdayakan lumbung lumbung padi agar masyarakat tetap aman," pungkasnya.
(sud/sud)