Tarif Kereta Cepat dan Masalah Utamanya dari Kacamata Pakar

Tarif Kereta Cepat dan Masalah Utamanya dari Kacamata Pakar

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 12 Agu 2023 20:46 WIB
Kereta Cepat Jakarta Bandung khusus penumpang
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Foto: Dok. PT KCIC).
Bandung -

Tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) telah diusulkan sebesar Rp 250 ribu selama 3 tahun. Usulan tarif tersebut merupakan diskon jelang dioperasikannya kereta cepat pada Oktober 2023 mendatang.

Pakar Transportasi ITB R Sony Sulaksono Wibowo menyebut, usulan tarif kereta cepat tersebut didapat dari referensi tarif KA Argo Parahyangan. Hal itu sesuai dengan pernyataan Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi.

"Iya inikan baru dioperasikan ya, jadi Rp 250 ribu itu tarif yang referensinya menggunakan tarif Argo Parahyangan, itukan sekitar Rp 200 sampai Rp 250 ribu kalau weekend. Jadi kereta cepat jangan terlalu jauh dari Argo Parahyangan, makanya matok di Rp 250 ribu," kata Sony saat dihubungi detikJabar, Sabtu (12/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun yang jadi persoalan utama dari kereta cepat menurut Sony bukanlah soal tarif. Kata dia, isu utama kereta cepat ialah soal siapa yang akan naik kereta cepat. Sebab menurutnya, akses menuju Stasiun Halim dan Stasiun Padalarang sendiri masih sulit dijangkau oleh masyarakat.

"Isu utama kereta cepat itu penumpang bukan masalah tarif ya. Jadi siapa yang akan naik, yang jadi tantangan utama kalau kereta cepat di Halim sudah terintegrasi dengan MRT Jabodetabek itu akan mudah orang Jakarta menuju kereta cepat Stasiun Halim," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Kemudian di Bandung, masalahnya hanya sampai Padalarang. Itu harus ada alternatif, kereta feeder sudah direncakan Padalarang-Bandung menggunakan kereta api commuter dan kabarnya akan ada shuttle. Itu jadi tantangan tersendiri," lanjutnya.

Karena itu, Sony mengungkapkan harus kajian khusus terkait siapa yang akan menaiki kereta cepat ditengah mudahnya akses Jakarta-Bandung dengan keberadaan tol, kereta api hingga travel.

Lebih lanjut, Sony mengatakan jika tarif promo kereta cepat belum bisa membuat masyarakat beralih sepenuhnya memilih kereta cepat sebagai moda transportasi dari Jakarta ke Bandung.

"Saya bisa mengatakan ini karena ada penelitian dari mahasiswa buat simulasi. Jadi kalau orang dari Jakarta Pusat mau ke Alun-alun Bandung, pilihannya naik kereta cepat dan Argo Parahyangan," ungkapnya.

Dalam penelitian itu dia menuturkan, masyarakat yang naik Argo Parahyangan dari Monas dengan tujuan Alun-alun Bandung membutuhkan waktu sekitar 3 jam dengan biaya Rp 200-250 ribu.

Sedangkan dengan kereta cepat, masyarakat memerlukan waktu kurang dari 2 jam dengan tarif yang hampir sama. Namun bedanya menurut Sony, masyarakat yang memakai kereta cepat akan direpotkan karena harus naik turun kendaraan.

"Tapi kalau orang dari pusat kota katakan dari Monas mau ke Alun-alun Bandung, berarti dia harus naik Transjakarta ke Dukuh Atas. Dari Dukuh Atas naik LRT ke Halim, langsung ke Padalarang, kemudian naik feeder kereta api Padalarang-Bandung, tiga kali ganti ya," ujarnya.

"Perjalanan dari halim ke Padalarang sekitar setengah jam ya, tapi dari gambir naik Transjakarta naik LRT kemudian dari Padalarang ke Bandung itu membutuhkan waktu satu jam. Artinya kira-kira untuk naik kereta cepat dari Monas sampai Alun-alun Bandung itu membutuhkan 2 jam kurang," sambungnya.

Masih kata Sony, bahkan jika dibandingkan dengan travel, kereta cepat masih kalah praktis. Dengan menggunakan travel, masyarakat hanya sekali duduk dan akan langsung tiba di Bandung.

"Kalau di compare dengan travel di waktu yang tidak terlalu ramai itu bisa 2,5 jam ya, dengan biaya antara Rp 80-170 ribu. Biaya murah dan waktu yang tidak beda jauh, tapi hanya sekali datang ke pool duduk manis pergi sampai ke pool di Bandung. Tapi kalau kereta cepat 3 kali ganti. Itu jadi pertimbangan kenyamanan itu," jelas Sony.

Karena faktor-faktor di atas, Sony memperkirakan angka pengguna kereta cepat akan menurun drastis setelah diresmikan nanti. Menurutnya masyarakat hanya ingin mencoba menaiki transportasi dengan kecepatan tinggi pada kereta cepat tersebut.

"Awal-awal dibuka pasti antusias masyarakat ya, mau coba itu biasa fenomena yang terjadi. Tapi begitu sudah normal itu turun lagi makanya ditingkatkan dengan aksesibilitas, jaringan ditambah. Kereta cepat begitu kalau sudah rutin, (masyarakat) akan memilih yang lebih praktis," tutup Sony.

(bba/mso)


Hide Ads