Popularitas kopi liberika khas Kabupaten Kuningan mulai mendapatkan tempat di hati para pecinta kopi. Permintaanya semakin meningkat, namun tingkat produksinya belum bisa menyuplai kebutuhan pasar.
Seperti diberitakan detikJabar sebelumnya, produksi kopi liberika yang terkenal akan aroma khas nangkanya ini terbilang minim. Kecamatan Darma yang merupakan sentra budidaya liberika hanya mampu menghasilkan biji kopi berkualitas di angka 1-2 ton per tahun.
Kendati demikian, potensi ekonomi di balik budi daya kopi liberika cukup menjanjikan. Selain liberika, dua jenis kopi populer lainnya yakni arabika dan robusta sudah banyak ditanam di Kabupaten Kuningan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi soal kopi liberika yang menjadi varietas khas di Kabupaten Kuningan, Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi menyambut baik hal tersebut. Bahkan dia mengaku sudah mencicipinya.
Berbicara mengenai kopi, Harvick cukup antusias membahasnya. Dalam beberapa kunjungannya di sejumlah daerah, dia selalu mengingatkan para petani kopi agar mau mengirim hasil panennya ke luar negeri.
"Tadi saya sudah minum. Begini kunjungan kita terakhir soal kopi di Tasik. Yang di Tasik itu perlu masyarakat ketahui, bahwa Kementerian Pertanian ini punya yang namanya Atase Pertanian. Kita ada di Amsterdam, Roma, Helsinki dan Tokyo. Ini harus dimanfaatkan. Kemarin kita perintahkan Eselon tiga di sana, ibu Ratih waktu itu untuk bagaimana mengedukasi, cara ekspor dan persyaratannya apa," kata Harvick kepada detikJabar, di Kabupaten Kuningan, Kamis (20/7/2023).
Harvick menilai Indonesia punya peluang besar menjadi salah satu penyuplai kopi terbesar ke Eropa. Sebab, di tahun 2022 saja kebutuhan kopi di benua tersebut mencapai 600 ribu ton. Brazil yang menjadi pemasok utamanya hanya mampu mengekspor 200 ribu ton.
Melihat data ini, pihaknya mengajak peran serta para petani kopi supaya meningkatkan produksinya. Termasuk di Kabupaten Kuningan yang sudah sedari dulu mengembangkan varietas langka bernama kopi liberika.
"Kalau bicara kopi, Eropa 200 ribu ton disuplai oleh Brazil tahun 2022. Total kebutuhan mereka 600 ribu, itu yang bean dan semua item kopinya. Peran serta masyarakat Kuningan sangat kita perlukan dan usulan-usulannya," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Kuningan Acep Purnama mengatakan bahwa kopi liberika yang kini mulai banyak ditanam di Kuningan dahulu lebih dikenal dengan nama Excelsa. Kopi tersebut memang terkenal karena keunikannya.
"Saya dulu tahunya namanya Excelsa. Ada juga robusta dan arabika. Kalau muncul lagi dengan nama liberika itu enggak salah," kata Acep.
Acep menambahkan, dua jenis kopi yang ditanam di Kuningan sudah masuk pasar ekspor. Tidak menutup kemungkinan, hal ini juga bakal terjadi untuk jenis liberika. Paling penting, sambung Acep, produksinya mesti ditingkatkan.
(dir/dir)