Kenaikan harga telur hampir menyeluruh terjadi di wilayah Jawa Barat, termasuk di Kota Sukabumi. Pengusaha warung kopi (warkop) pun ikut terdampak atas kondisi tersebut.
Babah (54), selaku pemilik warung kopi mengatakan, kenaikan harga telur di pasar tradisional itu sudah terjadi sejak sepekan yang lalu. Beberapa menu yang dijualnya memang membutuhkan telur seperti mie rebus, nasi goreng dan berbagai jenis lauk pauk yang menggunakan bahan dasar telur.
Dampak dari kenaikan harga telur tersebut, ia terpaksa harus mengurangi stok telur daripada menaikkan harga jual. Dia terang-terangan menuturkan jika harga telur saat ini tak terbeli jika harus menyimpan stok di warkop miliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ah nggak kebeli, ngejualnya susah, mau dinaikin (harga jual makanan) gimana jadi mending dikurangin. Biasanya sehari 1-2 kilogram, sekarang sekilo saja cukup nggak cukup kan belinya mahal," kata Babah saat ditemui detikJabar di Jalan Gudang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Senin (29/5/2023).
Dia menuturkan, harga normal telur berkisar antara Rp23 ribu sampai Rp28 ribu per kilogram. Namun, harga telur sekilogram yang ia beli menyentuh angka Rp33 ribu.
"Keuntungan Rp10 ribu dari yang jualnya. Keinginan mah normal lagi seperti kemarin harga biasa, nggak usah naiknya terlalu tinggi. Kan Rp10 ribu mah berat buat jualan lagi daripada hilang pengunjung kalau harga ikut dinaikkan," ujarnya.
"Jadi mending stok sedikit saja, misal abis hari ini, besok lagi aja beli nggak usah ditambah atau simpan stok. Karena kan harga kadang per hari suka beda, kalau harga normal suka sengaja beli lagi ke pasar kalau sudah habis di warung," sambungnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pengawasan Barang Diskumindag Kota Sukabumi M Rifki mengatakan, pantauan di dua pasar tradisional yaitu Pasar Pelita dan Pasar Tipar Gede, harga telur masih berkisaran Rp32 ribu. Pihaknya menyebut, kenaikan harga telur disebabkan oleh sulitnya pakan ayam petelur hingga adanya ayam petelur yang baru.
"Harga normal sebetulnya Rp28 ribu. Kalau penyebab kenaikan harga karena pakan (sulit) serta ayam baru atau komoditas ayam yang dikhususkan untuk memproduksi telur," ujar Rifki.
(mso/mso)










































