Jam tangan kayu yang diproduksi secara rumahan di kawasan Cipaganti, Kota Bandung sudah mendunia. Bahkan jam jam tangan ini dijadikan oleh-oleh G20 untuk pimpinan negara di dunia.
Jam tangan yang dibuat pria asal Bandung, Ilham Pinastiko sekaligus CEO Pala Nusantara memiliki nama produk yang unik dan berasal dari nama-nama hewan langka di Indonesia.
"Artikel kita yang saat ini saya jadikan intelektual property itu tujuh satwa Indonesia," kata Ilham usai mengisi acara sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P2GN) di Museum Geologi, Kota Bandung, Minggu (26/2/2023) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ayam Cemani yang ada di Kedu, Jawa Tengah, Merak Banten atau Merak Sunda yang warna hijau, Kucing Merah dari Kalimantan, Tarsius dari Minahasa Utara kemudian Kura Leher Panjang dari Pulau Rote, dan Ubur-ubur Kakaban dari Flores," tambah Ilham.
Selain tujuh artikel yang memiliki nama satwa Indonesia, Ilham menyebut tahun depan bakal mengeluarkan artikel baru. Namun, saat ini pihaknya masih fokus mematenkan nama artikel produknya.
"Insya Allah tahun depan tambah lagi, kita harus legalkan ini, karena pasar tahu jam tangannya, pada faktanya yang kita jual bukan jam tangannya tapi rohnya. Saya lagi coba masukan roh ini ke baju, masuk ke sepatu outer dan lainnya," ujarnya.
Tahun 2023 ini, pihaknya menyambut kembali pasar. Pasalnya, pasca pandemi COVID-19 pasar kembali normal dan kegiatan offline banyak digelar kembali.
"Pasar 2023 sudah normal lagi, karena event offline sudah digelar lagi. Pasar sudah menggeliat, tapi bisnisnya akan berubah, secara makro ya," terangnya.
Bahkan menurut Ilham, jumlah produksi naik. Selain itu, bahan produk selain kayu sudah bertambah lagi, salah satunya bahan baku limbah seperti limbah puntung rokok, bio resin, jamur, bakteri, dan plastik bekas make up.
"Sebulan bisa 2.300 pcs, tahun kemarin hanya 1.500 pcs, tempat produksi juga ada dua," tuturnya.
Dorong Gen Z Cintai Produk Lokal
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Dody Widodo mengajak Gen Z agar membeli produk lokal demi kesejahteraan para pelaku Industri Kecil Menengah (IKM).
"Sebenarnya memang IKM filisofinya tumbuh dari garasi dan dapur industri kecil untuk oemenuhan kebutuhan rumah tamgga masing-masing. IKM gunakan bahan baku di sekitarnya, rakyat kita sudah kental dengan industrinya. Kita tahu jalau di NTT banyak setiap desa punya ciri khas sendiri tekstil," ujar Dody
Dody juga menyampaikan kepada generasi Z di seluruh Indonesia, jika produk IKM Indonesia tidak kalah dengan produk yang dijual di luar negeri.
"Kita coba sampaikan, banyak potensi dari kita untuk menumbuhkembangkan produk industri kecil dari produk-produk yang berbasis lokal atau berbudaya lokal," ujarnya.
"Bagaimana generasi Z ini bisa membeli dan tentunya membuat sebuah produk perlu ada perjalanan literasi. Tadi seperti Pala yang bagaimana ikonik, kalau Pala mengikonikan produk berbasis satwa yang spesifik dari Indonesia sehingga anak-anak muda tertarik," jelasnya.
Selain itu, menurut Dody untuk produk manufaktur di Indonesia juga kualitasnya tak kalah dengan produk di luar negeri. Saat ini, sudah banyak pelaku manufaktur di Indonesia berhasil memproduksi barang berkualitas mulai dari sepatu, tas, jam tangan, hingga pakaian.
"Membeli produk manufaktur dalam negeri tentunya akan meningkatkan jumlah tenaga kerja dalam negeri. Ini diharap bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita," pungkasnya.
(wip/orb)