Ketum BPC HIPMI Kota Bandung periode 2020-2022 Arrovy Andasasmita mengatakan salah satu industri yang sempat ambruk saat pandemi COVID-19 adalah di bidang hospitality. Industri ini bergerak pada bidang pelayanan akomodasi seperti penginapan, kuliner, rekreasi dan sebagainya.
"Kemarin itu turun hospitality, cuman kalau hospitality ini hanya seperti bom waktu. Setelah ada pelonggaran malah omzetnya eksponensial, seperti hotel dan lainnya mereka bisa buka lagi," kata Arrovy saat berbincang dengan detikJabar, Selasa (13/12/2022).
Selain industri hospitality yang sempat ambruk, Arrovy juga menceritakan salah satu bisnis lainnya yang dinilai potensial, namun hanya bertahan tak lama. Arrovy mengatakan sejumlah anggota HIPMI Kota Bandung sempat berkecimpung di dunia medis. Tapi, kini mereka gulung tikar.
"Mereka terpuruk yang bermain di sektor medis. Karena musiman, saat COVID-19 saja. Teman-teman di Kota Bandung ada yang main, tapi hanya bertahan dua tahun. Sekarang gulung tikar," ujar Arrovy.
Ia mengatakan sejumlah anggota HIPMI yang bermain di sektor medis itu bagian daripada upaya mengembangkan bisnis. Dalam artian, sektor medis bukanlah bisnis utama mereka.
"Kerugian sudah barang tentu. Dari HIPMI tidak banyak, mereka ini coba peruntungan saja, bukan menjadi core inti atau utama bisnisnya. karena melihat peluang bisnisnya bagus waktu itu, ternyata memang bagus dalam dua tahun," katanya.
"Ketika PCR tidak diwajibkan kembali, mereka pada gulung tikar," kata Arrovy menambahkan.
Industri Digital Harus Waspada
Selain menyinggung industri yang mengalami pasang-surut saat pandemi dan setelah adanya pelonggaran, Arrovy juga memprediksi industri yang bakal tetap stabil pada 2023.
"Outlook ekonomi tahun depan tetap sektor digital dominan, ya di Bandung juga. Karena kebiasaan sudah terbawa, pola, kultur bisnis sudah terpola ke sana (penggunaan digital)," ucap Arrovy.
Kendati demikian, Arrovy menilai para pengusaha yang bergerak di dunia digital harus tetap waspada. Sebab, ia menyebut sektor digital tak akan selamanya bagus. Indikatornya adalah adanya beberapa startup unicorn melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Karena memang orang jenuh dengan aktivitas online. Namanya bisnis tetap perlu adanya interaksi secara emosional dan bertemu secara langsung, tatap mata, melihat gestur dan lainnya," kata Arrovy.
Peluang lainnya adalah bisa meningkatnya bisa pelayanan seperti rekreasi, restoran dan lainnya. Ia mengatakan kolaborasi antara online dan offline harus tetap dikuatkan untuk menghadapi tantangan ekonomi ke depan.
"Kita sudah revolusi industri 4.0, dan sekarang sudah revolusi sekarang susah revolusi industri society 5.0, jadi harus ada emosional antara pelaku usaha dan market," ucap Arrovy. (sud/orb)