Wajah Kampung Rajut Binong Jati telah berubah. Binong Jati telah ditetapkan sebagai kampung wisata kreatif oleh Pemkot Bandung. Produksi rajut di kampung ini telah berkembang, sebagian pengusaha telah beralih menggunakan mesin rajut komputer.
Di sisi lain, pengusaha yang masih menggunakan mesin rajut manual atau konvensional merasa gelisah. Mereka rupanya harus memiliki modal besar untuk bisa membeli mesin rajut komputer.
Menurut data dari Kelurahan Binong, Kecamatan Batununggal, saat itu pengusaha rajut di Kampung Rajut Binong Jati mencapai sekitar 500 orang. Sementara itu, menurut data Kemenparekraf, pada 2021 tercatat sebanyak 418 UMKM yang memproduksi berbagai jenis produk rajutan. Produksi rajutan di Binong ini diklaim menyerap tenaga kerja sebanyak 2.143 orang. Kapasitas produksinya mencapai 984.426 lusin per tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya mesin rajut komputer sejatinya menciptakan daya saing antarperajut. Tentunya, persaingan yang mengarah pada dampak positif bagi peningkatan produksi rajut di Binong.
"Sebenarnya kan pasar itu sendiri-sendiri. Persaingan antar yang konvensional sendiri, yang mesin pun sendiri," kata Sekretaris Kelurahan Binong Taufik Izatika saat berbincang dengan detikJabar, Sabtu (29/10/2022).
Sekadar diketahui, sejumlah pengusaha di Binong, khususnya yang telah menggunakan mesin rajut komputer telah bertransformasi, baik dari sisi produksi hingga pemasaran. Para pengusaha ini menjual produknya, seperti pakaian, tas dan syal melalui sistem online. Membuat akun media sosial sendiri hingga produknya mejeng di e-comerce.
Sementara itu, pengusaha rajut konvensional beberapa di antaranya masih mengandalkan pesanan partai besar. Pesanan produk rajut dengan skala lusinan. Mereka mengaku tak bisa melayani partai kecil, lantaran tak menutup ongkos produksi. Para perajut konvensional ini biasanya bekerja saat menerima pesanan saja.
"Ya yang masih menggunakan penjualan tatap muka juga ada. Jadi, barang-batangnya dijual ke toko-toko," kata Taufik.
Taufik menjelaskan waktu pandemi COVID-19 para perajut sempai kesulitan mendapatkan pemesanan. Terutama para perajin rajut dengan skala kecil. "Penurunan produksi atau pemesanannya bisa sampai 40 persenan dari normal," kata Taufik.
Namun, Taufik memastikan saat ini kondisi kampung rajut berangsur membaik. Ia mengatakan pemkot juga sempat menggelontorkan kegiatan untuk membantu aktivitas pengusaha rajut.
"ya, faktor yang penting adalah pemasaran dan daya beli masyarakat. Jadi, bisa didorong berjualan online dan sebagainya juga," kata Taufik.
Sebelumnya, transformasi dari konvensional ke digital itu salah satunya dilakukan rumah produksi rajut Rizky Fashion. Toko rajut ini tersebar di dua tempat.
"Mulai pakai mesin rajut komputer itu tahun 2020. Awalnya hanya dua. Waktu itu memang masih dominan menggunakan mesin manual," kata Salsa selaku admin Rizky Fashion saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Baca juga: Curhat Perajin Replika Perahu Khas Indramayu |
Salsa mengatakan produksi menggunakan mesin rajut komputer memiliki keunggulan tersendiri. Salsa menilai kualitas rajutan lebih rapi dan bagus ketimbang menggunakan mesin manual. Pemesanan pun kian meroket setelah menggunakan mesin. Walhasil, pemilik toko menambah mesin anyar untuk meningkatkan kapasitas produksi.
"Mulai tambah mesin rajut komputer dan makin banyak itu 2021. Sekarang total ada 24 unit," kata Salsa.
(sud/dir)