Petani kopi melakukan pembibitan kopi jenis arabica di Kampung Batu Lulumpang, Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Dalam satu tahun petani tersebut bisa menghasilkan kopi sebanyak 48 ribu benih kopi.
Petani kopi, Agus Hidayat (31) mengatakan pihaknya saat ini melakukan pembibitan dengan berbagai jenis kopi. Namun yang paling terbanyak adalah kopi Gayo.
"Kalau di sini mah kaya ateng coklat, ateng hijau. Terus tipika, kan itu dari Jawa Barat. Kalau yang lainnya mungkin produksi pada tahun ini bisa mengingkat lagi," ujar Agus saat ditemui detikJabar, Rabu (12/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya menjelaskan beberapa petani di wilayah tersebut banyak memilih bertani kopi. Bahkan kata dia jumlah petaninya mencapai hingga ribuan
"Sebagian petani yang ada di daerah kawasan hutan memang semuanya mengandalkan kopi. Sebanyak 600 petani yang teregistrasi, kalau semuanya ada 1.000 lebih. Kan ada aturan-aturannya harus sertifikasi, masih ada yang belum memenuhi syarat," katanya.
Agus mengungkapkan pada tahun 2020 produksi kopi mengalami peningkatan. Namun, menurutnya harga jual pada saat itu tidak baik.
"Harga cerry sampai di Rp 4.500 per kilo, biasanya tahun 2019 bisa di harga Rp 9 ribu sampai Rp 10 ribu. Tahun 2020 turun, kemudian banyak petani yang kurang merawat. Akhirnya tahun 2021 kemarin produksinya turun, tapi harga kemarin bagus, kemarin harga bisa di Rp 14 ribu. Lumayan signifikan lah untuk harga, tapi kalau produksi sangat sedikit," jelasnya.
Dia menyebutkan tingkat curah hujan yang tinggi mempengaruhi produksi kopi yang semakin menurun. Apalagi air hujan secara terus menerus bisa membuat kopi kurang berkembang.
"Terutama dari segi pembungaannya itu sendiri, karena kalau curah hujannya terlalu tinggi, yang udah berkembang itu malah jadi busuk-busuk gitu bukan jadi buah. Yang mengakibatkan produksi menurun salah satunya itu ya. Selain dari cuaca, mungkin pemupukannya juga kurang, perawatannya kurang, itu sih sistem petaninya yang harus diperbaiki," ucapnya.
Dia menuturkan pembibitannya dilakukan dua kali dalam satu tahun. Sehingga bisa menghasilkan kopi yang lebih banyak.
"Ini kita baru tanamnya semai 24 ribu, nah setelah 6 bulan kita bagikan, lalu kita semai lagi. Jadi per-tahun itu minimalnya 48 ribu harus dipanen," kata Agus.
(dir/dir)











































