Khoerul Anwar, seorang warga Kampung Gang Ciguriang, Desa Cangkuang Wetan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, tak pernah menyangka kecintaannya menanam dan merawat tanaman karnivora bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Pantauan detikJabar di kediamannya, dirinya menyulap area loteng rumahnya menjadi lahan menanam tanaman karnivora. Hampir setiap sudut terisi pajangan tanaman karnivora yang masih berukuran kecil.
Pihaknya mengaku dalam menjual tanaman karnivora bisa meraup keuntungan hingga jutaan rupiah dalam per bulannya. Hal tersebut dipasarkan secara online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah omset perbulan Rp 8 juta sampai Rp 12 juta. Dalam sebulan kalau sepi ada keluar sekitar 20 tanaman. Kalau lagi rame 30 sampai 50 tanaman karnivora. Pernah sebulan paling banyak sampai 70 tanaman kanivora dijual secara online," ujar Anwar kepada detikJabar, Selasa (20/9/2022).
Anwar menyebutkan awalnya tidak berniat menjual tanaman karnivora koleksinya tersebut. Namun semuanya berawal saat dirinya memajangkan tanamannya di suatu pameran.
"Awalnya kita tidak berniat menjual, tapi pada saat ikut pameran banyak orang yang mau, terus langsung sold out. Makanya kita terus fokus di produksi, makanya sudah menjual," katanya.
Dia menjual tanaman karnivora tersebut dengan harga yang bervariatif. Menurutnya hal tersebut tergantung jenis dan ukuran.
"Jenisnya makin lama, makin mahal tapi rata-rata harganya diantara Rp 30 ribu sampai Rp 700 ribu," jelasnya.
Anwar menjelaskan kecintaan terhadap tanaman tersebut bermula saat dirinya masih bekerja di salah satu sekolah di dekat rumahnya. Di sekolah tersebut dirinya mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
"Awalnya dari 2017 saat ada tugas anak-anak waktu masih mengajar IPA di sekolah. Jadi membuat media pembelajaran di MTS Yasiba. Dari situ mulai suka tanaman," ucapnya.
"Kemudian keluar, terus kerja di Lab penelitian di Subang tahun 2018. Semenjak pandemi COVID-19, orderan meningkat saya resign dari pekerjaan. Karena saat pandemi tidak ada yang bisa menghandle orderan yang masuk," tambahnya.
Dia menuturkan saat ini terdapat ratusan jenis tanaman dari berbagai negara. Namun, pihaknya hanya fokus pada tanaman strawberry dan tanaman karnivora.
"Cuma kita fokusnya di pengembangan tanaman import, jadi kita beli import, terus ditanam di Bandung. Karena ada beberapa tanaman yang tidak bisa ditumbuhkan di sini. Jadi kita membuat instalasi growlight, sama pengembangan media tanah. Jadi media tanahnya itu kita non soil atau non tanah. Kita fokusnya di dua tanaman, strawberry dan tanaman karnivor," tuturnya.
Pihaknya menjelaskan alasanya memilih tanan karnivora adalah saat keinginannya mempunyai sesuatu yang bisa dipelihara. Kemudian, dia mengetahui ada tanaman karnivora.
"Pada awalnya memang saya sibuk-sibuk tuh nyari serangga untuk dikasihkan. Tapi ternyata karnivora itu bisa memancing serangga untuk datang," bebernya.
Dia menambahkan saat ini terdapat beberapa jenis tanaman karnivora yang dikoleksinya. Bahkan kata dia, hampir semuanya dijual.
"Setahu saya ada Venus Flytrap, Nepenthes atau Kantung Semar, Pinguicula, Drosera, Heliamphora, dan Sarasenia. Tapi yang paling diminati Venus Flytrap. Itu diminati karena kaya permainan plants vs zombie," pungkasnya.
(dir/dir)











































