Hampir semua orang punya kesukaannya masing-masing terhadap binatang untuk dipelihara, mulai dari yang lucu, eksotis, hingga gagah dan menyeramkan. Satu di antaranya yang paling banyak dipilih jadi binatang peliharaan yakni kelinci.
Hal itu diamini Asep Yana, warga Jalan Baru Adjak, Desa Lembang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang keranjingan memelihara kelinci di rumahnya.
Setiap hari, ia telaten mengurus ratusan ekor kelinci peliharaannya. Setiap kelinci di simpan di sebuah kandang yang ukurannya cukup lega. Disusun pula berdasarkan jenis, usia, dan ukurannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi memang saya hobi memelihara kelinci dari dulu, sebelum punya anak. Awalnya cuma kelinci lokal saja yang dipelihara," ujar Asep kepada detikJabar.
Ia amat memerhatikan kesehatan dan tumbuh kembang kelincinya. Tak heran jenis makanan yang diberikan pun tak asal-asalan. Setiap kelinci diberi makan sayuran, pelet, hingga buah-buahan sebagai serat agar pertumbuhannya maksimal.
"Kalau makan sebetulnya enggak ada yang aneh-aneh, palingpelet, sayuran, sama kadang dikasih buah-buahan. Yang penting enggak terlewat jam makannya," ucap Asep.
Jadi Peluang Bisnis Menggiurkan
Asep jeli membaca peluang. Dari hanya sekadar hobi memelihara kelinci yang justru menambah beban pengeluarannya, diubah menjadi potensi yang mampu mendatangkan pundi-pundi segunung.
Di tahun 2007, bersama seorang rekannya Yuda Permana (30), ia mendirikan peternakan kelinci yang diberinama Arya Aditya Rabbitry, sama dengan nama sang anak. Hal itu cukup untuk menggambarkan betapa sukanya Asep pada kelinci.
Kelinci-kelinci lokal peliharaannya banyak diminati pembeli, baik pembeli biasa maupun penghobi kelinci lainnya. Banyak ngobrol sana-sini menambah pengetahuannya soal jenis kelinci lainnya, terutama kelinci hias yang jarang terdapat di Indonesia.
"Awalnya saya ternak kelinci jenis hias lokal, ternyata banyak yang hobi dengan jenis-jenis yang bagus, akhirnya saya mulai membeli dan ternak di sini," kata Asep.
Sebut saja jenis German Giant. Kelinci berukuran jumbo yang kelak menjadi jagoan di peternakan kelinci miliknya. Ada pula kelinci jenis New Zealand White, blue, dan red. Lalu ada Californian, Hyla, Hycole, American Rex, Nederland Dwarf, Holland Lop, English Angora, serta Fuzzy Lop.
Total saat ini ada 250 ekor kelinci berbagai jenis yang dikembangbiakkan. Untuk mengurus semua kelinci itu, Asep harus mengeluarkan biaya operasional Rp 15 juta per bulan.
"Kalau pengeluaran itu sekitar Rp 15 juta, buat pakan, perawatan, sama gaji pegawai. Ya lumayan pengeluarannya," kata Asep.
Namun pengeluarannya dengan cepat bisa ditambal dengan omset menggiurkan yang diraih. Misalnya harga satu ekor kelinci jenis English Angora dijual seharga Rp 750 ribu. Kemudian anakan kelinci jenis German Giant dihargai Rp 4 juta. Jika yang sudah dewasa harganya lebih mahal lagi, bisa lebih dari Rp 15 juta.
"Jadi bisnis kelinci ini sangat menguntungkan, rata-rata omzetnya Rp 50 juta sudah dengan pengeluaran tiap bulan. Memang jadi bisnis yang sangat menjanjikan, tapi harus ditekuni," ucap Asep.
Selama ini berbagai jenis kelinci hasil ternaknya itu dijual ke negara-negara Eropa dan Asia. Untuk di luar negeri, kelinci ini dijadikan hewan konsumsi karena ada yang jenis kelinci pedaging maupun hewan peliharaan untuk kelinci hias.
"Maksimal yang keluar dari sini 200 ekor, pengirimannya kalau ke Asia itu ke Malaysia, Brunei, Thailand, Vietnam, Singapura, Filipina, Jepang, dan Arab Saudi. Kalau ke Eropanya ke Polandia, Prancis, Jerman, sama Belgia," ujar Asep.