Makin Berkurangnya Angkutan Umum di Kota Bandung

Makin Berkurangnya Angkutan Umum di Kota Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Selasa, 23 Agu 2022 11:30 WIB
Sopir angkot di Kota Bandung mengeleng-gelengkan kepala, mengetahui harga pertamax naik menjadi Rp 12.500. Salah satu sopir angkot Jurusan Gedebage-Stasiun Hall Maman (70) mengatakan, ketika premium disubsidi, premium langka dan dirinya beralih ke pertalite.
Salah satu angkutan umum di Kota Bandung. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Jumlah angkutan umum di Kota Bandung setiap tahun tercatat terus mengalami penurunan. Tahun ini saja, berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Bandung, hanya ada 5.571 angkutan umum yang diizinkan beroperasi di wilayah Ibu Kota Jawa Barat tersebut.

Ketua Koperasi Angkutan Masyarakat (Kopamas) Kota Bandung Budi Kurnia merinci, dari ribuan angkutan umum itu, kini hanya tinggal tersisa setengahnya. Penyebabnya karena para pengusaha angkutan mengalami kolaps akibat pandemi COVID-19.

"Karena di kami pun, dari 212 unit (angkot) yang diizinkan untuk beroperasi, hari ini tersisa sekitar 120 unit yang beroperasi," kata Budi saat dikonfirmasi wartawan via telepon, Selasa (23/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data yang dihimpun detikJabar dari dokumen Kota Bandung dalam Angka BPS, jumlah angkutan umum selama beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Pada 2017 tercatat ada 15.139 angkutan umum, kemudian menurun pada 2018 menjadi 14.178 unit.

Data ini menurun kembali pada 2019 menjadi 13.610 unit dan pada 2020 menjadi 12.514 unit. Kondisi itu menurut Budi, diperparah saat pandemi melanda Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Kan itu sangat sangat signifikan berkurangnya ya," tuturnya.

Budi juga memberi contoh lain mengenai kondisi angkot yang dikelola koperasinya saat ini. Salah satu trayek angkot seperti trayek St Hall-Gunung Batu, disebut Budi menurun drastis dari tadinya berjumlah 51 unit angkot menjadi 10 unit saja yang beroperasi.

"Akhirnya masyarakat tidak terlayani, mereka jadi nunggu lama akibat minimnya armada. Demand-nya masih ada, suplainya sangat jauh berkurang," terangnya.

Menurut Budi, minimnya armada tak lepas dari pengusaha atau pemilik angkot yang memilih menjual armadanya dan beralih ke bisnis lain yang lebih menguntungkan. Hal itu, tentu tidak terlepas dari kondisi pandemi yang berkepanjangan.

"Yang saya fokuskan, bahwa demand masyarakat terhadap angkutan umum harus tetap terpenuhi. Selain itu juga, tentu saja layanan masyarakat tadi yang terjaga eksistensi Kopamas sebagai koperasi angkutan itu juga harus tetap sustain (berkelanjutan) ya. Harus terus-menerus ada," ungkapnya

Bahkan, Budi menyebut demi menjaga eksistensi angkot, khususnya Kopamas, ia rela menukar beberapa angkot miliknya untuk menjalin kerjasama dengan Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) milik Dinas Perhubungan Koto Bandung. Salah satunya dengan mengadakan uji coba feeder angkutan trayek St Hall-Gunung Batu demi mengisi kekurangan slot armada.

"Sehingga, kami berharap ada kerja sama BLUD angkutan dengan kami ini bisa membawa dampak yang lebih baik di Kopamas. Juga dunia transportasi angkutan di Kota Bandung," pungkasnya.

(ral/orb)


Hide Ads