Huang Ping kini hanya bisa meratapi keputusannya, dahulu ia tetap kukuh untuk tetap tinggal dan bertahan di rumahnya yang berada di tengah-tengah proyek tol.
Penyesalan yang selalu datang terlambat, kerap menghinggapinya karena ia menolak kompensasi sebesar 180.000 poundsterling atau Rp 3,9 miliar dari pemerintah, sebagai kompensasi pembebasan lahan.
Alhasil, Huang tinggal di 'rumah kejepit' jalan tol. Pihak kontraktor pun menyediakan terowongan berbentuk bulat di sisi kiri dan kanan rumah Huang, sebagai akses ke rumah.
Dilansir dari Independent, jalan tol tersebut dibangun sejajar dengan atap rumah. Alhasil rumah Huang Ping tampak seperti masuk ke dalam lubang bila dilihat dari atas.
Di pinggiran 'lubang' rumah tersebut, terdapat pagar pembatas agar kendaraan dan properti tersebut tetap aman. Selain itu, dibuatkan dinding penahan yang berundak seperti tangga.
Bukannya betah, Huang justru tak tahan suara bising dari deru kendaraan yang lewat. Belum lagi debu yang berterbangan yang membuat rumahnya selalu kotor.
"Jika saya dapat memutar kembali waktu, saya akan menyetujui persyaratan pembongkaran yang mereka tawarkan. Sekarang rasanya seperti saya kalah taruhan besar. Saya sedikit menyesalinya," kata Huang seperti yang dikutip dari Daily Mail pada Sabtu (25/1) lalu.
Akhirnya Pindah
(yum/yum)