Lorong Waktu

Kala Batalyon Darsono Digempur Pasukan Belanda di Gempol Ngadeupa

Irvan Maulana - detikJabar
Selasa, 12 Agu 2025 12:01 WIB
Monumen Gempol Ngadeupa (Foto: Irvan Maulana/detikJabar).
Karawang -

Banyak cerita untuk mengenang sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Tapi tidak semua peristiwa sejarah itu terungkap, karena sedikitnya informasi dan dokumentasi.

Seperti halnya peristiwa penyerangan brutal pasukan udara Belanda kepada tentara pejuang kemerdekaan di Gunung Goong, Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang pada tahun 1948.

Di lokasi tersebut kini berdiri sebuah monumen sederhana yang diberi nama Monumen Gempol Ngadeupa, yang berbentuk sembilan makam, dan sebuah patung tentara yang memegang bendera merah putih, di lahan seluas 120 meter persegi, di kaki Gunung Goong.

Abah Piung (120), jadi satu-satunya saksi hidup peristiwa pengeyarangan brutal oleh pasukan Belanda tersebut. Ia saat itu bertugas sebagai ajudan pribadi Komandan Batalyon Engkong Darsono.

"Peristiwa penyerangan itu, saya ada bersama Pak Darsono, sepulang dari Yogyakarta beres tugas dari Madiun. Yang saya ingat penyerangan di Gempol Ngadeupa itu hari Kamis tanggal 11 tahun 1948, nggak tau bulan apa," kata Piung, saat diwawancara detikJabar di kediamannya, Desa Medalsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang.

Saat itu, kata Piung, Batalyon Engkong Darsono usai menjalankan tugas melawan gerakan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dipimpin oleh Musso dan Amir Sjarifudin.

"Pokonya itu pulang dari Madiun lawan pasukan Musso, terus ditarik ke Yogyakarta, setelah beberapa hari di Yogyakarta, kita digeser ke Jakarta, tapi melintasi Gempol Ngadeupa, sebenarnya di Gempol Ngadeupa itu bertahan sekaligus istirahat dalam perjalanan," kata dia.

Abah Piung jadi saksi kebrutalan serangan Belanda (Foto: Irvan Maulana/detikJabar).

Piung tidak ingat peristiwa Gempol Ngadeupa bulan apa, namun berdasarkan referensi yang diolah detikJabar, peristiwa pemberontakan FDR di Madiun terjadi kisaran bulan September tahun 1948, jika peristiwa Gempol Ngadeupa terjadi hari Kamis tanggal 11 Tahun 1948 seperti yang diceritakan Piung, maka saat itu adalah hari Kamis 11 November 1948.

Diceritakan Piung, total awal pasukan Batalyon Engkong Darsono berjumlah 120 prajurit, namun yang tersisa usai melawan pasukan FDR, hingga pasukan Belanda di Yogyakarta, berjumlah 48 orang, termasuk ia, Engkong Darsono, dan istrinya.

48 Batalyon Engkong Darsono beristirahat beberapa minggu di Gempol Ngadeupa, sampai akhirnya terjadi serangan udara dan darat, terjadi dengan brutal oleh pasukan Belanda. Karena saat itu, kata Piung, senjata yang dimiliki Belanda dan tentara pejuang kemerdekaan sangat tidak imbang.

Detik-detik penyerangan brutal itu, terjadi tepat di depan mata Piung, Engkong Darsono, dan istrinya. Saat itu tiba-tiba langit bising dengan suara tiga pesawat yang terbang rendah diantara tebing-tebing gunung. Ia selamat dari serangan tersebut karena berada cukup jauh dari titik jatuhnya bom.

"Saat itu saya di bawah dekat sumur, sama Pak Darsono sama istrinya, sedangkan pasukan di atas berada di markas (saung peristirahatan), seperti hujan pelor nya (tembakan peluru yang bertubi-tubi dari pesawat) seukuran jempol kaki pelornya," ungkap Piung.

Saat itu, Engkong Darsono memerintahkan pasukannya untuk mundur ke wilayah Ciporong, salah satu area pesawahan di dekat Gunung Goong. Namun ketiga pesawat itu kembali dengan serangan makin brutal.

"Setelah itu mundur ke ciporong, sawah lagi dipanen, berhubung banyak masyarakat lagi panen akhirnya pasukan balik lagi (untuk melindungi masyarakat agar tidak jadi target serangan) pesawat balik lagi ganti pake bom (pasukan dijatuhi bom)," ucapnya.

Engkong Darsono kemudian memandu pasukannya untuk lari ke arah barat, kemudian beristirahat di wilayah Serena, dan Dukut (saat ini wilayah Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor).

"Setelah dibom tempat itu hancur mayat hancur, bau mesiu dimana-mana, sementara kita diperintah Pak Darsono lari ke arah Serena, terus ke Dukut, kita istirahat di sana hampir 2 bulan, nunggu Pak Oking (Mayor Oking)," ujar Piung.

Simak Video "Video: Mengenal Kapten Japa, Sosok Heroik di Serangan Umum Kota Denpasar"


(mso/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork