Air Kering Kerontang Bikin Warga Cimenteng Sukabumi Terpaksa Tak Mandi

Air Kering Kerontang Bikin Warga Cimenteng Sukabumi Terpaksa Tak Mandi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 29 Jul 2025 16:45 WIB
Kekeringan di Sukabumi
Kekeringan di Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Sudah sepekan warga Kampung Cimenteng, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, hidup tanpa pasokan air bersih yang memadai. Di tengah musim kemarau, mereka harus berbagi air irigasi yang kian menipis, bahkan untuk mandi pun tak lagi mudah.

Wajah Yaya Sukarya (58) tampak letih saat menatap saluran irigasi yang hampir kering. Sebagai anggota Linmas sekaligus warga Kampung Cimenteng, ia menjadi saksi bagaimana kekeringan kembali menghantam kampungnya. Tahun ini bukan yang pertama air mengering.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masyarakat Cimenteng kemarin baru saja mendapatkan bantuan air bersih dari BPBD, situasi masyarakat di sini sedang kekeringan, setiap tahun ada saja kekeringan," ujar Yaya, Selasa (29/7/2025).

Saluran air yang biasa mengalir dari Sungai Cisukawayana, lewat jaringan somang Cilarangan menuju Cidahu, sudah sejak lama menjadi andalan warga untuk kebutuhan rumah tangga hingga pertanian. Namun kondisi fisik saluran itu kini memprihatinkan.

ADVERTISEMENT

"Ini sungai atau somang yang ada kering, di atasnya banyak yang pakai, yang untuk ke sawah, ada yang ke rumah-rumah," tutur Yaya.

"Selama ini warga di sini memang memanfaatkan jaringan irigasi ini buat ke sawah, mandi, buat cuci juga. Kondisi begini sudah sekitar satu minggu," tambahnya.

Somang yang bocor dan tersendat alirannya tak hanya menyulitkan warga. Di hilir, kata Yaya, banyak warga berinisiatif kerja bakti bersama kepala desa demi memperbaiki jalur air. "Harapannya ke depan aliran sungai atau somang ini benar-benar diperbaiki," imbuhnya.

Sebenarnya, ada mata air di bawah kampung yang berpotensi dimanfaatkan. Namun tantangannya tak ringan.

"Dibawah ada mata air, sumur di bawah, cuman jauh juga, treknya jelek. Ini juga ada bak umum, rencananya mau ngambil dari mata air di bawah, cuman nggak kuat nanjak itu airnya. Padahal udah ada mesinnya, baknya sudah disiapin, belum pernah dipakai," kata Yaya.

Bantuan air bersih dari BPBD memang sempat datang. Tapi volumenya terbatas. "Satu tangki tadi ada bantuan dari BPBD, biasa paling cukup dua hari, setelah itu mungkin susah lagi," ujarnya.

Sesekali warga mengandalkan limpahan air hujan di malam hari. Tapi itu pun tak bisa diandalkan terus-menerus.

Hal serupa dirasakan Aisyah, ibu rumah tangga di kampung yang sama. Ia mengaku harus berhemat air untuk keperluan penting.

"Kesulitan air sudah seminggu, air enggak ada, sulit untuk mandi. Untuk ibadah kita usahain ngambil pakai motor, untuk salat, cuci piring, mandi," tuturnya.

Menurut Aisyah, sumber utama air bersih mereka berasal dari saluran irigasi. Tapi belakangan ini aliran itu pun ikut terganggu.

"Kita pakai air irigasi, di hulu saluran irigasi ada perbaikan jadi disetop, tapi kadang emang enggak kebagian terus," ujarnya.

Air bantuan dari BPBD, lanjut Aisyah, hanya mampu bertahan dua hari. Setelah itu, warga kembali harus berjuang sendiri.

"Karena kondisi sulit, terpaksa tidak mandi. Jadi air kita irit untuk keperluan lain juga," katanya pelan.




(sya/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads