Dari Jabar ke Jateng Cuma Bayar Rp 5 Ribu Walau Penuh Risiko

Dari Jabar ke Jateng Cuma Bayar Rp 5 Ribu Walau Penuh Risiko

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Selasa, 08 Apr 2025 09:00 WIB
Warga Pangandaran yang akan menyebrang untuk silaturahmi ke Cilacap, Jateng
Warga Pangandaran yang akan menyebrang untuk silaturahmi ke Cilacap, Jateng (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran -

Rakit bambu masih menjadi alat transportasi warga Pangandaran untuk melakukan aktivitas. Bahkan perahu rakit itu menjadi penghubung silaturahmi yang hemat biaya.

Kondisi itu masih dirasakan warga di Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran. Mereka yang menjadi perantau atau memiliki keluaraga masih memilih transportasi alternatif tersebut untuk silaturahmi pada momen lebaran.

Perahu rakit itu menghubungkan Kecamatan Pangandaran, Jawa Barat ke daerah Cilacap, Jawa Tengah. Selain memangkas jarak dan waktu, ongkos jasa penyebrangan ini pun terbilang murah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap momen libur Lebaran, banyak warga memanfaatkan jasa perahu ini untuk menyeberangi Sungai Citanduy menuju Jawa Tengah ataupun sebaliknya. Terdapat dua perahu rakit yang dioperasikan di perairan Sungai Citanduy.

Sampai hari ini, penyebrangan perahu rakit ramai digunakan warga untuk bersilaturahmi kepada sanak saudara mereka di Jawa Tengah maupun di Jawa Barat.

ADVERTISEMENT

Terlihat antrean panjang dari kedua sisi wilayah, baik dari Jawa Barat maupun Jawa Tengah, menunggu giliran untuk menyeberang.

Selain menghemat waktu, biaya jasa penyebrangan perahu rakit ini juga sangat terjangkau, hanya Rp5.000 per orang sudah termasuk kendaraan bermotor. Salah satu warga asal Cilacap, Jawa Tengah, Irham Rosadi, mengatakan bahwa tidak adanya jembatan penghubung antarprovinsi membuat perahu rakit menjadi salah satu alternatif utama untuk menyeberang saat Lebaran.

"Ini jalur alternatif penghubung antara Jawa Barat dan Jawa Tengah karena tidak adanya jembatan. Perahu rakit ini menjadi pilihan untuk bersilaturahmi saat Lebaran. Kalau lewat jalur darat bisa sampai 30 menit, tapi kalau pakai perahu rakit hanya 5 menit saja," kata Irfan, Sabtu (5/4/2025).

Warga Pangandaran yang akan menyebrang untuk silaturahmi ke Cilacap, JatengWarga Pangandaran yang akan menyebrang untuk silaturahmi ke Cilacap, Jateng Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Menurutnya, dibandingkan harus memutar lewat jalur darat yang cukup jauh, menyeberang dengan perahu rakit lebih cepat dan hemat biaya.

"Kalau lewat jalur Manganti atau Kalipucang jaraknya jauh. Kalau pakai motor kebutuhan bensin bisa lebih irit. Menyeberang pakai rakit hanya menghabiskan setengah liter bensin, sementara lewat jalur darat bisa sampai dua liter bensin," ucapnya.

Setiap tahunnya, penyebrangan perahu rakit ini selalu menjadi salah satu alternatif transportasi warga menjelang Hari Raya Idulfitri maupun sesudahnya. Banyak warga merasa terbantu dengan adanya jasa penyebrangan ini karena selain cepat sampai tujuan, biaya yang dikeluarkan pun lebih hemat.

Warga Pangandaran yang akan menyebrang untuk silaturahmi ke Cilacap, JatengWarga Pangandaran yang akan menyebrang untuk silaturahmi ke Cilacap, Jateng Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Tokoh Masyarakat Padaherang Eris Riswana menyebutkan masih ada pegiat perahu rakit yang masih mengambil untung dari penyebrangan tersebut. "Meskipun harus ekstra hati-hati, cuman disarankan saat kondisi arus sungai nyah tenang, kalo lagi hujan deras itu berbahaya juga," ucapnya.

Menurutnya, perahu rakit penyebrangan tersebut sudah ada sejak lama, bahkan menjadi satu-satunya alternatif yang memangkas waktu tempuh. "Kalo lewat jalur darat dari Padaherang ke Kalipucang terus Cilacap itu memakan waktu 1-2 jam perjalanan," katanya.

Kata dia, jika memakai perahu rakit hanya 5-10 menit saja. "Cuman penuh risiko," ungkapnya.

Ket foto : warga Pangandaran yang akan menyebrang untuk silaturahmi ke Cilacap, Jateng/Aldi Nur Fadillah

(yum/yum)


Hide Ads