Kenali Ciri-ciri Takjil Mengandung Bahan Berbahaya

Kenali Ciri-ciri Takjil Mengandung Bahan Berbahaya

Tim detikHealth - detikJabar
Rabu, 12 Mar 2025 16:04 WIB
Jangan Asal Beli! BPOM Ungkap Ciri-ciri Takjil Berbahaya, Tak Aman Dikonsumsi
BPOM melakukan inspeksi takjil berbahaya. (Foto: detikHealth/ Devandra Abi Prasetyo)
Jakarta -

Selama bulan Ramadan, jajanan takjil menjadi buruan utama masyarakat. Namun, di balik kelezatannya, tidak semua takjil yang dijual di pasar-pasar aman untuk dikonsumsi. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) terus melakukan sidak di berbagai daerah dan menemukan masih banyak takjil yang mengandung bahan berbahaya.

Dilansir detikHealth, Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, mengungkapkan beberapa bahan berbahaya seperti boraks, formalin, rhodamin B, dan methanyl yellow masih ditemukan dalam jajanan pasar.

"Paling banyak ditemukan ada yang (mengandung) boraks, formalin, rhodamin B, methanyl yellow," kata Ikrar saat ditemui di Pasar Takjil Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Selasa (11/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Formalin biasanya ditemukan di mie basah, tahu, ikan segar, dan daging ayam segar. Ciri-ciri yang mudah dikenali adalah tidak lengket, tidak mudah hancur, lebih mengkilat, dan tidak dihinggapi lalat.

Boraks sering ditemukan di jajanan seperti cilok, bakso, lontong, hingga kerupuk rambak. Ciri-ciri yang mudah dikenali adalah makanan teksturnya kenyal, tidak lengket, dan tidak gampang putus.

ADVERTISEMENT

Sementara makanan yang mengandung rhodamin B dan methanyl yellow yakni pewarna tekstil biasanya memiliki warna yang lebih mencolok. Warna merah mencolok untuk rhodamin B dan kuning mencolok untuk methanyl yellow. Selain itu, banyak memberikan titik-titik warna yang tidak merata.

Ikrar mengatakan agenda inspeksi mendadak (sidak) di pasar-pasar takjil ini sudah mulai dilakukan bahkan sebelum bulan Ramadan.

"Kami sudah jalan dari Sabang sampai Merauke di semua pasar-pasar. Kami mukai turun tanggal 24 Februari kemarin," kata Ikrar.

Ikrar menambahkan pihaknya menggunakan metode sampling dalam mencari apakah ada takjil yang mengandung bahan berbahaya di pasaran. Selain itu, ada juga metode intelijen, yakni BPOM melakukan sidak tanpa menggunakan seragam resmi.

"Caranya dengan kami beli secara random. Itu kita lakukan setiap hari dari Sabang sampai Merauke, sampai nanti minggu ketiga bukan Ramadan," katanya.

"Kami punya laboratorium berjalan, kami tes satu persatu. Kalau ditemukan bahan berbahaya, kami sampai ke penjual 'pak, bu, ini mengandung ini, jangan dijual'. Begitu cara kami," tutupnya.


Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini.

(iqk/iqk)


Hide Ads